makan siang di 278, Kendal, satu km exit kendal), kali wungu, krapyak, rest area, tempat sampah, toilet, 379, 391, bayar di kalikangkung, ketemu dengan tol semarang, tidur, bangun di rest area 597, di magetan, mau ke madiun, kertosono,kali brantas.
Perkembangan teknologi, kemajuan infrastruktur, produksi, neraca perdagangan, stock exchange, persediaan devisa. Intinya soal ekonomi Indonesia masuk dalam jajaran salah satu negara bangsa yang patut dibanggakan. Sana sini pembangunan, dari pinggiran Indonesia sampai di pusatnya. Perombakan, perbaikan birokrasi, ssistem pelayanan makin lama makin cepat.
Tapi, lagi lagi soal sampah dan toilet. Kenapa kok soal ini gak pernah bisa diselesaikan dengan baik. Pengalaman sepanjang jalan (tol) jakarta-Malang-Jakarta, soal yang satu atau dua itu mengganggu banget. Makan siang di rest area, kalau tak salah di kilometer 278, sampah berserakan, tempat sampah penuh, meluber, buang bungkuss makanan, buang plastik, hanya di bawah meja makannya. Toilet. Ini lagi yang menjijikan. sejak dari pintu masuk toilet sudah becek, bagian dalamnya apalagi. entah ya kalau di toilet perempuan. Tapi toilet laki-laki pemandangannya seperti itu.
Friday, 28 June 2019
Camera Lucida
Suatu malam Oman diundang ke rumah Mumu, sahabat sejak SD.
"Man, ke rumah ntar malem. Ada yang mau gue ceritain." Pesan WA dari Mumu. Belum lagi gelap, Oman sudah tiba di depan rumah Mumu.
Gue penasaran. Emang lu mau omong apa sih"
"Gw dikasih buku judulnya Camera Lucida."
"Katanya fotografer harus baca buku itu." Sambung Mumu.
" Sudah dua malem gue baca. Halaman satu aja gak selesai selesai. Gak ngerti apa maksudnya." Ceritanya Mumu lalu berlanjut. Semalam suntuk dia baca kata demi kata, baris demi baris. Lalu mengulang kembali dari awal.
"Diulang berkali kali tetep nggak ngerti maksudnya Roland Barthes si pengarang."
"Lu belajar motret dulu. Jalan jalan Jepret sana sini. Ngobrol sambil motret sesama tukang potret, sesama temen sekolah, sama temen yang tuaan, mudaan, sama orang sekitaran, sama lingkungan yang makin lama makin luas. Tunjukan dulu hasil foto ke temen temen, ke semua orang kenapa lu potret ini dan itu. Lalu yang penting lagi, sampe lu sadar ada pendapat yang beda dari lu, setelah liat foto yang lu buat"
"Lah trus kapan gue baca bukunya?"
"Lu gak cuma baca, tapi udah lu praktekin isi buku itu."
"Man, ke rumah ntar malem. Ada yang mau gue ceritain." Pesan WA dari Mumu. Belum lagi gelap, Oman sudah tiba di depan rumah Mumu.
Gue penasaran. Emang lu mau omong apa sih"
"Gw dikasih buku judulnya Camera Lucida."
"Katanya fotografer harus baca buku itu." Sambung Mumu.
" Sudah dua malem gue baca. Halaman satu aja gak selesai selesai. Gak ngerti apa maksudnya." Ceritanya Mumu lalu berlanjut. Semalam suntuk dia baca kata demi kata, baris demi baris. Lalu mengulang kembali dari awal.
"Diulang berkali kali tetep nggak ngerti maksudnya Roland Barthes si pengarang."
"Lu belajar motret dulu. Jalan jalan Jepret sana sini. Ngobrol sambil motret sesama tukang potret, sesama temen sekolah, sama temen yang tuaan, mudaan, sama orang sekitaran, sama lingkungan yang makin lama makin luas. Tunjukan dulu hasil foto ke temen temen, ke semua orang kenapa lu potret ini dan itu. Lalu yang penting lagi, sampe lu sadar ada pendapat yang beda dari lu, setelah liat foto yang lu buat"
"Lah trus kapan gue baca bukunya?"
"Lu gak cuma baca, tapi udah lu praktekin isi buku itu."
Friday, 21 June 2019
Andi tes masuk Universitas
“om kalo cari penginepan deket sini di mana ya.” . Tadi pagi se meja dengan anak lulus SMA yang mau daftar ujian masuk Universitas di Malang. Selama beberapa 10 menit dia hanya menyilahkan saya duduk semeja dengannya, sambil matanya menatap HP. Lalu menatap saya minta maaf karena sibuk cari penginapan. Hp Ditaro di meja, masih keliatan di layar HP dia buka daftar penginapan di malang.
“semalem aja om. Besok pagi tes di Politeknik Malang”.
“dekat sini kayaknya banyak, masuk ke gang belakang saja,
ada beberapa penginapan yang lumayan kok” sambil menunjuk tempat
“o di situ. Oke om, nanti saya akan ke sana.”
“atau coba tanya tukang parkir itu.” Sambil ngobrol menunjuk
tukang parkir indomaret yang duduk di pojokan. Lalu panggil tukang parkir itu.
“pak, tahu tempat penginapan, hotel atau apa saja buat
semalem aja”.
“o belakang sini aja, banyak penginapan.”
“o saya nggak tau kalo harganya. Sampeyan nanti ketemu temen
saya, nanti dianter sama dia. Tanyakan sekaligus harganya.”
“seratus sampe dua ratus ribu bujetnya pak.”
“kalo segitu ada kok. Paling mahal 150 ribu. Tunggu saja,
saya WA temen saya, nanti dia anter. “
“terima kasih pak”. Serentak mengucap,
Tak lama, saya meninggalkan Andi. Dia bilang terima kasih,
minta doa supaya bisa lulus. Dia asal asal Mojokerto, sudah tiga hari ini di
Malang. Ikut tes masuk Universitas. Kemarin katanya dia tes di Universitas
Brawijaya, ambil jurusan teknik sipil. Hari ini juga test untuk jurusan yang
sama di Politeknik. Katanya dia sudah liat tempat ujiannya, jadi besok tinggal
langsung saja, nggak perlu cari. Waktu di UB juga demikian, sehari sebelumnya
sudah cek lokasi tes.
Wednesday, 19 June 2019
Oman tukar Hp baru
Oman baru tuker hp baru. Mau jajal, lalu telpon wawan, sobat karibnya.
"Wan di sana ujan?"
"Yang bener. serius lu. Di sini ujan deres banget. Emangnya lu dimana?"
"Wan di sana ujan?"
"Yang bener. serius lu. Di sini ujan deres banget. Emangnya lu dimana?"
"O pantes. Kirain di rumah."
"Kagak, nggak penting amat. Ehm lagi jajal hp baru. Enak hpnya canggih. Belom ngerti semua sih, makanya lagi jajal telpon dulu, yang lain nyusul. Ntar lu ajarin mainin HP ya."
"Sama persis mereknya ama punya lu."
"Seri baru, tapi kata cici di kios sama aja ama yang lama. Palingan yang baru lebih canggih"
"Kenapa? Nggaklah. Tuker tambah. Iya di roxy. Ya karena langganan aja."
"Udah ah, gw mau jalan. Kabarin kalo ada waktu.Yuk."
"Siyaaap."
"Kagak, nggak penting amat. Ehm lagi jajal hp baru. Enak hpnya canggih. Belom ngerti semua sih, makanya lagi jajal telpon dulu, yang lain nyusul. Ntar lu ajarin mainin HP ya."
"Sama persis mereknya ama punya lu."
"Seri baru, tapi kata cici di kios sama aja ama yang lama. Palingan yang baru lebih canggih"
"Kenapa? Nggaklah. Tuker tambah. Iya di roxy. Ya karena langganan aja."
"Udah ah, gw mau jalan. Kabarin kalo ada waktu.Yuk."
"Siyaaap."
Bibit bebet bobot
Bibit bebet bobot
Bibit bebet bobot ada hubungannya langsung dengan merencanakan sesuatu. Tim IBU di desa dampingan menggunakan istilah itu dan memaknai sungguh sungguh maksud dari tiga rangkai kata dalam kegiatan sosialisasi hidroponik. Bibit. Tidak asal saja membeli. Perlu mendatangkan orang yang ahli soal bibit. Di cek, asal usul bibit (kalau dalam terminology silsilah kekerabatan disebut genealogi) keturunan siapa bibit ini. Tentu saja dilihat pula contoh contoh eksperimental dari hasil bibit yang sudah menjadi tunas, dan akhirnya sudah membuahi menjadi sebuah tanaman yang sempurna. Penampilan bibit. Bibit unggul maupun tak unggul harus mendapat perawatan intensif dan teratur dengan jadwal yang ketat. Dengan perawatan yang baik, makin tak kentara istilah unggul dan tak unggul. Hanya seringkali kualitas atau bobot penting untuk dilihat dan diamati untuk memastikan bahwa apa yang ditanam sesuai dengan harapan.
Bibit bebet bobot adalah prinsip dalam bercocok tanam. Bibit bebet bobot adalah panduan dalam hidup yang berencana. Panduan itu amat sangat penting, karena menentukan arah dan tujuan kita. Seperti halnya panduan Rumah Kencana yang menentukan boleh dan tidak boleh dalam mencapai tujuan. Selamat buat tim Sikasik, Sambalado dan Jaran Goyang yang berusaha keras mengenalkan cocok tanam dengan media air. Terima kasih juga buat Muhamad Hudayatulah alias Yayat yang melatih Tim disela sela kesibukan kegiatan seolah tak henti.
Bibit bebet bobot ada hubungannya langsung dengan merencanakan sesuatu. Tim IBU di desa dampingan menggunakan istilah itu dan memaknai sungguh sungguh maksud dari tiga rangkai kata dalam kegiatan sosialisasi hidroponik. Bibit. Tidak asal saja membeli. Perlu mendatangkan orang yang ahli soal bibit. Di cek, asal usul bibit (kalau dalam terminology silsilah kekerabatan disebut genealogi) keturunan siapa bibit ini. Tentu saja dilihat pula contoh contoh eksperimental dari hasil bibit yang sudah menjadi tunas, dan akhirnya sudah membuahi menjadi sebuah tanaman yang sempurna. Penampilan bibit. Bibit unggul maupun tak unggul harus mendapat perawatan intensif dan teratur dengan jadwal yang ketat. Dengan perawatan yang baik, makin tak kentara istilah unggul dan tak unggul. Hanya seringkali kualitas atau bobot penting untuk dilihat dan diamati untuk memastikan bahwa apa yang ditanam sesuai dengan harapan.
Bibit bebet bobot adalah prinsip dalam bercocok tanam. Bibit bebet bobot adalah panduan dalam hidup yang berencana. Panduan itu amat sangat penting, karena menentukan arah dan tujuan kita. Seperti halnya panduan Rumah Kencana yang menentukan boleh dan tidak boleh dalam mencapai tujuan. Selamat buat tim Sikasik, Sambalado dan Jaran Goyang yang berusaha keras mengenalkan cocok tanam dengan media air. Terima kasih juga buat Muhamad Hudayatulah alias Yayat yang melatih Tim disela sela kesibukan kegiatan seolah tak henti.
Nasi uduk
Kalo diadu, mungkin dia juara. Warung nasi uduk si mpok hanya beda beberapa rumah dari rumah kami. Dia jualan sejak zaman dahulu, semasa suaminya si Engkong masih hidup. Entah apa resepnya, tapi warung itu tak pernah sepi. Rasanya itu itu aja bahannya. Nasi, telor bulat balado, telor bulat, tahu dan kentang dimasak semur, bihun goreng, tempe orek, tambah gorengan dan kerupuk. Tidak ada ayam, tempe, tahu goreng. Tidak ada. Nasi uduk beneran sederhana, tapi nikmat.
Apa karena bawang goreng dan sambelnya yang bikin cita rasa nasi uduk di sini nikmat. Memang sih, si mpok kalo naburin bawang goreng tangannya rada tinggi, apa biar pembelinya bisa mencium aroma bawang goreng yang mengundang selera makan makin menggebu gebu.
Sarapan pagi antri di sana. Bungkus bawa pulang juga dilayani. Harus sabar antri. Sebab si mpok lebih mengutamakan mereka yang makan di situ. "Kok gak ambil asisten satu lagi sih, biar cepet take away." Hanya komentar dalam hati saja. Rasanya memang kurang hanya si mpok dan anaknya. Lagi lahi komentar dalam hati.
Buka jam lima lewat tigapuluh menit, jam tujuh tiga puluh nasi uduk sudah ludes. "Maap Pak, udah abis" suatu kali saya mau beli di situ, padahal baru jam 7. Dalam tempo yang singkat satu bakul nasi uduk tuntas, ludes tak bersisa sama sekali.
Kalau soal nasi uduk, Kalimanggis memang tiada duanya.
Apa karena bawang goreng dan sambelnya yang bikin cita rasa nasi uduk di sini nikmat. Memang sih, si mpok kalo naburin bawang goreng tangannya rada tinggi, apa biar pembelinya bisa mencium aroma bawang goreng yang mengundang selera makan makin menggebu gebu.
Sarapan pagi antri di sana. Bungkus bawa pulang juga dilayani. Harus sabar antri. Sebab si mpok lebih mengutamakan mereka yang makan di situ. "Kok gak ambil asisten satu lagi sih, biar cepet take away." Hanya komentar dalam hati saja. Rasanya memang kurang hanya si mpok dan anaknya. Lagi lahi komentar dalam hati.
Buka jam lima lewat tigapuluh menit, jam tujuh tiga puluh nasi uduk sudah ludes. "Maap Pak, udah abis" suatu kali saya mau beli di situ, padahal baru jam 7. Dalam tempo yang singkat satu bakul nasi uduk tuntas, ludes tak bersisa sama sekali.
Kalau soal nasi uduk, Kalimanggis memang tiada duanya.
Tempe Orek
Tempe Orek
Pertandingan sudah usai. Perhitungan selesai, Wasit sudah menentukan siapa yang menang. Ruang diskusi dan debat di ujung jalan, di pos ronda, pasar, terminal, pangkalan ojek dan gojek sudah tak ramai dengan argument yang masuk akal dan tak masuk akal.
Hanya di warteg langganan, debat masih terdengar cukup ramai. Bukan soal yang di atas, tapi soal Tempe Orek. Makanan yang menjadi salah satu favorite menu di Warteg.
“Yang namanya tempe orek itu mesti kering.”
“Justru tempe orek basah yang nikmat.”
“tempe orek yang nikmat yang ditambahi cabe merah iris iris.”
“itu kurang. Tempe orek tambah teri dan kacang tanah paling mantab.”
Perdebatan selera tak ada habisnya. Palingan hanya mengatakan tempe orek ini paling sesuai dengan lidahnya. Tempe orek ini enak. Tempe orek itu tidak enak. Justru karena selera ini dan itu maka tempe orek mengalami variasi beraneka ragam. Tempe orek adalah produk percampuran kebudayaan.
Bahan utamanya sama. Tempe. Tapi irisan tempe, racikan bumbu berbeda beda. Bisa karena hasil ngobrol tetangga, pergaulan di pasar, uji coba, eksperimen, adaptasi selera setempat, memanfaatkan bahan yang ada dan lain sebagainya. Mari menikmati tempe orek sebagai produk kebudayaan Indonesia yang patut dibanggakan. Mengakhiri cerita singkat ini karena mendadak perut lapar mencium aroma tempe orek dari dapur warteg.
Pertandingan sudah usai. Perhitungan selesai, Wasit sudah menentukan siapa yang menang. Ruang diskusi dan debat di ujung jalan, di pos ronda, pasar, terminal, pangkalan ojek dan gojek sudah tak ramai dengan argument yang masuk akal dan tak masuk akal.
Hanya di warteg langganan, debat masih terdengar cukup ramai. Bukan soal yang di atas, tapi soal Tempe Orek. Makanan yang menjadi salah satu favorite menu di Warteg.
“Yang namanya tempe orek itu mesti kering.”
“Justru tempe orek basah yang nikmat.”
“tempe orek yang nikmat yang ditambahi cabe merah iris iris.”
“itu kurang. Tempe orek tambah teri dan kacang tanah paling mantab.”
Perdebatan selera tak ada habisnya. Palingan hanya mengatakan tempe orek ini paling sesuai dengan lidahnya. Tempe orek ini enak. Tempe orek itu tidak enak. Justru karena selera ini dan itu maka tempe orek mengalami variasi beraneka ragam. Tempe orek adalah produk percampuran kebudayaan.
Bahan utamanya sama. Tempe. Tapi irisan tempe, racikan bumbu berbeda beda. Bisa karena hasil ngobrol tetangga, pergaulan di pasar, uji coba, eksperimen, adaptasi selera setempat, memanfaatkan bahan yang ada dan lain sebagainya. Mari menikmati tempe orek sebagai produk kebudayaan Indonesia yang patut dibanggakan. Mengakhiri cerita singkat ini karena mendadak perut lapar mencium aroma tempe orek dari dapur warteg.
Tuesday, 18 June 2019
Fragmen yang tertinggal dari Sulawesi Tengah
Fragmen yang tertinggal dari Sulawesi Tengah
Suatu malam di bulan Januari 2019, kami "nobar" nonton bareng sandiwara yang dimainkan oleh para remaja dan pemuda desa.
Sandiwara itu berkisah tentang bantuan bencana untuk desa itu. Pembuat naskahnya meyakini bahwa tema itu merupakan pemandangan umum di semua desa paska bencana.
Saya tak paham isi cerita sandiwara itu. Dialog dalam bahasa Kaili, bahasa mayoritas penduduk di situ. Relawan orang daerah situ, secara sederhana menterjemahkan isi cerita. Ada 3 pemain utama yang berdialog, dan beberapa orang lainnya sekali kali ambil bagian. Tidak seluruh, dari a sampai z diceritakan. Lebih tepat kalau disebut potongan kisah nyata yang disarikan dalam sandiwara.
A: Apakah kau melihat banyak barang ditumpuk di kantor desa?
B : (menganggukan kepala). Ya, aku lihat. Kenapa?
A: Harusnya itu dibagikan ke warga di sini!
B: (menganggukan kepala)
A: Lalu kenapa barang itu ditimbun di kantor desa?
B: (Menggelengkan kepala)
A: Ayok ajak warga lain untuk menuntut kepada kepala desa. Minta supaya bantuan segera dibagikan!
B: (Menganggukan kepala, tanda setuju).
Ceritanya lalu mereka memobilisasi warga dan beramai ramai ke kantor desa. Tapi sepanjang jalan ada warga yang menentang rencana ini
C: apakah kalian semua tahu kenapa barang itu masih ditumpuk di sana?
A: Ini pasti karena Kepala Desa mau ambil semua jatah warganya
C: tidak mungkin. Bantuan itu ada catatannya. Biasanya dibagikan per kk
A: mungkin saja, nanti kepala desa akan bilang semua sudah dibagikan, padahal hanya sedikit yang dibagikan ke warga”
C: Tidak mungkin. Kan setiap KK yang menerima harus tandatangan, dan tandatangan akan diberikan kepada penyumbang sebagai bukti
A: Tandatangan bisa dipalsukan. Ayok ke kantor desa, daripada barang bantuan itu lenyap!
Fenomena soal bantuan, keadilan, kecurigaan menjadi tema yang hangat di tengah derasnya arus bantuan bencana dari luar untuk desa desa yang terkena dampaknya. Perangkat desa harus kerja ekstra keras karena mereka harus mencatat semua bantuan dan membagikan sesuai dengan jumlah KK atau bahkan jumlah jiwanya.
“Kami harus bekerja siang malam, bahkan sampai jarang pulang rumah. Semua staff desa harus bekerja memastikan semua warga mendapat jatah bantuan.”
“bahan makanan pokok, seperti beras, minyak, gula, mi instant harus diatur sesuai dengan jumlah KK nya. Barang barang itu datang dalam jumlah besar, dan berkarung karung. Kami di sini harus membagi dalam kantung kantung kecil. Harus ditimbang, harus dihitung,bahkan plastik pembungkusnya harus berwarna yang sama. Kalau tidak demikian, akan banyak orang yang protes. Kenapa warna beda, kenapa ini dan kenapa itu.” Cerita Kepala desa dan di iya kan oleh Sekdes.
“Masih ada bahan makanan yang masih di simpan di gudang. Itu bukan karena kami mau menyembunyikan tapi kamu harus sungguh sungguh menghitung. Kalau setiap KK mendapat jatah beras 5 liter, maka semua harus mendapat 5 liter. Kalau di gudang, setelah diperhitungkan, bakalan tidak semua warga mendapat kalau dibagikan 5 liter, maka kami akan kurangi, sampai benar benar semua mendapat jatah yang sama jumlahnya.” Lanjut Kepala Desa.
“Koordinasi dengan pihak pemberi sumbangan terus menerus. Setiap hari dua atau tiga kali harus ke Palu untuk memastikan apakah ada sumbangan yang sama untuk bahan yang sama. Yang sering dituntut oleh warga adalah kenapa bahan masih disimpan di gudang desa, padahal bahan itu dibutuhkan warga. “
“Ini yang saya maksudkan bahwa kalau dibagikan langsung maka tidak semua mendapat jatah. Makanya kami menunggu sampai pemberian itu sesuai dengan jumlah penduduknya. Kami menunggu kalau memang sudah ada kepastian akan dibagikan lagi tambahan. Hanya masih menunggu kiriman dari gudang pemberi sumbangan.” Kata Kepala Desa
Itu yang dijelaskan oleh Kepala desa, yang diperankan oleh seorang pemuda tegap berbicara dengan wibawa.
“Seluruh bantuan akan diserahkan seluruhnya kepada mereka yang berhak. Saya tidak mau gara gara bantuan terjadi kekacauan, cemburu, iri hari, konflik akibat pemerataan yang tidak rata. Makanya semua harus mendapat yang sama jumlahnya.” Kata Reza yang memainkan peran sebagai Kepala Desa dalam sandiwara satu jam.
Menutup acara puncak pementasan, Kepala Desa yang sebenarnya bercerita bahwa sandiwara ini hanya menyederhanakan fakta yang terjadi di lapangan. Ia menjelaskan bahwa selama masa pemberian bantuan, jantungnya berdegup lebih cepat. Takut, khawatir, stress sampai tidak bisa tidur nyenyak.
Walau demikian, Pak Kepala Desa mengakhiri acara dengan menyumbangkan lagu lagu lama dari Koes Plus dan The Mercys. Kami semua bergembira dan bahagia karena masa stress sudah lewat. Harapan Pak Kades dan seluruh warga desa, semua aktifitas kembali normal seperti sebelum adanya gempa. Demikian pula harapan kami yang mendampingi desa dalam bekerja dan bergembira.
Suatu malam di bulan Januari 2019, kami "nobar" nonton bareng sandiwara yang dimainkan oleh para remaja dan pemuda desa.
Sandiwara itu berkisah tentang bantuan bencana untuk desa itu. Pembuat naskahnya meyakini bahwa tema itu merupakan pemandangan umum di semua desa paska bencana.
Saya tak paham isi cerita sandiwara itu. Dialog dalam bahasa Kaili, bahasa mayoritas penduduk di situ. Relawan orang daerah situ, secara sederhana menterjemahkan isi cerita. Ada 3 pemain utama yang berdialog, dan beberapa orang lainnya sekali kali ambil bagian. Tidak seluruh, dari a sampai z diceritakan. Lebih tepat kalau disebut potongan kisah nyata yang disarikan dalam sandiwara.
A: Apakah kau melihat banyak barang ditumpuk di kantor desa?
B : (menganggukan kepala). Ya, aku lihat. Kenapa?
A: Harusnya itu dibagikan ke warga di sini!
B: (menganggukan kepala)
A: Lalu kenapa barang itu ditimbun di kantor desa?
B: (Menggelengkan kepala)
A: Ayok ajak warga lain untuk menuntut kepada kepala desa. Minta supaya bantuan segera dibagikan!
B: (Menganggukan kepala, tanda setuju).
Ceritanya lalu mereka memobilisasi warga dan beramai ramai ke kantor desa. Tapi sepanjang jalan ada warga yang menentang rencana ini
C: apakah kalian semua tahu kenapa barang itu masih ditumpuk di sana?
A: Ini pasti karena Kepala Desa mau ambil semua jatah warganya
C: tidak mungkin. Bantuan itu ada catatannya. Biasanya dibagikan per kk
A: mungkin saja, nanti kepala desa akan bilang semua sudah dibagikan, padahal hanya sedikit yang dibagikan ke warga”
C: Tidak mungkin. Kan setiap KK yang menerima harus tandatangan, dan tandatangan akan diberikan kepada penyumbang sebagai bukti
A: Tandatangan bisa dipalsukan. Ayok ke kantor desa, daripada barang bantuan itu lenyap!
Fenomena soal bantuan, keadilan, kecurigaan menjadi tema yang hangat di tengah derasnya arus bantuan bencana dari luar untuk desa desa yang terkena dampaknya. Perangkat desa harus kerja ekstra keras karena mereka harus mencatat semua bantuan dan membagikan sesuai dengan jumlah KK atau bahkan jumlah jiwanya.
“Kami harus bekerja siang malam, bahkan sampai jarang pulang rumah. Semua staff desa harus bekerja memastikan semua warga mendapat jatah bantuan.”
“bahan makanan pokok, seperti beras, minyak, gula, mi instant harus diatur sesuai dengan jumlah KK nya. Barang barang itu datang dalam jumlah besar, dan berkarung karung. Kami di sini harus membagi dalam kantung kantung kecil. Harus ditimbang, harus dihitung,bahkan plastik pembungkusnya harus berwarna yang sama. Kalau tidak demikian, akan banyak orang yang protes. Kenapa warna beda, kenapa ini dan kenapa itu.” Cerita Kepala desa dan di iya kan oleh Sekdes.
“Masih ada bahan makanan yang masih di simpan di gudang. Itu bukan karena kami mau menyembunyikan tapi kamu harus sungguh sungguh menghitung. Kalau setiap KK mendapat jatah beras 5 liter, maka semua harus mendapat 5 liter. Kalau di gudang, setelah diperhitungkan, bakalan tidak semua warga mendapat kalau dibagikan 5 liter, maka kami akan kurangi, sampai benar benar semua mendapat jatah yang sama jumlahnya.” Lanjut Kepala Desa.
“Koordinasi dengan pihak pemberi sumbangan terus menerus. Setiap hari dua atau tiga kali harus ke Palu untuk memastikan apakah ada sumbangan yang sama untuk bahan yang sama. Yang sering dituntut oleh warga adalah kenapa bahan masih disimpan di gudang desa, padahal bahan itu dibutuhkan warga. “
“Ini yang saya maksudkan bahwa kalau dibagikan langsung maka tidak semua mendapat jatah. Makanya kami menunggu sampai pemberian itu sesuai dengan jumlah penduduknya. Kami menunggu kalau memang sudah ada kepastian akan dibagikan lagi tambahan. Hanya masih menunggu kiriman dari gudang pemberi sumbangan.” Kata Kepala Desa
Itu yang dijelaskan oleh Kepala desa, yang diperankan oleh seorang pemuda tegap berbicara dengan wibawa.
“Seluruh bantuan akan diserahkan seluruhnya kepada mereka yang berhak. Saya tidak mau gara gara bantuan terjadi kekacauan, cemburu, iri hari, konflik akibat pemerataan yang tidak rata. Makanya semua harus mendapat yang sama jumlahnya.” Kata Reza yang memainkan peran sebagai Kepala Desa dalam sandiwara satu jam.
Menutup acara puncak pementasan, Kepala Desa yang sebenarnya bercerita bahwa sandiwara ini hanya menyederhanakan fakta yang terjadi di lapangan. Ia menjelaskan bahwa selama masa pemberian bantuan, jantungnya berdegup lebih cepat. Takut, khawatir, stress sampai tidak bisa tidur nyenyak.
Walau demikian, Pak Kepala Desa mengakhiri acara dengan menyumbangkan lagu lagu lama dari Koes Plus dan The Mercys. Kami semua bergembira dan bahagia karena masa stress sudah lewat. Harapan Pak Kades dan seluruh warga desa, semua aktifitas kembali normal seperti sebelum adanya gempa. Demikian pula harapan kami yang mendampingi desa dalam bekerja dan bergembira.
Cargo Cult
Cargo cult? Ehmmm, entah di mana saya membaca? Kemungkinan besar di Facebook atau di IG, Sebab dua media sosial itu yang acapkali saya baca. Di tulisan itu membahas cargo cult dalam kaitannya dengan pilihan pemimpin indonesia lalu kasusnya adalah pilpres (pemilihan presiden). Kasus Pileg kurang seksi.
Cargo cult adalah gerakan kemasyarakatan di Melanesia. Gerakan itu timbul sebagai reaksi atas keadaan masyarakat yang sengsara dan terkungkung, seolah menjadi tawanan. Ada yang bereaksi melarikan diri dari keadaan itu, menyepi, membuat kegiatan ritual sambil berkhayal zaman lampau yang membahagiakan. Adapula reaksi menggalang persatuan sesama senasib sepenanggungan memilih pemimpin yang dianggap mampu mengubah keadaan; Ratu Adil.
Adakah gerakan yang disebut sebagai cargo cult? Adakah pemimpin yang disebut Ratu Adil dalam situasi pilpres? dua kandidat dalam pilpres. Yang satu adalah petahana yang lain lawannya adalah kandidat baru wajah lama. Jokowi adalah petahana dan Prabowo adalah lawannya. Yang satu mengatakan bahwa rakyat sudah sengsara, harga membumbung tinggil, rakyat tak mampu beli, harga beras dan daging paling mahal di dunia. Petahana menangkis, disuruh cek kebenaran pernyataan lawan.
Yang satu bilang dia mampu dan sanggup menyelesaikan dalam waktu singkat. Yang petahana bilang hal yang sama, semua itu sudah dalam perencanaan eksekusi. Tak ketinggalan kubu dua belah pihak ikutan berargumen, dan bahkan lebih rame, liar, beringas. Yang satu disebut Kampret yang lain cebong. Saling berargumen dari urusan program infrastruktur, sosial, ekonomi, budaya sampai dengan urusan pencitraan, jadi issue penting dalam setiap argumen.
Dua pihak berusaha meyakinkan pihaknya yang benar dan lawannya salah. Dua belah pihak menggalang persatuan senasib sepenanggungan. Dua belah pihak menganggap pimpinannya adalah Ratu Adil. Hasil quick count atau perhitungan cepat, suara petahana lebih unggul. Hasil ini malahan bikin rame, perhitungan cepat dianggap menggiring opini oleh pihak lawan. Lalu rakyatnya? Santai saja menyerahkan semua hasil pada KPU. Karena siapapun yang unggul ditentukan hasil resmi dari KPU. Hidup KPU!
Cargo cult adalah gerakan kemasyarakatan di Melanesia. Gerakan itu timbul sebagai reaksi atas keadaan masyarakat yang sengsara dan terkungkung, seolah menjadi tawanan. Ada yang bereaksi melarikan diri dari keadaan itu, menyepi, membuat kegiatan ritual sambil berkhayal zaman lampau yang membahagiakan. Adapula reaksi menggalang persatuan sesama senasib sepenanggungan memilih pemimpin yang dianggap mampu mengubah keadaan; Ratu Adil.
Adakah gerakan yang disebut sebagai cargo cult? Adakah pemimpin yang disebut Ratu Adil dalam situasi pilpres? dua kandidat dalam pilpres. Yang satu adalah petahana yang lain lawannya adalah kandidat baru wajah lama. Jokowi adalah petahana dan Prabowo adalah lawannya. Yang satu mengatakan bahwa rakyat sudah sengsara, harga membumbung tinggil, rakyat tak mampu beli, harga beras dan daging paling mahal di dunia. Petahana menangkis, disuruh cek kebenaran pernyataan lawan.
Yang satu bilang dia mampu dan sanggup menyelesaikan dalam waktu singkat. Yang petahana bilang hal yang sama, semua itu sudah dalam perencanaan eksekusi. Tak ketinggalan kubu dua belah pihak ikutan berargumen, dan bahkan lebih rame, liar, beringas. Yang satu disebut Kampret yang lain cebong. Saling berargumen dari urusan program infrastruktur, sosial, ekonomi, budaya sampai dengan urusan pencitraan, jadi issue penting dalam setiap argumen.
Dua pihak berusaha meyakinkan pihaknya yang benar dan lawannya salah. Dua belah pihak menggalang persatuan senasib sepenanggungan. Dua belah pihak menganggap pimpinannya adalah Ratu Adil. Hasil quick count atau perhitungan cepat, suara petahana lebih unggul. Hasil ini malahan bikin rame, perhitungan cepat dianggap menggiring opini oleh pihak lawan. Lalu rakyatnya? Santai saja menyerahkan semua hasil pada KPU. Karena siapapun yang unggul ditentukan hasil resmi dari KPU. Hidup KPU!
Oman belajar silat
Omongan dari mulut ke mulut, Pak Syukur itu punya ilmu pencak silat dan ilmu kebal. Ilmu silatnya sudah ban hitam. entah apakah istilah itu benar atau salah, tak ada dari kami yang tahu. yang jelas, kemampuan ilmu beladirinya sudah mencapai puncak kesempurnaan. Ilmu kebalnya juga sudah ban hitam. Dia tak mempan dipukul. Badannya tak bisa disentuh, siapa yang memukul hanya sebatas sejengkal tangan. semakin kuat dipukul semakin mental, berbalik bahkan bisa jatuh terpelanting.Konon kabarnya Pak Syukur bisa menghilang, dan berada di dua tempat yang berbeda. Makin kagum akan kesaktiannya, makin kepengen jadi muridnya.
Suatu malam Oman ngajak kumpul anggota genknya. Ia menentukan ketemuan di samping langgar selepas Isha. Semua datang tepat waktu. Kami ngumpul di gardu ronda. sudah diperkirakan jam segitu belum ada orang yang nongkrong di gardu ronda.
"Kita harus belajar silat ke pak syukur. supaya genk kita jadi tambah kuat." kata Oman. Semua setuju. memang kepengen punya ilmu dan kagum kehebatan Pak Syukur.
"Cuma mesti tanya dulu ke Pak Syukur apa dia mau terima murid." kata salah satu anggota. Dia tinggal tak jauh dari rumah calon guru silatnya. Jadi lebih tahu kalau murid Pak Syukur sudah banyak.
"Dia punya banyak murid. Mungkin saja tak mau menerima murid lagi." Demikian kata si anggota genk itu. Jadi harus dipastikan Pak Syukur mau terima murid baru."
"Biar saya saja yang tanya ke murid muridnya. Kan deket dari rumah."
Lampu hijau. Pak Syukur bersedia menerima murid baru. Bulat semangat seluruh genk akan datang malam Jumat ke tempat Pak Syukur. Langsung ke tempat latihan di lapangan sepakbola.
Suatu malam Oman ngajak kumpul anggota genknya. Ia menentukan ketemuan di samping langgar selepas Isha. Semua datang tepat waktu. Kami ngumpul di gardu ronda. sudah diperkirakan jam segitu belum ada orang yang nongkrong di gardu ronda.
"Kita harus belajar silat ke pak syukur. supaya genk kita jadi tambah kuat." kata Oman. Semua setuju. memang kepengen punya ilmu dan kagum kehebatan Pak Syukur.
"Cuma mesti tanya dulu ke Pak Syukur apa dia mau terima murid." kata salah satu anggota. Dia tinggal tak jauh dari rumah calon guru silatnya. Jadi lebih tahu kalau murid Pak Syukur sudah banyak.
"Dia punya banyak murid. Mungkin saja tak mau menerima murid lagi." Demikian kata si anggota genk itu. Jadi harus dipastikan Pak Syukur mau terima murid baru."
"Biar saya saja yang tanya ke murid muridnya. Kan deket dari rumah."
Lampu hijau. Pak Syukur bersedia menerima murid baru. Bulat semangat seluruh genk akan datang malam Jumat ke tempat Pak Syukur. Langsung ke tempat latihan di lapangan sepakbola.
Pegawai
Wartegnya baru buka delapan bulan. Masih semangat, tenaga muda, animo pelanggan potensial. lokasinya tak jauh dari pasar relatif besar, banyak ruko dan kantoran. Dalam hati ia percaya para pekerja itu akan cari makan di warungnya. Makin ramai pasar, makin laku warung makan. Ia mengelola warteg dua
puluh empat jam di lokasi jalan utama antara Pondok Gede dan Kranggan. Jalan yang seolah tanpa waktu macet. Pegawai, atau pelayan warteg tiga orang, semuanya perempuan, usia antara 19-23 tahun, asal dari kampung yang sama dengannya.
Enaknya kalo pegawai asal kampung yang sama, saya kenal keluarganya, kenal orangtuanya. bisa dipercaya."
Sampai sekarang pegawainya masih bekerja untuknya. Satu orang, yang paling besar, tahun depan akan menikah. Ia sudah ambil ancang ancang untuk cari pegawai yang baru.
"Cari pegawai buat jaga warteg susah."
Apalagi cari pegawai yang dipercaya, susahnya pangkat dua." lanjutnya bercerita.
Ia berencana pakai penyedia jasa pembantu. Konon lebih cepat dan tak perlu meninggalkan warteg. Hanya, kawannya wanti wanti, pakai jasa semacam itu, paling bertahan tiga bulan. setelah itu harus cari lagi. Biasanya pemberi jasa itu memberi jaminan tiga bulan akan bekerja di kita, selebihnya tanggungjawab kita membina hubungan baik dengan pegawai itu.
Kawannya punya pengalaman, Ia sudah mengeluarkan lebih dari 3 juta untuk rekrut tiga kali. Calo pembantu minta jaminan 500 ribu dan ongkos transport, totalnya sekitar satu juta. Pekerja minta gaji bersih. Harus ada fasilitas buat keperluan mandi dan pulsa HP. Lalu setelah semua diberikan, ternyata tak sampai tiga bulan, pegawainya sudah minta pulang kampung. Karena itu, calo pembantu tak menjamin langgengnya pekerja.
Pekerja kawannya itu sekarang adalah orang yang ada di sekitar warungnya.
Enaknya kalo pegawai asal kampung yang sama, saya kenal keluarganya, kenal orangtuanya. bisa dipercaya."
Sampai sekarang pegawainya masih bekerja untuknya. Satu orang, yang paling besar, tahun depan akan menikah. Ia sudah ambil ancang ancang untuk cari pegawai yang baru.
"Cari pegawai buat jaga warteg susah."
Apalagi cari pegawai yang dipercaya, susahnya pangkat dua." lanjutnya bercerita.
Ia berencana pakai penyedia jasa pembantu. Konon lebih cepat dan tak perlu meninggalkan warteg. Hanya, kawannya wanti wanti, pakai jasa semacam itu, paling bertahan tiga bulan. setelah itu harus cari lagi. Biasanya pemberi jasa itu memberi jaminan tiga bulan akan bekerja di kita, selebihnya tanggungjawab kita membina hubungan baik dengan pegawai itu.
Kawannya punya pengalaman, Ia sudah mengeluarkan lebih dari 3 juta untuk rekrut tiga kali. Calo pembantu minta jaminan 500 ribu dan ongkos transport, totalnya sekitar satu juta. Pekerja minta gaji bersih. Harus ada fasilitas buat keperluan mandi dan pulsa HP. Lalu setelah semua diberikan, ternyata tak sampai tiga bulan, pegawainya sudah minta pulang kampung. Karena itu, calo pembantu tak menjamin langgengnya pekerja.
Pekerja kawannya itu sekarang adalah orang yang ada di sekitar warungnya.
Monday, 17 June 2019
Apa harus Simbiose Mutualistis
Apa harus Simbiose Mutualistis
Air kran depan rumah pak Dusrin di dusun III desa Beka, mengalir deras. “ Ini terjadi setelah gempa Pak”. Air itu berasal dari gunung, katanya batu batu di gunung yang bergeser akibat gempa telah membuat sumber air baru. “Saya bersyukur karena adanya gempa telah mengubah tatanan lapisan tanah dan batu” Lanjut cerita pak Dusrin. Suplai air di Beka juga membuat pekerjaan membangun Rumah Kencana inisiatif IBU Foundation menjadi lebih mudah. Campuran adukan semen pasir tidak lagi harus memikul air dari sumber yang jauh. Ternyata tidak semua merana akibat gempa. Ada efek positif dari gempa itu. “Saya makin lama makin sadar dengan pentingnya menjaga lingkungan. Sedikit saja kita mengganggu alam sekitar, bisa jadi mendadak mereka menghentikan apa yang menjadi kebutuhan kita” kata pak Dusrin terharu.
Beka adalah nama baru. Dahulu kala, nama desa itu adalah Nevaliri atau biasa disingkat Valiri. Legenda sejahteranya kehidupan komunitas semenjak leluhur mereka seorang perempuan menemukan bayi menangis di sela-sela batu. Bayi itu menangis terus menerus, lalu disusui perempuan itu. Bertahun tahu komunitas itu memanfaatkan air untuk keluarga, tetangga, sawah dan kebun mereka. Makan minum terjamin.
Lalu, batu batu yang mengalirkan air untuk kehidupan desa mendadak berhenti. “saya tidak tahu kenapa berhenti, apakah karena banyak bangunan di atas sana akibat makin banyaknya penduduk di sini. Sawah yang semula dialiri air gunung mendadak berhenti. Daerah ini, beberapa waktu lalu adalah daerah subur. “Jadi pasti mengundang orang berdatangan ke sini.” Lanjut cerita Pak Dusrin. Sekarang mendadak pula air mengalir. Momentumnya setelah gempa.
Apakah legenda itu adalah pesan moral bagi warga komunitas Beka? Leluhur mereka membantu bayi menyusui agar tak lagi menangis. Sebagai imbalannya bayi itu yang menjaga kesejahteraan warga. Apakah artinya hubungan timbal balik alam dan penduduk mulai kembali seimbang? Semoga. Anatapura 23 Februari 2019
Air kran depan rumah pak Dusrin di dusun III desa Beka, mengalir deras. “ Ini terjadi setelah gempa Pak”. Air itu berasal dari gunung, katanya batu batu di gunung yang bergeser akibat gempa telah membuat sumber air baru. “Saya bersyukur karena adanya gempa telah mengubah tatanan lapisan tanah dan batu” Lanjut cerita pak Dusrin. Suplai air di Beka juga membuat pekerjaan membangun Rumah Kencana inisiatif IBU Foundation menjadi lebih mudah. Campuran adukan semen pasir tidak lagi harus memikul air dari sumber yang jauh. Ternyata tidak semua merana akibat gempa. Ada efek positif dari gempa itu. “Saya makin lama makin sadar dengan pentingnya menjaga lingkungan. Sedikit saja kita mengganggu alam sekitar, bisa jadi mendadak mereka menghentikan apa yang menjadi kebutuhan kita” kata pak Dusrin terharu.
Beka adalah nama baru. Dahulu kala, nama desa itu adalah Nevaliri atau biasa disingkat Valiri. Legenda sejahteranya kehidupan komunitas semenjak leluhur mereka seorang perempuan menemukan bayi menangis di sela-sela batu. Bayi itu menangis terus menerus, lalu disusui perempuan itu. Bertahun tahu komunitas itu memanfaatkan air untuk keluarga, tetangga, sawah dan kebun mereka. Makan minum terjamin.
Lalu, batu batu yang mengalirkan air untuk kehidupan desa mendadak berhenti. “saya tidak tahu kenapa berhenti, apakah karena banyak bangunan di atas sana akibat makin banyaknya penduduk di sini. Sawah yang semula dialiri air gunung mendadak berhenti. Daerah ini, beberapa waktu lalu adalah daerah subur. “Jadi pasti mengundang orang berdatangan ke sini.” Lanjut cerita Pak Dusrin. Sekarang mendadak pula air mengalir. Momentumnya setelah gempa.
Apakah legenda itu adalah pesan moral bagi warga komunitas Beka? Leluhur mereka membantu bayi menyusui agar tak lagi menangis. Sebagai imbalannya bayi itu yang menjaga kesejahteraan warga. Apakah artinya hubungan timbal balik alam dan penduduk mulai kembali seimbang? Semoga. Anatapura 23 Februari 2019
Karawana Berlomba
Karawana Berlomba
oleh
Tito Panggabean
Wawan Kurniawansyah
Jum’at sore (4/1) di Desa Karawana Kabupaten Sigi merupakan hari pembukaan lomba. Dengan tema “Karawana Berlomba” IBU Foundatiom bersama pemuda, remaja, perangkat desa dan komunitas umumnya mengadakan kegiatan lomba yang bertujuan untuk mengembalikkan keceriaan dan harapan masyarakat akibat bencana gempa dan tsunami yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.
Tentu masih terngiang dalam ingatan kita, gempa dengan 7,5 skala ritcher dan diikuti tsunami serta likuifaksi mengakibatkan kondisi ekonomi, kondisi psikososial Sulawesi Tengah, khususnya daerah Kabupaten Sigi dalam kondisi yang memprihatinkan. Lomba yang rencana pelaksanaanya mulai 4-13 Januari ini bukanlah lomba yang “spektakular”. Namun harapannya dengan adanya kegiatan lomba ini yang sebelumnya telah biasa dilaksanakan masyarakat Desa Karawana ketika memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus untuk mengembalikkan kehidupan masyarakat Desa Karawana seperti sebelum adanya bencana terjadi.
Adapun jenis lomba yang akan dilaksanakkan diantaranya lomba makan kerupuk, teknisnya kerupuk yang telah digantung tali raffia peserta harus memakannya sampai habis tanpa bantuan tangan. Ada juga lomba tarik tambang bertujuan membangun kerjasama antar peserta. Pertandingan bola volley antar dusun yang merupakan lomba yang paling popular di situ. Lomba balap karung dan balap kelereng.
Sekretaris Desa Karawana membuka kegiatan lomba. Dalam pidatonya beliau menyebut bahwa lomba ini bukanlah untuk mencari siapa yang menang dan siapa yang kalah. Lomba ini bertujuan membuat masyarakat desa Karawana kembali memiliki rasa percaya diri, setelah terjadi bencana yang membuat trauma, cemas, dan lainnya yang berhubungan dengan gejala psikologis seseorang. Lomba ini difasilitasi atas kerjasama IBU Foundation dan masyarakat desa Karawana. Selain lomba, ada juga kegiatan untuk meningkatkan keyakinan dan memohon kekuatan untuk dijauhkan dari musibah. Dimana anak-anak, remaja dan para orang tua diingatkan kembali akan kekuasaan Ilahi melalui kegiatan pengajian dan tausyiah-tausyiah agama. Dzikir dan doa bersamapun selalu dilakukan untuk memohon ampun kepada-Nya.
Sore itu, terlihat tawa riang anak-anak, saling pengertian para remaja dalam acara perlombaan setidaknya memberi penyejuk bagi mereka yang terus menerus ditimpa rasa cemas dan khawatir. Semoga dengan adanya kegiatan psikososial ini dapat mengembalikan rasa percaya diri pada anak-anak, remaja, dan para keluarga yang tertimpa bencana dan harapan baik itu tetap tumbuh dan nyata. Arah ke sana sudah nampak. Harapan masyarakat desa Karawana untuk kembali ke kondisi normal mulai terasa. Tiga pilar kebutuhan dasar perlahan bisa terpenuhi; Pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Seperti anak- anak usia sekolah kembali aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kegiatan jual beli kembali hidup, pasar mulai ramai, dan balai pengobatan dan klinik berjalan kembali.
oleh
Tito Panggabean
Wawan Kurniawansyah
Jum’at sore (4/1) di Desa Karawana Kabupaten Sigi merupakan hari pembukaan lomba. Dengan tema “Karawana Berlomba” IBU Foundatiom bersama pemuda, remaja, perangkat desa dan komunitas umumnya mengadakan kegiatan lomba yang bertujuan untuk mengembalikkan keceriaan dan harapan masyarakat akibat bencana gempa dan tsunami yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.
Tentu masih terngiang dalam ingatan kita, gempa dengan 7,5 skala ritcher dan diikuti tsunami serta likuifaksi mengakibatkan kondisi ekonomi, kondisi psikososial Sulawesi Tengah, khususnya daerah Kabupaten Sigi dalam kondisi yang memprihatinkan. Lomba yang rencana pelaksanaanya mulai 4-13 Januari ini bukanlah lomba yang “spektakular”. Namun harapannya dengan adanya kegiatan lomba ini yang sebelumnya telah biasa dilaksanakan masyarakat Desa Karawana ketika memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus untuk mengembalikkan kehidupan masyarakat Desa Karawana seperti sebelum adanya bencana terjadi.
Adapun jenis lomba yang akan dilaksanakkan diantaranya lomba makan kerupuk, teknisnya kerupuk yang telah digantung tali raffia peserta harus memakannya sampai habis tanpa bantuan tangan. Ada juga lomba tarik tambang bertujuan membangun kerjasama antar peserta. Pertandingan bola volley antar dusun yang merupakan lomba yang paling popular di situ. Lomba balap karung dan balap kelereng.
Sekretaris Desa Karawana membuka kegiatan lomba. Dalam pidatonya beliau menyebut bahwa lomba ini bukanlah untuk mencari siapa yang menang dan siapa yang kalah. Lomba ini bertujuan membuat masyarakat desa Karawana kembali memiliki rasa percaya diri, setelah terjadi bencana yang membuat trauma, cemas, dan lainnya yang berhubungan dengan gejala psikologis seseorang. Lomba ini difasilitasi atas kerjasama IBU Foundation dan masyarakat desa Karawana. Selain lomba, ada juga kegiatan untuk meningkatkan keyakinan dan memohon kekuatan untuk dijauhkan dari musibah. Dimana anak-anak, remaja dan para orang tua diingatkan kembali akan kekuasaan Ilahi melalui kegiatan pengajian dan tausyiah-tausyiah agama. Dzikir dan doa bersamapun selalu dilakukan untuk memohon ampun kepada-Nya.
Sore itu, terlihat tawa riang anak-anak, saling pengertian para remaja dalam acara perlombaan setidaknya memberi penyejuk bagi mereka yang terus menerus ditimpa rasa cemas dan khawatir. Semoga dengan adanya kegiatan psikososial ini dapat mengembalikan rasa percaya diri pada anak-anak, remaja, dan para keluarga yang tertimpa bencana dan harapan baik itu tetap tumbuh dan nyata. Arah ke sana sudah nampak. Harapan masyarakat desa Karawana untuk kembali ke kondisi normal mulai terasa. Tiga pilar kebutuhan dasar perlahan bisa terpenuhi; Pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Seperti anak- anak usia sekolah kembali aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kegiatan jual beli kembali hidup, pasar mulai ramai, dan balai pengobatan dan klinik berjalan kembali.
Bencana di Sulawesi Tengah
Likuifaksi baru saja dikenal oleh Ilham yang tinggal di bagian barat kota Palu. Ia selamat dari bencana gempa dan Tsunami yang terjadi Sulteng pada 28 September 2018. Jam 15.00 saat itu ia baru saja masuk kamar mandi. Tiba-tiba terjadi gempa keras. Ia terjerembab terdorong sana sini dalam kamar mandi yang ukurannya dua kali dua meter. Keluar rumah, mencari ayah dan ibunya. Mereka ketemu berpelukan, lalu berpisah. Ilham harus berangkat ke Palu.Telpon adiknya di kota Palu lebih dahulu, mengabari keadaan rumah dan kampungnya, sekaligus memastikan adiknya aman. Pakaian hanya yang ada ditubuh. Tidak ada persediaan pakaian. Semua hanyut bersamaan dengan rumah dan hartanya. Butuh waktu lebih dari tiga jam untuk sampai kota Palu.
Terkejut. Ternyata Kota Palu luluh lantak bahkan lebih hancur dari kampungnya. Seluruh kota gelap gulita. Menunggu sampai esok hari sampai matahari bersinar. Kota sedikit terang, lanjut mencari adiknya. Kesasar beberapa kali, sebab tidak ada patokan bangunan yang berdiri tegak. Akhirnya ketemu di pengungsian, di atas bukit. Sepanjang waktu itu hanya minum air kran, atau kalo ada aqua botol dijatah sebanyak tutup aqua setiap orang. Masuk toko ambil aqua tanpa bayar.
“Semua orang melakukan hal yang sama. Menjarah makanan dan minuman. Apa saja yang penting bisa mengisi perut” Begitu katanya.
Ilham baru tahu kata "likuifaksi". Istilah baru bagi orang Palu. Selama ini ia hanya mengenal gempa, tsunami dan putting beliung. Ternyata tanah goyang, berombak ombak, keluar lumpur dalam tanah, dan ada api memancar disebut likufaksi.
"Memikirkan rumah yang sekaligus jadi warung kopi hancur bikin stress." keluh Ilham.
Harta lenyap dalam sekejap lenyap. Apalagi dia baru sebulan menikah.
"Semakin dipikir semakin stress." Katanya.
Dia luntang lantung di kota tak tahu apa yang mesti dikerjakan. Dia ikut bantu pengungsi sana sini, untuk menghilangkan stress. Bahkan Ilham tidak mau istirahat, takut jadi stress lagi. Selama dua minggu itu panas sekali. Ia menggambarkan seperti berada di atas tungku, sebab panasnya berasal dari bawah tanah.
Saya membayangkan betapa paniknya orang orang saat itu. Terjadi gempa, disusul oleh Tsunami dan likuifaksi dalam hitungan menit. Gimana tidak, hanya gempa kurang dari 5 SR yang terjadi tadi pagi saja membuat kami panik berhamburan keluar rumah.
Terkejut. Ternyata Kota Palu luluh lantak bahkan lebih hancur dari kampungnya. Seluruh kota gelap gulita. Menunggu sampai esok hari sampai matahari bersinar. Kota sedikit terang, lanjut mencari adiknya. Kesasar beberapa kali, sebab tidak ada patokan bangunan yang berdiri tegak. Akhirnya ketemu di pengungsian, di atas bukit. Sepanjang waktu itu hanya minum air kran, atau kalo ada aqua botol dijatah sebanyak tutup aqua setiap orang. Masuk toko ambil aqua tanpa bayar.
“Semua orang melakukan hal yang sama. Menjarah makanan dan minuman. Apa saja yang penting bisa mengisi perut” Begitu katanya.
Ilham baru tahu kata "likuifaksi". Istilah baru bagi orang Palu. Selama ini ia hanya mengenal gempa, tsunami dan putting beliung. Ternyata tanah goyang, berombak ombak, keluar lumpur dalam tanah, dan ada api memancar disebut likufaksi.
"Memikirkan rumah yang sekaligus jadi warung kopi hancur bikin stress." keluh Ilham.
Harta lenyap dalam sekejap lenyap. Apalagi dia baru sebulan menikah.
"Semakin dipikir semakin stress." Katanya.
Dia luntang lantung di kota tak tahu apa yang mesti dikerjakan. Dia ikut bantu pengungsi sana sini, untuk menghilangkan stress. Bahkan Ilham tidak mau istirahat, takut jadi stress lagi. Selama dua minggu itu panas sekali. Ia menggambarkan seperti berada di atas tungku, sebab panasnya berasal dari bawah tanah.
Saya membayangkan betapa paniknya orang orang saat itu. Terjadi gempa, disusul oleh Tsunami dan likuifaksi dalam hitungan menit. Gimana tidak, hanya gempa kurang dari 5 SR yang terjadi tadi pagi saja membuat kami panik berhamburan keluar rumah.
Sibalaya Sehat berjiwa Kuat
Sibalaya Sehat berjiwa Kuat
Tito Panggabean
Kiki Baisuki
Satu keluarga itu fanatic sepakbola. Bapak, dan tujuh anaknya semuanya pemain andalan di desa itu. Ya, desa Sibalaya Utara. Hanya sekitar satu jam dari Kota Palu. Masuk dalam wilayah administrasi Sigi, Sulawesi Tengah. Wilayah yang tiba tiba terkenal sedunia karena bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018 lalu.
Sepakbola adalah kebanggaan desa sini. Dua puluh dua anak kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar bertanding di lapangan satu satunya di kampong itu. Satu tim dari kampong sebelah, satunya lagi tim tuan rumah. Stand saat istirahat satu sama, akhir pertandingan score 2-1, kemenangan Tuan Rumah. “saya bersyukur Karena IBU Foundation datang ke tempat ini mengajak anak dan remaja mulai kegiatan rutin” kata Pak Kepala Desa. Sejak bencana, kegiatan olahraga dan kesenian seolah mati. Tidak ada orang di sini, terutama remaja mau bermain sepakbola. Sepakbola bukan satu-satunya olahraga yang kembali digiatkan. Volley ball, Kasti dan Sepak Takraw juga dihidupkan kembali. Bahkan olahraga tradisional, seperti lompat tali, galasin, lomba bakiak, tarik tambang, tak ketinggalan menjadi bagian dari memeriahkan kembalinya kehidupan rutin warga Sibalaya paska bencana.
Olahraga itu adalah kegiatan psiko-social yang bertujuan mengangkat nilai sportifitas, bekerja secara bersama, percaya diri dan mengajarkan kemandirian. Kemarin sore, kembali lagi, IBU Foundation menyelenggarakan pertandingan Futsal tingkat SD - SMP desa tersebut. Suasana yang seru, meriah, tepuk sorak, menyemangati para pemain yang berlaga, sekaligus mengekspresikan diri penonton dalam menyemangati para remaja dan anak anak yang bertanding itu. Sungguh cara yang efektif dalam melepas trauma akibat bencana.
Salah satu warga punya cerita lain dengan kehadiran IBU Foundation. Penyelenggaraan kegiatan anak dan remaja memberi alternative positif bagi remaja yang sekarang ini dinilai mengkhawatirkan. Kebiasaan minum CT (Cap Tikus) dan Narkoba sudah menjalar sampai ke dusun. Ada penjualnya, Tentu saja karena ada permintaan. Tidak disangkal bahwa remaja sudah banyak yang terlibat dengan kebiasaan “minum” dan obat terlarang. Pak sekdes menemukan beberapa kasus bahwa anak muda di sini menggunakan THD (trihexyphenidyl). “Itu obat penenang”. Katanya. “Itu adalah obat untuk penenang penderita parkinson.” Tambahnya.
Para orangtua di desa tersebut lebih suka membiarkan anak anaknya nonton sepakbola di ruang TV sampai larut malam. Daripada keluyuran yang tak jelas arah dan tujuannya. “Selama berada di rumah, anak anak masih dapat dikontrol.” Demikian kata Pak Sekdes. Ia membangun kamar di teras depan rumahnya. Pintu kamar itu terpisah dari pintu rumah utama. Dengan maksud, memberi kebebasan anak dan kawan-kawannya kumpul di kamar tanpa sungkan. Sebaliknya sekdes dan isterinya sewaktu waktu bisa melongok kamar itu. “Tidak ada yang lebih menakutkan daripada hancurnya prestasi sepakbola anak anak itu akibat kecanduan narkoba.” Kata Pak Kades.
Sesungguhnya kehadiran IBU Foundation melalui kegiatan olahraga memberi manfaat ganda. Pertama dalam rangka mengembalikan kemandirian anak dari trauma bencana. Kedua adalah mengurangi kecemasan orangtua pada anak anak sebagai generasi penerus kecanduan narkoba. Setidaknya dengan adanya program pembangunan psiko social bergaya belajar sambil bermain di desa ini menjadi model dan modal bagi desa desa lain di sekitarnya.
Tito Panggabean
Kiki Baisuki
Satu keluarga itu fanatic sepakbola. Bapak, dan tujuh anaknya semuanya pemain andalan di desa itu. Ya, desa Sibalaya Utara. Hanya sekitar satu jam dari Kota Palu. Masuk dalam wilayah administrasi Sigi, Sulawesi Tengah. Wilayah yang tiba tiba terkenal sedunia karena bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018 lalu.
Sepakbola adalah kebanggaan desa sini. Dua puluh dua anak kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar bertanding di lapangan satu satunya di kampong itu. Satu tim dari kampong sebelah, satunya lagi tim tuan rumah. Stand saat istirahat satu sama, akhir pertandingan score 2-1, kemenangan Tuan Rumah. “saya bersyukur Karena IBU Foundation datang ke tempat ini mengajak anak dan remaja mulai kegiatan rutin” kata Pak Kepala Desa. Sejak bencana, kegiatan olahraga dan kesenian seolah mati. Tidak ada orang di sini, terutama remaja mau bermain sepakbola. Sepakbola bukan satu-satunya olahraga yang kembali digiatkan. Volley ball, Kasti dan Sepak Takraw juga dihidupkan kembali. Bahkan olahraga tradisional, seperti lompat tali, galasin, lomba bakiak, tarik tambang, tak ketinggalan menjadi bagian dari memeriahkan kembalinya kehidupan rutin warga Sibalaya paska bencana.
Olahraga itu adalah kegiatan psiko-social yang bertujuan mengangkat nilai sportifitas, bekerja secara bersama, percaya diri dan mengajarkan kemandirian. Kemarin sore, kembali lagi, IBU Foundation menyelenggarakan pertandingan Futsal tingkat SD - SMP desa tersebut. Suasana yang seru, meriah, tepuk sorak, menyemangati para pemain yang berlaga, sekaligus mengekspresikan diri penonton dalam menyemangati para remaja dan anak anak yang bertanding itu. Sungguh cara yang efektif dalam melepas trauma akibat bencana.
Salah satu warga punya cerita lain dengan kehadiran IBU Foundation. Penyelenggaraan kegiatan anak dan remaja memberi alternative positif bagi remaja yang sekarang ini dinilai mengkhawatirkan. Kebiasaan minum CT (Cap Tikus) dan Narkoba sudah menjalar sampai ke dusun. Ada penjualnya, Tentu saja karena ada permintaan. Tidak disangkal bahwa remaja sudah banyak yang terlibat dengan kebiasaan “minum” dan obat terlarang. Pak sekdes menemukan beberapa kasus bahwa anak muda di sini menggunakan THD (trihexyphenidyl). “Itu obat penenang”. Katanya. “Itu adalah obat untuk penenang penderita parkinson.” Tambahnya.
Para orangtua di desa tersebut lebih suka membiarkan anak anaknya nonton sepakbola di ruang TV sampai larut malam. Daripada keluyuran yang tak jelas arah dan tujuannya. “Selama berada di rumah, anak anak masih dapat dikontrol.” Demikian kata Pak Sekdes. Ia membangun kamar di teras depan rumahnya. Pintu kamar itu terpisah dari pintu rumah utama. Dengan maksud, memberi kebebasan anak dan kawan-kawannya kumpul di kamar tanpa sungkan. Sebaliknya sekdes dan isterinya sewaktu waktu bisa melongok kamar itu. “Tidak ada yang lebih menakutkan daripada hancurnya prestasi sepakbola anak anak itu akibat kecanduan narkoba.” Kata Pak Kades.
Sesungguhnya kehadiran IBU Foundation melalui kegiatan olahraga memberi manfaat ganda. Pertama dalam rangka mengembalikan kemandirian anak dari trauma bencana. Kedua adalah mengurangi kecemasan orangtua pada anak anak sebagai generasi penerus kecanduan narkoba. Setidaknya dengan adanya program pembangunan psiko social bergaya belajar sambil bermain di desa ini menjadi model dan modal bagi desa desa lain di sekitarnya.
Pertandingan persahabatan
Pertandingan persahabatan
Bermula dari diskusi warung kopi, di pinggiran lapangan Sibalaya Utara. Diambil kesimpulannya untuk sepakat membuat pertandingan sepakbola persahabatan, FC IBU Foundation lawan FC Sibalaya Putra. Sore hari ini, 12 Januari 2019 rencana itu diwujudkan. Manajer Tim kali ini dipercayakan pada Garreth “Sarce” Southgate dan Pelatih professional Sir Alex “Tito” Ferguson. Pemain andalan FC IBU Foundation, Harry “Eko” Kane, Raheem “Kiki” Sterling jadi ujung tombak. Dipercaya duet itu akan membuat tim ini mampu melakukan serangan tajam mematikan. Barisan pertahanan lawan bakalan kocar kacir. Gocekan pasangan yang sudah kondang itu memang spesialis obrak abrik pertahanan lawan.
Di lapangan tengah Sir Alex ”Tito” Ferguson mengandalkan pada Jordan “Yitno” Henderson, Ruben “Yayat” Loftus, Jessy “Alvian” Lingard dan harry “Hafid” maguire. Bagian belakang. Strategi kali ini special. Menghadapi lawan tangguh sekelas FC Sibalaya, FC IBU Foundation mengandalkan menyerang bertahan. Sir alex memasang Kyle “Fondri” Walker, John “Donny” Stones, Kieran “Agus” Trippier, dan Ashley “Ucup” Young. Tak main main, pemain di bawah mistar gawang dipercayakan pada Jordan “Kocu” Pickford. Ini Partai Neraka. Ingin tahu keseruannya, saksikan di Sibalaya Utara Stadium nanti sore jam 15.30 WITA atau bisa disaksikan di channel TV kesayangan anda IBU Foundation TV. Come and join us.
Bermula dari diskusi warung kopi, di pinggiran lapangan Sibalaya Utara. Diambil kesimpulannya untuk sepakat membuat pertandingan sepakbola persahabatan, FC IBU Foundation lawan FC Sibalaya Putra. Sore hari ini, 12 Januari 2019 rencana itu diwujudkan. Manajer Tim kali ini dipercayakan pada Garreth “Sarce” Southgate dan Pelatih professional Sir Alex “Tito” Ferguson. Pemain andalan FC IBU Foundation, Harry “Eko” Kane, Raheem “Kiki” Sterling jadi ujung tombak. Dipercaya duet itu akan membuat tim ini mampu melakukan serangan tajam mematikan. Barisan pertahanan lawan bakalan kocar kacir. Gocekan pasangan yang sudah kondang itu memang spesialis obrak abrik pertahanan lawan.
Di lapangan tengah Sir Alex ”Tito” Ferguson mengandalkan pada Jordan “Yitno” Henderson, Ruben “Yayat” Loftus, Jessy “Alvian” Lingard dan harry “Hafid” maguire. Bagian belakang. Strategi kali ini special. Menghadapi lawan tangguh sekelas FC Sibalaya, FC IBU Foundation mengandalkan menyerang bertahan. Sir alex memasang Kyle “Fondri” Walker, John “Donny” Stones, Kieran “Agus” Trippier, dan Ashley “Ucup” Young. Tak main main, pemain di bawah mistar gawang dipercayakan pada Jordan “Kocu” Pickford. Ini Partai Neraka. Ingin tahu keseruannya, saksikan di Sibalaya Utara Stadium nanti sore jam 15.30 WITA atau bisa disaksikan di channel TV kesayangan anda IBU Foundation TV. Come and join us.
Dusun IIII: Stepchild of the progress
Dusun IIII: Stepchild of the progress
Tim Wash mendesak agar lokasi RK dibuat di dusun III daripada di dusun II yang tak jelas kapan perizinan keluar. Gayung bersambut karena seorang RT di dusun III merespons. Ia bertanggungjawab, ia menghibahkan tanahnya untuk pembangunan RK. “baru kali ini pembangunan dilakukan di dusun III” kata pak RT. Konon cerita sejarahnya mengatakan bahwa dusun III tak pernah kebagian kalau ada bantuan dari desa. Benarkah demikian? Mungkin harus ada informasi yang mendalam.
Posisi dusunnya memadat, hampir tak ada ruang terbuka di dusun III. Ini pula yang menyulitkan bagi Tim Beka-Sibalaya menemukan lokasi untuk Rumah Kencana. Sejak December perangkat desa berdebat soal lokasi itu. Sebagian ingin dibangun di dusun II dekat rumah Kepala desa. Opsi lain, juga di dusun II di bagian atas dari dusun II. Dua opsi itu dead lock. Tidak ada yang mau tandatangan surat hibah. Untungnya ada perangkat desa yang mengusulkan di dusun III. Tim Sambalado langsung setuju. Tidak punya opsi lain, kecuali mengiyakan karena harus segera membangun.
Segera surat dibuat, tandatangan semua pihak lancar. Setelah diteliti, tanah pilihan itu bersebelahan dengan kuburan keluarga. Tidak jadi. Tidak baik bagi Ruang Ramah Anak. Lalu Tim pindah lokasi, tidak jauh dari situ. Ruang terbuka yang tak terlalu luas, tapi cukup untuk Rumah Kencana. Di situ kami menetapkan, di ruang itu Tim Wash sudah mengukur sana sini. Ya, cukup, nanti kita buat di sini menghadap ke sini, latrine sebelah sini, pintu sebelah sana. Tinggal Tim wash yang bertemu dengan para tukang menjadwal kerja Rumah Kencana.
Tim Wash mendesak agar lokasi RK dibuat di dusun III daripada di dusun II yang tak jelas kapan perizinan keluar. Gayung bersambut karena seorang RT di dusun III merespons. Ia bertanggungjawab, ia menghibahkan tanahnya untuk pembangunan RK. “baru kali ini pembangunan dilakukan di dusun III” kata pak RT. Konon cerita sejarahnya mengatakan bahwa dusun III tak pernah kebagian kalau ada bantuan dari desa. Benarkah demikian? Mungkin harus ada informasi yang mendalam.
Posisi dusunnya memadat, hampir tak ada ruang terbuka di dusun III. Ini pula yang menyulitkan bagi Tim Beka-Sibalaya menemukan lokasi untuk Rumah Kencana. Sejak December perangkat desa berdebat soal lokasi itu. Sebagian ingin dibangun di dusun II dekat rumah Kepala desa. Opsi lain, juga di dusun II di bagian atas dari dusun II. Dua opsi itu dead lock. Tidak ada yang mau tandatangan surat hibah. Untungnya ada perangkat desa yang mengusulkan di dusun III. Tim Sambalado langsung setuju. Tidak punya opsi lain, kecuali mengiyakan karena harus segera membangun.
Segera surat dibuat, tandatangan semua pihak lancar. Setelah diteliti, tanah pilihan itu bersebelahan dengan kuburan keluarga. Tidak jadi. Tidak baik bagi Ruang Ramah Anak. Lalu Tim pindah lokasi, tidak jauh dari situ. Ruang terbuka yang tak terlalu luas, tapi cukup untuk Rumah Kencana. Di situ kami menetapkan, di ruang itu Tim Wash sudah mengukur sana sini. Ya, cukup, nanti kita buat di sini menghadap ke sini, latrine sebelah sini, pintu sebelah sana. Tinggal Tim wash yang bertemu dengan para tukang menjadwal kerja Rumah Kencana.
Maroaroa
Maroaroa Bergembira tidak mengenal siapa menang siapa kalah. Menang dan Kalah sudah diatur tata tertib pertandingan. Pertandingan usai disambut disambut suka cita dua pihak. Sore itu, 1 Februari 2019, Tim IBU Foundation yang sudah latihan keras harus mengakui lawan tangguhnya Tim Loli Tasiburi. Hasil pertandingan sepakbola 4-1 untuk tuan rumah, membuktikan kekuatan lawan dua tingkat di atas.
Lalu, ya bergembira bersama setelah pertandingan. Makanya disebut Maroaroa bergembira. Itu artinya melupakan siapa kalah dan menang. Tidak saling menghujat, tidak adu jotos, tetapi saling berpelukan berpesta untuk keberhasilan mematuhi nilai nilai pengendalian emosi.
Lalu, ya bergembira bersama setelah pertandingan. Makanya disebut Maroaroa bergembira. Itu artinya melupakan siapa kalah dan menang. Tidak saling menghujat, tidak adu jotos, tetapi saling berpelukan berpesta untuk keberhasilan mematuhi nilai nilai pengendalian emosi.
Mitos dan Medis seputar kesehatan reproduksi dan menstruasi
Mitos dan Medis seputar kesehatan reproduksi dan menstruasi
Uji awal bidan desa ke siswi SMPN3 Banawa dan Madrasah Aliyah Karawana seputar kesehatan organ tubuh dan menstruasi, dijawab dengan cepat dan lugas. Memuaskan. Ternyata pengetahuan para siswa tentang itu melebihi perkiraan. Seks bebas dan penyakit jadi bagian dari diskusi, bahan pembalut yang aman sampai soal-soal tabu seputar menstruasi. Ada pertanyaan. “Apakah keramas saat menstruasi diperbolehkan? Menurut kepercayaan, hal itu tidak diperbolehkan?” Tanya seorang siswa aktif. Jawaban ini bukan soal kepercayaan boleh atau tidak boleh. Tapi ada penjelasan medis nya. Perempuan yang sedang menstruasi banyak mengeluarkan darah, badannya menjadi lemas. Kalau keramas, maka bisa menyebabkan kedinginan. Karena itu keramas saat mens tidak dianjurkan.
Ada lagi pertanyaan lain. “apakah minum air soda bisa melancarkan menstruasi” Tanya siswi yang lain. Itu tidak benar. Paling hanya sendawa berkali kali akibat minum soda. Tidak ada hubungan antara mens dan soda. Apalagi melancarkan darah keluar setelah minum air soda.
Metode yang dipakai untuk menjelaskan seputar kesehatan reproduksi dan menstruasi adalah presentasi dan diskusi. Metode yang baru bagi kalangan siswi. Selama ini cara belajar-mengajar menggunakan ceramah, komunikasi satu arah. Narasumber bicara dan siswi mendengar. Kali ini, cara yang diterapkan membagi tiga kelompok kecil, kemudian diskusi antaranggota kelompok berdasarkan pertanyaan tentang kebersihan organ tubuh dan saat menstruasi, menghasilkan kesimpulan dan presentasi depan kelas. Cara ini memberi wawasan baru bagi siswi yang menyatakan bahwa cara ini menyenangkan dan bersemangat. Hanya satu siswi dari 74 yang hadir menganggap metode ini biasa saja (1%).
Secara kuantitatif metode diskusi dan presentasi berhasil. Keterlibatan siswi untuk memahami pengetahuan atas organ tubuh menjadi bertambah baik. Bukan hanya itu, diskusi dan presentasi memberi peluang bagi siswi untuk menyatakan pendapat di depan kelompok kecilnya dan kelas. Media pemutaran filem, ice breaking, games adalah media yang harus menjadi bagian terintegrasi dari kegiatan pengenalan organ tubuh perempuan. Ini juga menyadarkan peserta untuk lebih memperhatikan poster-poster KIE di dinding puskesmas, sekolah, kantor desa dan dusun seputaran kesehatan perempuan. Semoga kegiatan ini mampu merubah sikap dan perilaku siswi, dan tidak berhenti sampai di tingkat pengetahuan saja. Tentunya perlu bagi siswa laki laki ikut ambil bagian dalam pemahaman atas kesehatan reproduksi dan menstruasi. Supaya mereka lebih sayang pada lawan jenisnya.
Uji awal bidan desa ke siswi SMPN3 Banawa dan Madrasah Aliyah Karawana seputar kesehatan organ tubuh dan menstruasi, dijawab dengan cepat dan lugas. Memuaskan. Ternyata pengetahuan para siswa tentang itu melebihi perkiraan. Seks bebas dan penyakit jadi bagian dari diskusi, bahan pembalut yang aman sampai soal-soal tabu seputar menstruasi. Ada pertanyaan. “Apakah keramas saat menstruasi diperbolehkan? Menurut kepercayaan, hal itu tidak diperbolehkan?” Tanya seorang siswa aktif. Jawaban ini bukan soal kepercayaan boleh atau tidak boleh. Tapi ada penjelasan medis nya. Perempuan yang sedang menstruasi banyak mengeluarkan darah, badannya menjadi lemas. Kalau keramas, maka bisa menyebabkan kedinginan. Karena itu keramas saat mens tidak dianjurkan.
Ada lagi pertanyaan lain. “apakah minum air soda bisa melancarkan menstruasi” Tanya siswi yang lain. Itu tidak benar. Paling hanya sendawa berkali kali akibat minum soda. Tidak ada hubungan antara mens dan soda. Apalagi melancarkan darah keluar setelah minum air soda.
Metode yang dipakai untuk menjelaskan seputar kesehatan reproduksi dan menstruasi adalah presentasi dan diskusi. Metode yang baru bagi kalangan siswi. Selama ini cara belajar-mengajar menggunakan ceramah, komunikasi satu arah. Narasumber bicara dan siswi mendengar. Kali ini, cara yang diterapkan membagi tiga kelompok kecil, kemudian diskusi antaranggota kelompok berdasarkan pertanyaan tentang kebersihan organ tubuh dan saat menstruasi, menghasilkan kesimpulan dan presentasi depan kelas. Cara ini memberi wawasan baru bagi siswi yang menyatakan bahwa cara ini menyenangkan dan bersemangat. Hanya satu siswi dari 74 yang hadir menganggap metode ini biasa saja (1%).
Secara kuantitatif metode diskusi dan presentasi berhasil. Keterlibatan siswi untuk memahami pengetahuan atas organ tubuh menjadi bertambah baik. Bukan hanya itu, diskusi dan presentasi memberi peluang bagi siswi untuk menyatakan pendapat di depan kelompok kecilnya dan kelas. Media pemutaran filem, ice breaking, games adalah media yang harus menjadi bagian terintegrasi dari kegiatan pengenalan organ tubuh perempuan. Ini juga menyadarkan peserta untuk lebih memperhatikan poster-poster KIE di dinding puskesmas, sekolah, kantor desa dan dusun seputaran kesehatan perempuan. Semoga kegiatan ini mampu merubah sikap dan perilaku siswi, dan tidak berhenti sampai di tingkat pengetahuan saja. Tentunya perlu bagi siswa laki laki ikut ambil bagian dalam pemahaman atas kesehatan reproduksi dan menstruasi. Supaya mereka lebih sayang pada lawan jenisnya.
Kurang satu jam Tahu Hidroponik
Kurang satu jam Tahu Hidroponik
Muhamad Hidayatulah
Tito Panggabean
Hanya perlu kurang dari satu jam belajar alternative pertanian yang saat sekarang amat popular. Hidroponik. Delapan orang staff dan relawan IBU-Plan belajar metoda popular itu. Tujuannya menambah pengetahuan bagi para tenaga lapangan. Siapa tahu pengetahuan ini diperlukan. Yang terpikir dalam benak para peserta adalah membuat percontohan di pekarangan Rumah Kencana. Harapannya metode ini akan diadopsi oleh para remaja desa, dan akhirnya menjadi sebuah gerakan penghijauan yang organic . Kata orang gerakan sedikit demi sedikit lama lama jadi bukit. Dari Rumah Kencana yang jadi pusat kegiatan IBU Foundation, bergerak menjalar ke pekarangan tetangga ke tetangga, akhirnya menjadi budaya komunitas desa dampingan.
Sabtu sore kemarin, 23 Februari memang sudah direncanakan untuk learning by doing. Itu istilah internal untuk menyebut belajar dengan praktek. Muhamad Hidayatulah alias Yayat, relawan asal Malang mengajarkan bercocok tanam gaya hydroponic. Ia memanfaatkan media tanam berupa limbah botol plastic. Media ini sebagai alternative pengganti pralon ukuran empat atau lima inches. Pada prinsipnya gunakan bahan yang ada, jangan mengharap barang yang tidak ada, apalagi mengada ada.
Fasilitator dan satu satunya narasumber mulai dengan memperkenakan alternatif pertanian menggunakan media air sebagai pengganti tanah. Pengetahuan tersebut membuka wawasan lebih luas atas alternatif pertanian, apalagi bagi mereka yang lahan pekarangannya terbatas. Juga, peserta dibekali pengetahuan media tanam yang harus disiapkan untuk mulai tanam. Ada tahapan dan hambatan dalam proses tumbuh kembang tanaman. Lengkap sudah para staff dan relawan mengenali hidroponik di Sabtu sore itu. Hanya butuh kurang dari satu jam.
Muhamad Hidayatulah
Tito Panggabean
Hanya perlu kurang dari satu jam belajar alternative pertanian yang saat sekarang amat popular. Hidroponik. Delapan orang staff dan relawan IBU-Plan belajar metoda popular itu. Tujuannya menambah pengetahuan bagi para tenaga lapangan. Siapa tahu pengetahuan ini diperlukan. Yang terpikir dalam benak para peserta adalah membuat percontohan di pekarangan Rumah Kencana. Harapannya metode ini akan diadopsi oleh para remaja desa, dan akhirnya menjadi sebuah gerakan penghijauan yang organic . Kata orang gerakan sedikit demi sedikit lama lama jadi bukit. Dari Rumah Kencana yang jadi pusat kegiatan IBU Foundation, bergerak menjalar ke pekarangan tetangga ke tetangga, akhirnya menjadi budaya komunitas desa dampingan.
Sabtu sore kemarin, 23 Februari memang sudah direncanakan untuk learning by doing. Itu istilah internal untuk menyebut belajar dengan praktek. Muhamad Hidayatulah alias Yayat, relawan asal Malang mengajarkan bercocok tanam gaya hydroponic. Ia memanfaatkan media tanam berupa limbah botol plastic. Media ini sebagai alternative pengganti pralon ukuran empat atau lima inches. Pada prinsipnya gunakan bahan yang ada, jangan mengharap barang yang tidak ada, apalagi mengada ada.
Fasilitator dan satu satunya narasumber mulai dengan memperkenakan alternatif pertanian menggunakan media air sebagai pengganti tanah. Pengetahuan tersebut membuka wawasan lebih luas atas alternatif pertanian, apalagi bagi mereka yang lahan pekarangannya terbatas. Juga, peserta dibekali pengetahuan media tanam yang harus disiapkan untuk mulai tanam. Ada tahapan dan hambatan dalam proses tumbuh kembang tanaman. Lengkap sudah para staff dan relawan mengenali hidroponik di Sabtu sore itu. Hanya butuh kurang dari satu jam.
Pelangi
Momen langka, melihat 7 bidadari mandi di Sibalaya Utara, desa berjarak satu jam dari kota Palu. Konon di kedua ujung bertemunya lengkungan dengan cakrawala, terdapat pundi pundi emas. Kalangan ilmuwan mengatakan itu adalah tipuan optik. Ehmm, tapi cerita tentang bidadari dan pundi emas jauh lebih tersimpan salam kalbu daripada deskripsi kering tipuan optik. Fenomena alam yang indah dipandang mata.
Roda
Baru 3500tahun lalu roda ditemukan dalam peradaban manusia. Baru 200tahun lalu roda dililit karet. Baru puluhan tahun lalu karet itu diberi udara yang sampai sekarang menjadi komponen penting dalam dunia transportasi. Evolusi roda telah meningkatkan mobilitas penduduk yang cepat. Kecepatannya berlipat ganda. Percepatan dalam pertukaran barang dan jasa, dalam pengetahuan, norma nilai dan perilaku. Mengubah gaya hidup. Beruntung kita hidup masa kini, mengenal roda dalam tingkatan evolusi paling canggih. Bayangkan bila bangsa Sameria tidak menemukan roda, bayangkan bila dunlop tidak menemukan karet berudara. Kita bersyukur mampu memanfaatkan evolusi teknologi itu. Open minded. Kabar dari Palu Maret 2019
Februari Ceria
Februari Ceria
Februari hanya dua puluh delapan hari. Tidak seperti bulan yang lainnya yang tiga puluh atau tiga puluh satu hari sebulan. Walau sedikit hari, tapi tak mengurangi kepadatan kegiatan di bulan itu. Remaja memang tak pernah kering akan kegiatan.
Mengawali Februari melaksanakan puncak acara pertandingan. Maroaroa Bergembira adalah penutup dari sebuah pertandingan, apapun pertandingan itu. Dalam konteks Maroaroa tidak mengenal siapa menang siapa kalah. Menang dan Kalah sudah lewat. Maroaroa adalah saat bergembira bersama setelah pertandingan, melupakan siapa kalah dan menang. Tidak saling menghujat, tidak adu jotos, sebaliknya saling berpelukan berpesta untuk keberhasilan bersama mematuhi nilai nilai solidaritas, sportivitas dan pengendalian emosi. Puncak acara Maroaroa di isi dengan pentas seni music, menampilkan potensi oleh dari untuk remaja desa. Beberapa di antaranya adalah musikalisasi puisi, tarian ucapan syukur atas keselamatan warga desa.
Februari 2019 padat dengan kegiatan psiko social. Bangunan temporer untuk Child Friendly Space atau yang lebih popular disebut Rumah Kencana diresmikan. Bangunan itu berada di desa Karawana, Kabupaten Sigi. Peresmian sederhana untuk ukuran satu satunya bangunan beratap seng bertiang kayu di wilayah Sulawesi Tengah. Bangunan ini sebagai pengganti Rumah Ramah Anak berbahan tenda yang dibangun saat status wilayah ini masih disebut tanggap darurat.
Setelah satu RK selesai dibangun, harus membangun secara simultan 4 RK lainnya yang tersebar di 4 desa dampingan, atau desa yang menjadi wilayah kerja kami. Sibalaya Utara dan Beka di Kabupaten Sigi, Loli Tasiburi (Kabupaten Donggala). Minggu terakhir di Februari ini, kami beruntung. Akhirnya Kepala Desa Lombonga (Kabupaten Donggala) mengizinkan pembangunan Rumah Kencana di situ. Satu sudah selesai, dan empat lainnya masih dalam proses membangun. Surat hibah yang menjadi momok mandegnya rencana pembanguan, akhirnya terlewati. Benar kata banyak orang. Bekerjalah dengan sungguh sungguh. Pasti ada jalan menuju keberhasilan. Kebanggaan sekaligus kekhawatiran karena tuntutan proyek mengharuskan semua bangunan itu selesai pada akhir Maret. Berjuang keras demi selesainya bangunan tak dapat disangkal menjadi prioritas kami. Semoga. (bersambung)
Februari hanya dua puluh delapan hari. Tidak seperti bulan yang lainnya yang tiga puluh atau tiga puluh satu hari sebulan. Walau sedikit hari, tapi tak mengurangi kepadatan kegiatan di bulan itu. Remaja memang tak pernah kering akan kegiatan.
Mengawali Februari melaksanakan puncak acara pertandingan. Maroaroa Bergembira adalah penutup dari sebuah pertandingan, apapun pertandingan itu. Dalam konteks Maroaroa tidak mengenal siapa menang siapa kalah. Menang dan Kalah sudah lewat. Maroaroa adalah saat bergembira bersama setelah pertandingan, melupakan siapa kalah dan menang. Tidak saling menghujat, tidak adu jotos, sebaliknya saling berpelukan berpesta untuk keberhasilan bersama mematuhi nilai nilai solidaritas, sportivitas dan pengendalian emosi. Puncak acara Maroaroa di isi dengan pentas seni music, menampilkan potensi oleh dari untuk remaja desa. Beberapa di antaranya adalah musikalisasi puisi, tarian ucapan syukur atas keselamatan warga desa.
Februari 2019 padat dengan kegiatan psiko social. Bangunan temporer untuk Child Friendly Space atau yang lebih popular disebut Rumah Kencana diresmikan. Bangunan itu berada di desa Karawana, Kabupaten Sigi. Peresmian sederhana untuk ukuran satu satunya bangunan beratap seng bertiang kayu di wilayah Sulawesi Tengah. Bangunan ini sebagai pengganti Rumah Ramah Anak berbahan tenda yang dibangun saat status wilayah ini masih disebut tanggap darurat.
Setelah satu RK selesai dibangun, harus membangun secara simultan 4 RK lainnya yang tersebar di 4 desa dampingan, atau desa yang menjadi wilayah kerja kami. Sibalaya Utara dan Beka di Kabupaten Sigi, Loli Tasiburi (Kabupaten Donggala). Minggu terakhir di Februari ini, kami beruntung. Akhirnya Kepala Desa Lombonga (Kabupaten Donggala) mengizinkan pembangunan Rumah Kencana di situ. Satu sudah selesai, dan empat lainnya masih dalam proses membangun. Surat hibah yang menjadi momok mandegnya rencana pembanguan, akhirnya terlewati. Benar kata banyak orang. Bekerjalah dengan sungguh sungguh. Pasti ada jalan menuju keberhasilan. Kebanggaan sekaligus kekhawatiran karena tuntutan proyek mengharuskan semua bangunan itu selesai pada akhir Maret. Berjuang keras demi selesainya bangunan tak dapat disangkal menjadi prioritas kami. Semoga. (bersambung)
Nonton Bareng bagian dari ekspresi perasaan secara komunal
Nonton Bareng bagian dari ekspresi perasaan secara komunal
Nobar atau Nonton Bareng istilah yang popular bagi kalangan remaja kota Palu dan sekitarnya. Nobar menjadi salah satu media bantu menjalankan bagian dari program Rumah Kencana, yakni eksplorasi perasaan. Nobar diselenggarakan di ruang terbuka. Di tribun lapangan sepakbola dan di lapangan tepi pantai,. Seluruhnya, Nobar, dilakukan di ruang terbuka.
Dua filem diputar di Loli Tasiburi. Pertama filem serial anti kekerasan seksual yang berdurasi sepuluh menit. Ini adalah filem layanan masyarakat. Intinya filem itu tentang cara cara melindungi diri dari kekerasan seksual, terutama memberi sinyal bahwa soal bagian tubuh yang boleh dan tidak disentuh orang lain. Kedua, Film dengan judul Moana. Filem berdurasi hampir dua jam itu bertema , petualang, remaja putri yang berlayar dengan misi berani untuk menyelamatkan rakyatnya.bertemu dewa yang memandu mencari jalan utama. Berlayar bersama mengarungi lautan penuh rintangan mencari teka teki leluhurnya. Dia menemukan satu hal yang selalu dicari yakni identitasnya sendiri.
Di Sibalaya Utara juga menggunakan metode Nobar yang menampilkan filem Laskar Pelangi. Filem dengan tema tentang semangat, kebanggaan dan kegiatan remaja. Filem Laskar Pelangi ditampilkan pada sisi perjuangan agar masuk sekolah, kesetiakawanan, kasih sayang dan belajar mengajar. Lombonga menampilkan tayangan Pursuits of the happiness, perjuangan tentang ayah yang membahagiakan anaknya. Penayangan dilakukan di ruang terbuka. Durasi dua jam. Selesai filem ada penjelasan sedikit tentang cerita di filem tersebut. Sepanjang penayangan, para remaja merespons adegan demi adegan yang ada pada film, ada saat di mana penonton terharu, tertawa lepas pada adegan lucu, berteriak gembira, takut, marah di sepanjang pemutaran filem. Saling ekspresi perasaan dengan kawan penonton di samping, di depan dan belakang deretannya. Ekspresi komunal terjalin dalam semangat Nobar ini.
Tidak sekedar nonton bareng, tetapi juga dipandu dengan diskusi dan presentasi. Remaja diminta untuk mengutarakan pendapatnya tentang filem itu. Pada saat diskusi mengenai film, beberapa dari mereka mengemukakan pendapatnya. Mereka memahami karakterisktik tokoh utama pada film, yang bersifat kuat, percaya diri dan pemberani. Remaja putri sangat aktif saat diajak berdiskusi mengenai film disbanding remaja laki-laki, dari banyaknya kesempatan untuk berbicara didepan, hanya remaja putri yang berani mengambil kesempatan.
Lain waktu akan ditayangkan lagi seni tari, music, puisi, teater atau seni pertunjukan lainnya yang tak terduga dari untuk dan oleh remaja. Harapannya dengan kegiatan seni itu akan lebih aktif memainkan peran perannya dalam seni dan dalam kegiatan keseharian. Kami percaya akan daya kreatifitas remaja tak lekang akan panas tak lapuk akan hujan. Bencana adalah momen sesaat, terkejut sesaat, bersedih sesaat. Mereka tidak larut dengan peristiwa tak terduga itu. Selanjutnya para remaja tetap bangkit menatap masa depannya. Remaja Sulawesi Tengah Bangkit (bersambung)
Nobar atau Nonton Bareng istilah yang popular bagi kalangan remaja kota Palu dan sekitarnya. Nobar menjadi salah satu media bantu menjalankan bagian dari program Rumah Kencana, yakni eksplorasi perasaan. Nobar diselenggarakan di ruang terbuka. Di tribun lapangan sepakbola dan di lapangan tepi pantai,. Seluruhnya, Nobar, dilakukan di ruang terbuka.
Dua filem diputar di Loli Tasiburi. Pertama filem serial anti kekerasan seksual yang berdurasi sepuluh menit. Ini adalah filem layanan masyarakat. Intinya filem itu tentang cara cara melindungi diri dari kekerasan seksual, terutama memberi sinyal bahwa soal bagian tubuh yang boleh dan tidak disentuh orang lain. Kedua, Film dengan judul Moana. Filem berdurasi hampir dua jam itu bertema , petualang, remaja putri yang berlayar dengan misi berani untuk menyelamatkan rakyatnya.bertemu dewa yang memandu mencari jalan utama. Berlayar bersama mengarungi lautan penuh rintangan mencari teka teki leluhurnya. Dia menemukan satu hal yang selalu dicari yakni identitasnya sendiri.
Di Sibalaya Utara juga menggunakan metode Nobar yang menampilkan filem Laskar Pelangi. Filem dengan tema tentang semangat, kebanggaan dan kegiatan remaja. Filem Laskar Pelangi ditampilkan pada sisi perjuangan agar masuk sekolah, kesetiakawanan, kasih sayang dan belajar mengajar. Lombonga menampilkan tayangan Pursuits of the happiness, perjuangan tentang ayah yang membahagiakan anaknya. Penayangan dilakukan di ruang terbuka. Durasi dua jam. Selesai filem ada penjelasan sedikit tentang cerita di filem tersebut. Sepanjang penayangan, para remaja merespons adegan demi adegan yang ada pada film, ada saat di mana penonton terharu, tertawa lepas pada adegan lucu, berteriak gembira, takut, marah di sepanjang pemutaran filem. Saling ekspresi perasaan dengan kawan penonton di samping, di depan dan belakang deretannya. Ekspresi komunal terjalin dalam semangat Nobar ini.
Tidak sekedar nonton bareng, tetapi juga dipandu dengan diskusi dan presentasi. Remaja diminta untuk mengutarakan pendapatnya tentang filem itu. Pada saat diskusi mengenai film, beberapa dari mereka mengemukakan pendapatnya. Mereka memahami karakterisktik tokoh utama pada film, yang bersifat kuat, percaya diri dan pemberani. Remaja putri sangat aktif saat diajak berdiskusi mengenai film disbanding remaja laki-laki, dari banyaknya kesempatan untuk berbicara didepan, hanya remaja putri yang berani mengambil kesempatan.
Lain waktu akan ditayangkan lagi seni tari, music, puisi, teater atau seni pertunjukan lainnya yang tak terduga dari untuk dan oleh remaja. Harapannya dengan kegiatan seni itu akan lebih aktif memainkan peran perannya dalam seni dan dalam kegiatan keseharian. Kami percaya akan daya kreatifitas remaja tak lekang akan panas tak lapuk akan hujan. Bencana adalah momen sesaat, terkejut sesaat, bersedih sesaat. Mereka tidak larut dengan peristiwa tak terduga itu. Selanjutnya para remaja tetap bangkit menatap masa depannya. Remaja Sulawesi Tengah Bangkit (bersambung)
Mendampingi remaja
Mendampingi remaja
Awal Februari, setelah akhir januari berpikir keras mengatasi soal mengumpulkan remaja di desa, kami mengubah strategi. Semula mengumpulkan remaja hanya mungkin dilakukan malam hari setelah waktu Isya, menjadi pagi sampai siang hari. Bagaimana caranya? Sekolah! Iya sekolah menjadi kesepakatan tim pelaksana lapangan. Sekolah menjadi sasaran atau focus perhatian untuk mobilisasi remaja. “Kegiatan harus dilakukan di sekolah, Pak!” kata para tenaga lapangan serentak saat rapat evaluasi progress kegiatan setiap minggu. Kenapa demikian? Sekolah adalah tempat berkumpulnya remaja pada pagi sampai menjelang sore. Mereka adalah siswi dan siswa di sekolah. Hampir tidak ada remaja yang tidak sekolah. Pantas saja para remaja minta kegiatan diadakan pada malam hari. Sebab di luar itu mereka ada di sekolah.
Selama jam pelajaran sekolah adalah waktu yang ideal bagi kami melaksanakan kegiatan. Diperlukan izin Kepala Sekolah dan guru yang berwenang untuk mengisi acara. Kami mulai dari isu penyebab bencana, pengenalan kesehatan reproduksi, manajemen menstruasi. Kepala Sekolah setuju, guru setuju, murid muridnya senang. Pihak sekolah mau kalau murid tidak sekedar mendapat pengetahuan teori konvensional, tetapi juga pemahaman praktis sehari-hari. Lalu, mulai dengan socialisasi itu. Sambutannya luar biasa. Para remaja menyukai pelajaran semacam itu. Bukan saja konten pelajarannya, tetapi juga metodenya yang memberi ruang gerak aktif peserta.
Mendampingi remaja, ternyata tidak sama dengan anak di bawah 12 tahun. Sebagian besar dari mereka sudah pegang HP. Pengetahuan mereka banyak menyerap dari berita di Media Sosial seperti Facebook dan Instagram. Komunikasi antarteman sebaya dengan Whatsapp (WA), berita sekeliling hanya dari HP. Kesibukannya hampir seharian berada di sekolah. Kegiatan belajar mengajar mulai dari pukul 7 pagi sampai 15 sore. Melihat jadwal remaja, tentu saja hampir tidak pernah nampak siang hari remaja di desa. Kalau mengumpulkan remaja untuk sosialisasi dengan cara cara ceramah menjadi membosankan dan tidak efektif. Kebiasaan mereka menerima berita dari Medsos adalah membaca kalimat pertama. Kalimat pertama itu yang menentukan apakah si remaja berminat atau tidak. Tidak minat? Hanya perlu delete atau skip, sambil mencari berita baru. Kalau mengharuskan remaja duduk berjam jam apalagi mendengarkan berita yang sudah pernah dibaca di media social. Respons nya hanya tidur atau becanda dengan kawan lainnya. Jadi, sekali lagi, diperlukan muatan berita yang praktis dan bermanfaat bagi remaja dengan metode gaya remaja.
Metode partisipatif bukan hal baru bagi kalangan lembaga atau organisasi yang bergerak di bidang kebencanaan dan pengembangan masyarakat (community development), tetapi ini adalah metode yang baru bagi remaja di sekolah. Proses belajar mengajar satu arah, dirasakan seperti mengajari. Pengetahuan yang disampaikan sebatas pengetahuan guru. Metode partisipatif memberikan kesempatan para remaja untuk menyatakan pendapatnya di depan kelas. Kalau di Media social, para remaja hanya membaca atau ber chatting dengan sesame kawan. Di sini mereka menuangkan gagasannya dalam ruang yang lebih resmi. Memulai diskusi dengan bahasa yang lebih formal. Menyimpulkan pembahasan diskusi dilakukan oleh mereka sendiri yang hampir tidak ditemukan dalam Media Sosial. Pengetahuan fasilitator dan remaja dipadu menjadi satu. Menjadi pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman bersama. Ini pengalaman baru yang sangat bergaya remaja yang menyukai hal baru dan penuh tantangan (bersambung)
Awal Februari, setelah akhir januari berpikir keras mengatasi soal mengumpulkan remaja di desa, kami mengubah strategi. Semula mengumpulkan remaja hanya mungkin dilakukan malam hari setelah waktu Isya, menjadi pagi sampai siang hari. Bagaimana caranya? Sekolah! Iya sekolah menjadi kesepakatan tim pelaksana lapangan. Sekolah menjadi sasaran atau focus perhatian untuk mobilisasi remaja. “Kegiatan harus dilakukan di sekolah, Pak!” kata para tenaga lapangan serentak saat rapat evaluasi progress kegiatan setiap minggu. Kenapa demikian? Sekolah adalah tempat berkumpulnya remaja pada pagi sampai menjelang sore. Mereka adalah siswi dan siswa di sekolah. Hampir tidak ada remaja yang tidak sekolah. Pantas saja para remaja minta kegiatan diadakan pada malam hari. Sebab di luar itu mereka ada di sekolah.
Selama jam pelajaran sekolah adalah waktu yang ideal bagi kami melaksanakan kegiatan. Diperlukan izin Kepala Sekolah dan guru yang berwenang untuk mengisi acara. Kami mulai dari isu penyebab bencana, pengenalan kesehatan reproduksi, manajemen menstruasi. Kepala Sekolah setuju, guru setuju, murid muridnya senang. Pihak sekolah mau kalau murid tidak sekedar mendapat pengetahuan teori konvensional, tetapi juga pemahaman praktis sehari-hari. Lalu, mulai dengan socialisasi itu. Sambutannya luar biasa. Para remaja menyukai pelajaran semacam itu. Bukan saja konten pelajarannya, tetapi juga metodenya yang memberi ruang gerak aktif peserta.
Mendampingi remaja, ternyata tidak sama dengan anak di bawah 12 tahun. Sebagian besar dari mereka sudah pegang HP. Pengetahuan mereka banyak menyerap dari berita di Media Sosial seperti Facebook dan Instagram. Komunikasi antarteman sebaya dengan Whatsapp (WA), berita sekeliling hanya dari HP. Kesibukannya hampir seharian berada di sekolah. Kegiatan belajar mengajar mulai dari pukul 7 pagi sampai 15 sore. Melihat jadwal remaja, tentu saja hampir tidak pernah nampak siang hari remaja di desa. Kalau mengumpulkan remaja untuk sosialisasi dengan cara cara ceramah menjadi membosankan dan tidak efektif. Kebiasaan mereka menerima berita dari Medsos adalah membaca kalimat pertama. Kalimat pertama itu yang menentukan apakah si remaja berminat atau tidak. Tidak minat? Hanya perlu delete atau skip, sambil mencari berita baru. Kalau mengharuskan remaja duduk berjam jam apalagi mendengarkan berita yang sudah pernah dibaca di media social. Respons nya hanya tidur atau becanda dengan kawan lainnya. Jadi, sekali lagi, diperlukan muatan berita yang praktis dan bermanfaat bagi remaja dengan metode gaya remaja.
Metode partisipatif bukan hal baru bagi kalangan lembaga atau organisasi yang bergerak di bidang kebencanaan dan pengembangan masyarakat (community development), tetapi ini adalah metode yang baru bagi remaja di sekolah. Proses belajar mengajar satu arah, dirasakan seperti mengajari. Pengetahuan yang disampaikan sebatas pengetahuan guru. Metode partisipatif memberikan kesempatan para remaja untuk menyatakan pendapatnya di depan kelas. Kalau di Media social, para remaja hanya membaca atau ber chatting dengan sesame kawan. Di sini mereka menuangkan gagasannya dalam ruang yang lebih resmi. Memulai diskusi dengan bahasa yang lebih formal. Menyimpulkan pembahasan diskusi dilakukan oleh mereka sendiri yang hampir tidak ditemukan dalam Media Sosial. Pengetahuan fasilitator dan remaja dipadu menjadi satu. Menjadi pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman bersama. Ini pengalaman baru yang sangat bergaya remaja yang menyukai hal baru dan penuh tantangan (bersambung)
SDG
Suatu sore di Sibalaya Utara. Rumah Kencana di Sibalaya beratap lebih luas daripada di Karawana. Beratap seng soka warna hijau. Entah istilahnya hijau muda atau hijau lumut. Yang pasti hijau. Beda dengan di Karawana yang beratap warna biru. “Di sini kita pake identitas IBU. Kalau di Karawana identitas YPII” gitu canda si Officer. Kenyataannya memang tidak begitu. Sebab atap Rumah Kencana di Beka warna Biru, di Loli warna Merah Marun, di Lombonga warna merah marun. Jadi lima Rumah Kencana yang dibangun si Officer itu adalah dua warna merah marun, dua biru dan satu hijau.
“Pintu toiletnya yang satu pvc yang satu lagi kayu pak. Ukurannya 90sentimeter. “ Diskusi intensif kepala tukang dan Wash Officer perihal pembangunan latrine bagian dari paket Rumah Kencana. Lantai keramik supaya bisa dipakai oleh Lansia berkursi roda. Ada pegangan di toilet. Si Officer mau supaya latrine dan Rumah Kencana ramah anak, lansia dan difabel. Rupanya si Officer baca leaflet Sustainable Develepment Goal made simple.
“Pintu toiletnya yang satu pvc yang satu lagi kayu pak. Ukurannya 90sentimeter. “ Diskusi intensif kepala tukang dan Wash Officer perihal pembangunan latrine bagian dari paket Rumah Kencana. Lantai keramik supaya bisa dipakai oleh Lansia berkursi roda. Ada pegangan di toilet. Si Officer mau supaya latrine dan Rumah Kencana ramah anak, lansia dan difabel. Rupanya si Officer baca leaflet Sustainable Develepment Goal made simple.
bertemu dari daerah yang beda
Asam di gunung, garam di laut bertemu di belanga. Siapa mengira sobat yang satu asal Bandung asli, sementara sobat lainnya asal Padang bertemu di lorong Anatapura, kota Palu. Sungguh sesuai kata si Manis jembatan ancol “Gado gado kacang tane, udah jodoh enggak kemane” . Pertemuan seperti sudah diatur garis tangan.
Perlindungan anak saat emerjensi
Perlindungan anak saat emerjensi
Menjadi pendamping di desa yang mengutamakan (arus utama) adalah perlindungan anak merupakan tugas mulia. Betapa tidak, anak adalah bagian dari kelompok rentan yang dalam keadaan darurat maupun normal, seringkali menjadi kelompok yang terpinggirkan. Atau lebih tepatnya tidak diperhitungkan, atau diabaikan. Dalam konteks yang akan kita bahas di sini adalah anak dalam situasi darurat paska bencana.
Tindakan yang umum dilakukan oleh banyak pihak berkenaan dengan paska bencana adalah mengungsikan anak-anak, menyediakan sandang dan pangan untuk beberapa waktu tertentu. Kemudian disediakan papan, berupa tenda tenda untuk tempat tinggal. Itu terjadi pula di Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Palu, Sigi dan Donggala.
Selama masa tanggap darurat, juga diikuti dengan masa rehabilitasi dan rekonstruksi, berdasarkan pengalaman di sejumlah tempat di dunia, banyak hal terjadi. Di tenda pengungsian, di hunian sementara bahkan di hunian tetap atau di dusun dan desa yang terkena dampak bencana, anak menjadi kelompok yang sering: dieksplotasi, disalahgunakan, diabaikan, dan sering mengalami kekerasan.
Ada standar yang digunakan untuk mengatasi persoalan anak (dan kelompok rentan lainnya), yakni memperkuat atau meningkatkan kapasitas mereka yang bertanggungjawab. Pemerintah daerah, atau perangkat desa adalah pihak yang bertanggungjawab atas keamanan dan kenyamanan kelompok rentan, termasuk anak-anak. Tokoh masyarakat, adat, agama adalah pihak yang juga ikut bertanggungjawab atas keamanan mereka. Paling utama adalah tanggungjawab orangtua dari anak tersebut. Ia harus memastikan bahwa anak-anak berkumpul kembali bersama anak anak mereka.
Kenapa anak perlu dilindungi? De facto, anak adalah kelompok rentan. Seperti digambarkan di atas, seringkali menjadi pihak yang paling dirugikan. Antara lain terpisah dari keluarga, terancam, terbatas pada persoalan keamanan dan keselamatan. De Yure, Indonesia menjadi bagian dari kesepakatan Negara Negara untuk melaksanakan perlindungan anak di masa emerjensi maupun masa normal. Berlandaskan pada CRC atau Convention on the rights of the child atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Konvensi Hak Anak (KHA) pada tahun 1990. Lalu Indonesia membuat UU perlindungan anak yang dipakai sebagai pedoman dalam membuat kebijakan, pertimbangan dan perspektif dalam memperlakukan anak dalam situasi emerjensi.
Memperlakukan anak dalam situasi emerjensi dan situasi lanjutan, harus ada standarnya. Ada pedoman yang prinsipil yang harus dipatuhi oleh semua pihak (duty bearer) khususnya relawan atau fasilitator yang melakukan pendampingan di daerah bencana. Di bawah ini ada pedoman yang saya ambil dari pedoman perlindungan anak masa emerjensi dari Unicef:
1. Hindari mempertontonkan anak kalau itu membahayakan
2. Pastikan anak mendapat akses bantuan
3. Lindungi anak dari bahaya fisik dan mental (psikologis)
4. Bantu anak untuk memperoleh hak nya
5. Netral
6. Memperkuat ketahanan anak
7. Akuntabilitas atau dapat dipertanggungjawabkan
8. Memastikan adanya partisipasi dari kelompok yang terdampak
9. Respek pada kebudayaan dan adat istiadat setempat.
Apakah dari pengalaman yang bapak/ibu temukan di desa masing-masing terlihat prinsip 1-9 di atas? Diskusikan dan presentasikan
Menjadi pendamping di desa yang mengutamakan (arus utama) adalah perlindungan anak merupakan tugas mulia. Betapa tidak, anak adalah bagian dari kelompok rentan yang dalam keadaan darurat maupun normal, seringkali menjadi kelompok yang terpinggirkan. Atau lebih tepatnya tidak diperhitungkan, atau diabaikan. Dalam konteks yang akan kita bahas di sini adalah anak dalam situasi darurat paska bencana.
Tindakan yang umum dilakukan oleh banyak pihak berkenaan dengan paska bencana adalah mengungsikan anak-anak, menyediakan sandang dan pangan untuk beberapa waktu tertentu. Kemudian disediakan papan, berupa tenda tenda untuk tempat tinggal. Itu terjadi pula di Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Palu, Sigi dan Donggala.
Selama masa tanggap darurat, juga diikuti dengan masa rehabilitasi dan rekonstruksi, berdasarkan pengalaman di sejumlah tempat di dunia, banyak hal terjadi. Di tenda pengungsian, di hunian sementara bahkan di hunian tetap atau di dusun dan desa yang terkena dampak bencana, anak menjadi kelompok yang sering: dieksplotasi, disalahgunakan, diabaikan, dan sering mengalami kekerasan.
Ada standar yang digunakan untuk mengatasi persoalan anak (dan kelompok rentan lainnya), yakni memperkuat atau meningkatkan kapasitas mereka yang bertanggungjawab. Pemerintah daerah, atau perangkat desa adalah pihak yang bertanggungjawab atas keamanan dan kenyamanan kelompok rentan, termasuk anak-anak. Tokoh masyarakat, adat, agama adalah pihak yang juga ikut bertanggungjawab atas keamanan mereka. Paling utama adalah tanggungjawab orangtua dari anak tersebut. Ia harus memastikan bahwa anak-anak berkumpul kembali bersama anak anak mereka.
Kenapa anak perlu dilindungi? De facto, anak adalah kelompok rentan. Seperti digambarkan di atas, seringkali menjadi pihak yang paling dirugikan. Antara lain terpisah dari keluarga, terancam, terbatas pada persoalan keamanan dan keselamatan. De Yure, Indonesia menjadi bagian dari kesepakatan Negara Negara untuk melaksanakan perlindungan anak di masa emerjensi maupun masa normal. Berlandaskan pada CRC atau Convention on the rights of the child atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Konvensi Hak Anak (KHA) pada tahun 1990. Lalu Indonesia membuat UU perlindungan anak yang dipakai sebagai pedoman dalam membuat kebijakan, pertimbangan dan perspektif dalam memperlakukan anak dalam situasi emerjensi.
Memperlakukan anak dalam situasi emerjensi dan situasi lanjutan, harus ada standarnya. Ada pedoman yang prinsipil yang harus dipatuhi oleh semua pihak (duty bearer) khususnya relawan atau fasilitator yang melakukan pendampingan di daerah bencana. Di bawah ini ada pedoman yang saya ambil dari pedoman perlindungan anak masa emerjensi dari Unicef:
1. Hindari mempertontonkan anak kalau itu membahayakan
2. Pastikan anak mendapat akses bantuan
3. Lindungi anak dari bahaya fisik dan mental (psikologis)
4. Bantu anak untuk memperoleh hak nya
5. Netral
6. Memperkuat ketahanan anak
7. Akuntabilitas atau dapat dipertanggungjawabkan
8. Memastikan adanya partisipasi dari kelompok yang terdampak
9. Respek pada kebudayaan dan adat istiadat setempat.
Apakah dari pengalaman yang bapak/ibu temukan di desa masing-masing terlihat prinsip 1-9 di atas? Diskusikan dan presentasikan
Pemuda Baluase
Pemuda Baluase
“Petani angin?. Apa itu?”. Percakapan dengan pemuda di Desa Baluase. Lama bicara dengannya, akhirnya lawan bicara saya ini mengenalkan diri, dia adalah ketua pemuda sekecamatan. Wow. Tenryata Firdaus adalah tokoh muda di kampong situ. Ia baru saja dilantik beberapa hari lalu oleh Pak Camat di kantor Kecamatan.
Tiba tiba soal “petani angin” jadi tidak penting. Sebab cerita Firdaus tentang pemuda lebih menarik.
“problem utama pemuda di sini adalah tawuran” cerita dia.
“kenapa kok tawuran? siapa dengan siapa? Persoalan apa?” Tanya saya pengen tahu.
“pemuda itu bertengkar hanya soal sepele saja pak. Saling liat-liatan dalam pesta, sudah memicu perkelahian. Yang satu kalah berkelahi satu lawan satu, memanggil temannya di desa, lalu dating bergerombol, mengeroyok. Tak terima dengan pengeroyokan, yang dikeroyok memanggil pula kawan kawannya yang se desa. Akhirnya jadi tawuran antardesa.” Begitu ceritanya kata Firdaus.
“ini akibat mabuk-mabukan” kata Firdaus menambah ceritanya.
“CT ya”. Kata saya menanggapi mabuk mabukan.
“Iya. Orang yang sedang mabuk, tak bisa tersinggung. Tatapan mata saja membuat orang marah. Padahal kalau normal saja tidak begitu.”
“masa sih. Bukannya orang yang saling tatap menatap tanpa menyapa bisa menimbulkan pertanyaan dan bahkan menimbulkan pertanyaan dalam hati, kenapa menatap. Apalagi melotot.” Pancing saya.
“sebenarnya perkelahian bukan saja soal mabuk, tapi banyak hal. Pertandingan bisa berakhir tawuran. Adik atau pacar diganggu, berakhir tawuran. Mengendarai sepeda motor melewati jalan desa dianggap tidak sopan. Saya tidak mengerti apa sepeda motor harus dituntun biar dianggap sopan.? Kata Firdaus.
“apa saja bisa jadi pemicu perkelahiaan dan tawuran.” Katanya.
Sejak dilantik, Firdaus sudah mempunyai rencana, akan melakukan pendidikan non formal di seluruh desa. Tidak terlalu jelas apa maksudnya dengan pendidikan non formal itu. Ia menambahkan bahwa para pemuda perlu mendapat pendidikan agama dan moral. Ini pun terasa masih di awang awang, istilah sekarang tidak membumi.
“saya senang sekali ada program IBU yang memberi pelatihan soal kegiatan pemuda dan remaja paska bencana. Saya berpikir bahwa program seperti ini bukan saja untuk antisipasi paska bencana, malahan menjadi program membangun desa melalui cara pemuda.” Lanjutnya.
O, baru saya sedikit mengerti kata kata Firdaus soal merencanakan kegiatan non formal itu.
“berdiskusi dan menyatakan gagasan antarpemuda patut untuk dilanjutkan. Kami sanggup melaksanakan itu. Pemuda di sini sudah biasa melakukan diskusi dan merencanakan. Kami punyai organisasi Kelompok Pecinta Alam atau KPA yang biasa merencanakan sewaktu mau kegiatan naik gunung”. Tegasnya.
“Pelatihan ini punya nilai tambah, yakni memperkenalkan pembangunan mental. Saya senang, dan temen temen semua di sini juga senang. Ini adalah pengetahuan baru yang menyadarkan kita. Pembangunan bukan saja fisik. ” katanya.
Rupanya setelah dua hari ikut pelatihan dari tim IMC, Firdaus sudah banyak tahu dan paham arti pentingnya mentalitas. Tak percuma mas Tio, mas Adi, Pey dan Alyssa bersusah payah melewati jalan tak mulus ke desa Baluase, mengadakan sosialisasi psiko social buat para remaja dan pemuda. Jangan lupa bahas pula pernikahan dini yang banyak terjadi di sini. Selamat buat Tim.
Lalu apa arti “petani angin” bro? ah itu bang, petani yang nunggu nunggu angin kencang supaya kelapa jatuh, lalu tinggal pungut. Hahahaa ada ada saja. Kami mengakhiri percakapan karena sudah saatnya pelatihan dimulai.
“Petani angin?. Apa itu?”. Percakapan dengan pemuda di Desa Baluase. Lama bicara dengannya, akhirnya lawan bicara saya ini mengenalkan diri, dia adalah ketua pemuda sekecamatan. Wow. Tenryata Firdaus adalah tokoh muda di kampong situ. Ia baru saja dilantik beberapa hari lalu oleh Pak Camat di kantor Kecamatan.
Tiba tiba soal “petani angin” jadi tidak penting. Sebab cerita Firdaus tentang pemuda lebih menarik.
“problem utama pemuda di sini adalah tawuran” cerita dia.
“kenapa kok tawuran? siapa dengan siapa? Persoalan apa?” Tanya saya pengen tahu.
“pemuda itu bertengkar hanya soal sepele saja pak. Saling liat-liatan dalam pesta, sudah memicu perkelahian. Yang satu kalah berkelahi satu lawan satu, memanggil temannya di desa, lalu dating bergerombol, mengeroyok. Tak terima dengan pengeroyokan, yang dikeroyok memanggil pula kawan kawannya yang se desa. Akhirnya jadi tawuran antardesa.” Begitu ceritanya kata Firdaus.
“ini akibat mabuk-mabukan” kata Firdaus menambah ceritanya.
“CT ya”. Kata saya menanggapi mabuk mabukan.
“Iya. Orang yang sedang mabuk, tak bisa tersinggung. Tatapan mata saja membuat orang marah. Padahal kalau normal saja tidak begitu.”
“masa sih. Bukannya orang yang saling tatap menatap tanpa menyapa bisa menimbulkan pertanyaan dan bahkan menimbulkan pertanyaan dalam hati, kenapa menatap. Apalagi melotot.” Pancing saya.
“sebenarnya perkelahian bukan saja soal mabuk, tapi banyak hal. Pertandingan bisa berakhir tawuran. Adik atau pacar diganggu, berakhir tawuran. Mengendarai sepeda motor melewati jalan desa dianggap tidak sopan. Saya tidak mengerti apa sepeda motor harus dituntun biar dianggap sopan.? Kata Firdaus.
“apa saja bisa jadi pemicu perkelahiaan dan tawuran.” Katanya.
Sejak dilantik, Firdaus sudah mempunyai rencana, akan melakukan pendidikan non formal di seluruh desa. Tidak terlalu jelas apa maksudnya dengan pendidikan non formal itu. Ia menambahkan bahwa para pemuda perlu mendapat pendidikan agama dan moral. Ini pun terasa masih di awang awang, istilah sekarang tidak membumi.
“saya senang sekali ada program IBU yang memberi pelatihan soal kegiatan pemuda dan remaja paska bencana. Saya berpikir bahwa program seperti ini bukan saja untuk antisipasi paska bencana, malahan menjadi program membangun desa melalui cara pemuda.” Lanjutnya.
O, baru saya sedikit mengerti kata kata Firdaus soal merencanakan kegiatan non formal itu.
“berdiskusi dan menyatakan gagasan antarpemuda patut untuk dilanjutkan. Kami sanggup melaksanakan itu. Pemuda di sini sudah biasa melakukan diskusi dan merencanakan. Kami punyai organisasi Kelompok Pecinta Alam atau KPA yang biasa merencanakan sewaktu mau kegiatan naik gunung”. Tegasnya.
“Pelatihan ini punya nilai tambah, yakni memperkenalkan pembangunan mental. Saya senang, dan temen temen semua di sini juga senang. Ini adalah pengetahuan baru yang menyadarkan kita. Pembangunan bukan saja fisik. ” katanya.
Rupanya setelah dua hari ikut pelatihan dari tim IMC, Firdaus sudah banyak tahu dan paham arti pentingnya mentalitas. Tak percuma mas Tio, mas Adi, Pey dan Alyssa bersusah payah melewati jalan tak mulus ke desa Baluase, mengadakan sosialisasi psiko social buat para remaja dan pemuda. Jangan lupa bahas pula pernikahan dini yang banyak terjadi di sini. Selamat buat Tim.
Lalu apa arti “petani angin” bro? ah itu bang, petani yang nunggu nunggu angin kencang supaya kelapa jatuh, lalu tinggal pungut. Hahahaa ada ada saja. Kami mengakhiri percakapan karena sudah saatnya pelatihan dimulai.
Puisi Kreatif
“Kreatif dan inovatif menggelar baca puisi untuk menggali atau eksplorasi perasaan.” Ini komentar beberapa teman psikolog dan sastrawan.
Kamis Kliwon, menjelang jumat legi, saat fase purnama tanggal 21 Maret 2019 tahun masehi, digelar Malam Puisi, di Rumah Kencana desa Karavana dibuat bertepatan waktu dengan hari Puisi sedunia. Satu per satu tampil diiringi petikan gitar sebagai latar belakang.
Dengan suara bergetar remaja lelaki menyampaikan puisinya mewakili suara para remaja desa Karavana buat Yayasan IBU. Dara, remaja berhijab bergaya duduk tak mengurangi bobot suara yang berat makin lama makin melengking mengikuti visi puisinya. Gita, remaja perempuan lainnya mengekspresikan perasaannya melalui puisi indah bercerita tentang ketakutannya kehilangan orang yang amat sangat dikasihi.
Eksplorasi perasaan ternyata bisa melalui media puisi. Tidak selalu harus dengan konseling. Barangkali ke depan perlu dikembangkan metode ini secara lebih serius.Paska bencana adalah fase di mana anak dan remaja membutuhkan ruang-ruang eskplorasi emosi. Kalau shock dan stress atau galau akibat bencana menjadi perhatian, maka suka tak suka metode psikososial harus lebih kreatif dan inovatif. Disain Rumah Kencana sebagai salah satu ciri khas IBU makin lama makin penting untuk disempurnakan. Jangan khawatir, beberapa anggota tim kita punya keahlian soal puisi. Hanya perlu menempatkan karya sastra itu tidak sekedar teks, tapi juga konteks.
Kamis Kliwon, menjelang jumat legi, saat fase purnama tanggal 21 Maret 2019 tahun masehi, digelar Malam Puisi, di Rumah Kencana desa Karavana dibuat bertepatan waktu dengan hari Puisi sedunia. Satu per satu tampil diiringi petikan gitar sebagai latar belakang.
Dengan suara bergetar remaja lelaki menyampaikan puisinya mewakili suara para remaja desa Karavana buat Yayasan IBU. Dara, remaja berhijab bergaya duduk tak mengurangi bobot suara yang berat makin lama makin melengking mengikuti visi puisinya. Gita, remaja perempuan lainnya mengekspresikan perasaannya melalui puisi indah bercerita tentang ketakutannya kehilangan orang yang amat sangat dikasihi.
Eksplorasi perasaan ternyata bisa melalui media puisi. Tidak selalu harus dengan konseling. Barangkali ke depan perlu dikembangkan metode ini secara lebih serius.Paska bencana adalah fase di mana anak dan remaja membutuhkan ruang-ruang eskplorasi emosi. Kalau shock dan stress atau galau akibat bencana menjadi perhatian, maka suka tak suka metode psikososial harus lebih kreatif dan inovatif. Disain Rumah Kencana sebagai salah satu ciri khas IBU makin lama makin penting untuk disempurnakan. Jangan khawatir, beberapa anggota tim kita punya keahlian soal puisi. Hanya perlu menempatkan karya sastra itu tidak sekedar teks, tapi juga konteks.
Eksekutif Summary
Ringkasan dari executive summary tulisan Rumi plus cerita dari hasil pengamatan phase awal turun lapangan
Sekolah masih di tenda tenda, remaja berkumpul di tenda. Warung, jualan, pasar seadanya, alas terpal atap tenda. Klinik, pustu belum optimal, petugas masih di pengungsian. Bangunan Hunian Sementara baru mulai dibangun, sementara calon penghuni masih tidur di tenda. Rumah ditinggal kosong, penghuni bertenda di samping rumah. Jadi, semua serba di tenda di awal Desember 2018, awal mulainya tim psiko social IBU Foundation menjajaki di Sulawesi Tengah paska bencana gempa, tsunami dan likuifaksi dahsyat melanda Pasigala dua bulan sebelumnya.
“sadar atau tidak, atap tenda masih kami andalkan untuk antisipasi terjadi gempa susulan. Apalagi saat tidur.” kata Pak Kades Karavana.
“terus terang saya juga stress karena tidak bisa tidur nyenyak. Selain takut bencana susulan, juga banyaknya organisasi yang masuk desa memberi bantuan. Harus ada pengaturan supaya tidak tumpang tindih.” Lanjut pak Kades.
“dua relawan IBU menjadi korban akibat bencana ini. Bagian rumahnya hancur, satu lagi bahkan pupus diterjang Tsunami.” Dijelaskan oleh Komjep Officer IBU.”
Berkumpul dan mengatur strategi lapangan sebelum mulai bekerja di desa dampingan. Pembagian tugas, prioritas pekerjaan, rekrutmen animator, dan pengaturan kendaraan. Semua mulai konsentrasi dengan pekerjaannya. Intinya pekerjaan tim adalah mengembalikan rutinitas remaja yang terhenti akibat bencana (maap diputus sejenak ceritanya, kisahnya di laptop dan laptopnya sedang dipake bikin laporan)
Sekolah masih di tenda tenda, remaja berkumpul di tenda. Warung, jualan, pasar seadanya, alas terpal atap tenda. Klinik, pustu belum optimal, petugas masih di pengungsian. Bangunan Hunian Sementara baru mulai dibangun, sementara calon penghuni masih tidur di tenda. Rumah ditinggal kosong, penghuni bertenda di samping rumah. Jadi, semua serba di tenda di awal Desember 2018, awal mulainya tim psiko social IBU Foundation menjajaki di Sulawesi Tengah paska bencana gempa, tsunami dan likuifaksi dahsyat melanda Pasigala dua bulan sebelumnya.
“sadar atau tidak, atap tenda masih kami andalkan untuk antisipasi terjadi gempa susulan. Apalagi saat tidur.” kata Pak Kades Karavana.
“terus terang saya juga stress karena tidak bisa tidur nyenyak. Selain takut bencana susulan, juga banyaknya organisasi yang masuk desa memberi bantuan. Harus ada pengaturan supaya tidak tumpang tindih.” Lanjut pak Kades.
“dua relawan IBU menjadi korban akibat bencana ini. Bagian rumahnya hancur, satu lagi bahkan pupus diterjang Tsunami.” Dijelaskan oleh Komjep Officer IBU.”
Berkumpul dan mengatur strategi lapangan sebelum mulai bekerja di desa dampingan. Pembagian tugas, prioritas pekerjaan, rekrutmen animator, dan pengaturan kendaraan. Semua mulai konsentrasi dengan pekerjaannya. Intinya pekerjaan tim adalah mengembalikan rutinitas remaja yang terhenti akibat bencana (maap diputus sejenak ceritanya, kisahnya di laptop dan laptopnya sedang dipake bikin laporan)
Desa Karawana
Desa Karawana
Ridwan 24 Thn, RT 7 Dusun III Desa Karawana (Ketua Karang Taruna Desa).
Sebelum gempa 28 September 2018 remaja-pemuda Desa aktif di bidang, olahraga, seni-budaya. Sebelun gempa kami ikut tanding bola voli dan sepakbola dalam beberapa turnamen antara lain piala bupati sigi.singkat cerita, event olahraga dan seni-budaya yang diselenggarakan pemerintah daerah tak pernah kami lewati. Namun setelah gempa anak-anak, remaja-pemuda bahkan orang-orang tak lagi berolahraga atau pentas seni. Semua syok, khawatir, cemas sehingga seluruh aktivitas terhenti.
Di saat tak ada lagi kegiatan okahraga, seni dan sosial budaya lainya, hadir IBU Foundation di Desa Karawana. Organisasi ini mengajarkan mengurangi resiko bencana, melatih kami memanfaatkan lahan sempit melalui metode hidroponik. Dampaknya terasa bagi warga Desa Karawana khususnya untuk remaja-pemuda.
kegiatan IBU Foundation juga berkaitan menghilangkan stress dan syok yang kadang masih membenak dipikiran teman teman.
Saya Mewakili remaja- pemuda desa karawana mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada IBU Foundation yang telah hadir di desa karawana. Kehadirannya memberi manfaat besar bagi warga desa karawana. Dengan hadirnya IBU, di tengah kami, teman-teman sudah beraktivitas seperti biasa. Kami kembali kuliah, sekolah. Malam hari, kami kembali aktif berkumpul dalam berbagai aktifitas sosial agama. berkegiatan.
Bangunan Rumah Kencana adalah bangunan permanen yang pertama berdiri semenjak banyak bangunan hancur saat gempa. Kami menikmati fasilitas pertemuan itu, sebab langka bangunan permanen utk kegiatan warga desa. Rumah Kencana dimanfaatkan untuk tempat diskusi, praktek membuat hidroponik, rapat-kerja KPA yang sering kami laksanakan malam hari. Bahkan saat ini ada pelatihan jurnalistik di tempat ini. Inilah tempat idaman, jadi pusat kegiatan remaja- pemuda, orang tua, ibu-ibu (Posyandu).
Harapan saya semoga IBU terus aktif membantu masyarakat yang terkena bencana. Terus membantu sesudah bencana, dan terus semangat.
Ridwan 24 Thn, RT 7 Dusun III Desa Karawana (Ketua Karang Taruna Desa).
Sebelum gempa 28 September 2018 remaja-pemuda Desa aktif di bidang, olahraga, seni-budaya. Sebelun gempa kami ikut tanding bola voli dan sepakbola dalam beberapa turnamen antara lain piala bupati sigi.singkat cerita, event olahraga dan seni-budaya yang diselenggarakan pemerintah daerah tak pernah kami lewati. Namun setelah gempa anak-anak, remaja-pemuda bahkan orang-orang tak lagi berolahraga atau pentas seni. Semua syok, khawatir, cemas sehingga seluruh aktivitas terhenti.
Di saat tak ada lagi kegiatan okahraga, seni dan sosial budaya lainya, hadir IBU Foundation di Desa Karawana. Organisasi ini mengajarkan mengurangi resiko bencana, melatih kami memanfaatkan lahan sempit melalui metode hidroponik. Dampaknya terasa bagi warga Desa Karawana khususnya untuk remaja-pemuda.
kegiatan IBU Foundation juga berkaitan menghilangkan stress dan syok yang kadang masih membenak dipikiran teman teman.
Saya Mewakili remaja- pemuda desa karawana mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada IBU Foundation yang telah hadir di desa karawana. Kehadirannya memberi manfaat besar bagi warga desa karawana. Dengan hadirnya IBU, di tengah kami, teman-teman sudah beraktivitas seperti biasa. Kami kembali kuliah, sekolah. Malam hari, kami kembali aktif berkumpul dalam berbagai aktifitas sosial agama. berkegiatan.
Bangunan Rumah Kencana adalah bangunan permanen yang pertama berdiri semenjak banyak bangunan hancur saat gempa. Kami menikmati fasilitas pertemuan itu, sebab langka bangunan permanen utk kegiatan warga desa. Rumah Kencana dimanfaatkan untuk tempat diskusi, praktek membuat hidroponik, rapat-kerja KPA yang sering kami laksanakan malam hari. Bahkan saat ini ada pelatihan jurnalistik di tempat ini. Inilah tempat idaman, jadi pusat kegiatan remaja- pemuda, orang tua, ibu-ibu (Posyandu).
Harapan saya semoga IBU terus aktif membantu masyarakat yang terkena bencana. Terus membantu sesudah bencana, dan terus semangat.
Pak Sueb Karawana
Pak Sueb berlinang air mata saat menyampaikan pidato peresmian dan penutupan Rumah Kencana di desa Loli Tasiburi. Sambil menengok nengok ke belakang, membaca spanduk panggung, seolah meyakinkan diri bahwa malam itu adalah tanggal 29Maret, tanggal di mana dia dilahirkan. "ini adalah malam yang tak terlupakan sebab bertepatan saya berulangtahun yang ke tiga puluh enam" kata Pak Kades mengucap terbata bata.
Mulai dengan lagu Indonesia Raya, pembacaan ayat suci Alquran, pidato, baca puisi dan pantun, gunting pita, serah terima sertifikat, makan bersama dan hiburan musik dan lagu dari remaja Loli Tasiburi. Dua lagu dipersembahkan oleh Pak Sueb, dua lagi pak sekdes, lanjutannya para remaja yang bernyanyi sampai akhir acara.
Beruntung tak hujan, pas acara. Walaupun kemarin sepanjang pagi sampai sore hujan.
Benar kata pantun ciptaan agus supriadi sastrawan yang hobinya akunting, "jadikanlah malam ini kenangan terindah"
Mulai dengan lagu Indonesia Raya, pembacaan ayat suci Alquran, pidato, baca puisi dan pantun, gunting pita, serah terima sertifikat, makan bersama dan hiburan musik dan lagu dari remaja Loli Tasiburi. Dua lagu dipersembahkan oleh Pak Sueb, dua lagi pak sekdes, lanjutannya para remaja yang bernyanyi sampai akhir acara.
Beruntung tak hujan, pas acara. Walaupun kemarin sepanjang pagi sampai sore hujan.
Benar kata pantun ciptaan agus supriadi sastrawan yang hobinya akunting, "jadikanlah malam ini kenangan terindah"
Dukun Lombonga
"saya bukan dukun. Saya mengobati orang dengan air putih dan mantera." kata tante hanna atau mak haji atau mak gaib yang rumahnya di seberang jalan Rumah Kencana.
"yang mengobati adalah kembaran saya yang sudah menjadi roh. Baca mantera adalah cara mendatangkan roh itu. Makanya pengobatan bisa jarak jauh. Hanya perlu sebotol aqua, lalu taro HP di atasnya, lalu orang yang sakit itu suruh minum sebotol air putih yang telah didoakan jarak jauh" cerita mak haji.
Metode itu dianggap mujarab, alhasil mak haji popular, dianggap "orang pintar" , tetapi tidak diakui oleh mak haji. Lagi lagi ia menolak sebutan itu.
Pengobatan tradisional masih kuat di Lombonga. Tradisional dengan memanfaatkan tanaman, atau jamu2an, dan tradisional yang diartikan sebagai mampu komunikasi dengan roh halus untuk mengobati orang sakit.
"yang mengobati adalah kembaran saya yang sudah menjadi roh. Baca mantera adalah cara mendatangkan roh itu. Makanya pengobatan bisa jarak jauh. Hanya perlu sebotol aqua, lalu taro HP di atasnya, lalu orang yang sakit itu suruh minum sebotol air putih yang telah didoakan jarak jauh" cerita mak haji.
Metode itu dianggap mujarab, alhasil mak haji popular, dianggap "orang pintar" , tetapi tidak diakui oleh mak haji. Lagi lagi ia menolak sebutan itu.
Pengobatan tradisional masih kuat di Lombonga. Tradisional dengan memanfaatkan tanaman, atau jamu2an, dan tradisional yang diartikan sebagai mampu komunikasi dengan roh halus untuk mengobati orang sakit.
Risiko Bencana
Risiko Bencana
Dari soal bencana sampai ilmu kebathinan ada di catatan harian. Bencana gempa tsunami likuifaksi ditafsir beragam. Mulai penyebab, penyintas, kerusakan, bantuan kemanusiaan, keadilan, pemerataan.
Membedah isu isu di atas mesti satu per satu. Hubungan bencana dan kebathinan layak disoroti. Sebab, tidak muncul ke permukaan.
Dua mahasiswa antropologi untad memberi pendapat soal bencana. Si antropologi yang satu menyebut, banyak orang di sini menganggap bencana itu adalah perbuatan manusia. Menarik mendengar akhir cerita dari lawan bicara ini.
" yang kena bencana paling parah adalah daerah judi, minum, prostitusi" katanya meringkas hasil pendapat orang di sini. Buat orang sini, perbuatan maksiat harus ditiadakan.
Si antropolog yang lain beda perspektif. Katanya tidak banyak yang melihat demikian. Katanya orang di sini juga membaca dari internet, jadi paham penjelasan pemerintah melalui androit yang ditenteng sehari hari. Persoalannya adalah sosialisasi tentang bencana dan cara mengurangi resiko yang kurang, bahkan tidak ada. Ia berpendapat desa, sekolah, seluruh komponen di tingkat yang paling rendah sampai pimpinan daerah harus dibekali pengetahuan kebencanaan.
Saya meng "iya" kan saja dalam obrolan singkat itu.
"Bencana kan macem macem. Ada longsor, banjir" Lanjut saya
"Betul bang, itu beneran akibat perbuatan manusia"
"Pembabatan hutan tak terkontrol. Sampah berserakan, terutama plastik."
"Pencegahan atas perbuatan manusia itu mungkin masih bisa dikerjakan, dan prediksi akibat perbuatan manusia itu dapat dicegah oleh orang awam asalkan ada bekal pengetahuan." Dua antropolog itu sependapat.
"Lalu adakah pelatihan pengurangan resiko yang pernah dilakukan di sini?" Mencoba mengembalikn pada topik utama, takut kalau dialog ini ngalur ngidul.
"Belum ada bang" serempak dua antropolog itu menjawab.
"Bagusnya ada lsm yang membekali pengetahuan itu."
"Apa cukup itu?"
"Nggak tau juga bang. Tapi minimal harus ada pengetahuan buat perangkat desa, supaya mereka bisa sosialisasikan ke warganya"
Sambil lihat tim wash yang sudah bebenah mau lanjut ke kunjungan ke RK yang lain, saya pamitan ke dua kawan ngobrol itu.
Semoga ada antisipasi dari pemda atas usulan para antropolog itu. (Dialog sore hari di Beka 24 Maret 2019)
Dari soal bencana sampai ilmu kebathinan ada di catatan harian. Bencana gempa tsunami likuifaksi ditafsir beragam. Mulai penyebab, penyintas, kerusakan, bantuan kemanusiaan, keadilan, pemerataan.
Membedah isu isu di atas mesti satu per satu. Hubungan bencana dan kebathinan layak disoroti. Sebab, tidak muncul ke permukaan.
Dua mahasiswa antropologi untad memberi pendapat soal bencana. Si antropologi yang satu menyebut, banyak orang di sini menganggap bencana itu adalah perbuatan manusia. Menarik mendengar akhir cerita dari lawan bicara ini.
" yang kena bencana paling parah adalah daerah judi, minum, prostitusi" katanya meringkas hasil pendapat orang di sini. Buat orang sini, perbuatan maksiat harus ditiadakan.
Si antropolog yang lain beda perspektif. Katanya tidak banyak yang melihat demikian. Katanya orang di sini juga membaca dari internet, jadi paham penjelasan pemerintah melalui androit yang ditenteng sehari hari. Persoalannya adalah sosialisasi tentang bencana dan cara mengurangi resiko yang kurang, bahkan tidak ada. Ia berpendapat desa, sekolah, seluruh komponen di tingkat yang paling rendah sampai pimpinan daerah harus dibekali pengetahuan kebencanaan.
Saya meng "iya" kan saja dalam obrolan singkat itu.
"Bencana kan macem macem. Ada longsor, banjir" Lanjut saya
"Betul bang, itu beneran akibat perbuatan manusia"
"Pembabatan hutan tak terkontrol. Sampah berserakan, terutama plastik."
"Pencegahan atas perbuatan manusia itu mungkin masih bisa dikerjakan, dan prediksi akibat perbuatan manusia itu dapat dicegah oleh orang awam asalkan ada bekal pengetahuan." Dua antropolog itu sependapat.
"Lalu adakah pelatihan pengurangan resiko yang pernah dilakukan di sini?" Mencoba mengembalikn pada topik utama, takut kalau dialog ini ngalur ngidul.
"Belum ada bang" serempak dua antropolog itu menjawab.
"Bagusnya ada lsm yang membekali pengetahuan itu."
"Apa cukup itu?"
"Nggak tau juga bang. Tapi minimal harus ada pengetahuan buat perangkat desa, supaya mereka bisa sosialisasikan ke warganya"
Sambil lihat tim wash yang sudah bebenah mau lanjut ke kunjungan ke RK yang lain, saya pamitan ke dua kawan ngobrol itu.
Semoga ada antisipasi dari pemda atas usulan para antropolog itu. (Dialog sore hari di Beka 24 Maret 2019)
Rumah Kencana di Majalah YPII
Rumah Kencana di Majalah YPII
Rumah Kencana ada di Halaman 15, pada majalah Yayasan Plan Internasional Indonesia edisi pertama, bertema "Pasigala: Berimba Kareba.
Edisi pertama ada Rumah Kencana. Pasti itu berita penting. Pasti itu melalui seleksi ketat. Berita mana yang harus dimuat, dari sekian banyak informasi di sulteng. Chief editornya pasti berpikir apa yang telah dicapai YPII selama berbulan bulan di wilayah Bencana. Salah satu pilihannya adalah child friendly space dalam bentuk bangunan. Itu memang satu satunya bangunan yang sudah jadi. Sudah dimanfaatkan oleh anak dan remaja. Bahkan dipakai posyandu sehari setelah peresmian 7februari 2019 lalu.
Konten informasi dari majalah adalah taruhan buat LSM sekelas YPII. Harus akurat dan terpecaya. Sebab akan dibaca oleh kolega YPII dalam dan luar negeri, dan pastinya donor melototin kerjaan lembaga yang didonorinya. Ini juga menjadi indikator bahwa kerja mereka mengacu pada "SMART" specific, measurable, achievable, realistic, timely. Kerja Ngo sekarang tidak saja sekedar mendisain logframe dan monev tapi juga harus didukung penuh publikasi (anatapura 4april 2019)
Rumah Kencana ada di Halaman 15, pada majalah Yayasan Plan Internasional Indonesia edisi pertama, bertema "Pasigala: Berimba Kareba.
Edisi pertama ada Rumah Kencana. Pasti itu berita penting. Pasti itu melalui seleksi ketat. Berita mana yang harus dimuat, dari sekian banyak informasi di sulteng. Chief editornya pasti berpikir apa yang telah dicapai YPII selama berbulan bulan di wilayah Bencana. Salah satu pilihannya adalah child friendly space dalam bentuk bangunan. Itu memang satu satunya bangunan yang sudah jadi. Sudah dimanfaatkan oleh anak dan remaja. Bahkan dipakai posyandu sehari setelah peresmian 7februari 2019 lalu.
Konten informasi dari majalah adalah taruhan buat LSM sekelas YPII. Harus akurat dan terpecaya. Sebab akan dibaca oleh kolega YPII dalam dan luar negeri, dan pastinya donor melototin kerjaan lembaga yang didonorinya. Ini juga menjadi indikator bahwa kerja mereka mengacu pada "SMART" specific, measurable, achievable, realistic, timely. Kerja Ngo sekarang tidak saja sekedar mendisain logframe dan monev tapi juga harus didukung penuh publikasi (anatapura 4april 2019)
Ikon Palu
Ikon itu tergerus sudah. Jembatan Kuning atau jembatan Palu IV. Lenyap dalam sekejap diterjang tsunami tahun lalu. Ikon kebanggaan warga Palu belum ada gantinya.
Berada di pantai talise, Jembatan lengkung, penghubung palu barat dan timur. Kota Palu dan Donggala, menyisakan separo lengkungan baja.
Paska bencana, talise hanya pantai dan runtuhan bangunan. Bangunan yang hampir rata tanah, bangunan retak. Hanya tersisa buat selfie di depan mesjid terapung.
Infrastruktur ambruk, jangan sampai identitas Palu jadi ambruk. Palu bangkit harus ada identitas yang menyatukan. Identitas itu tidak terbangun begitu saja. Identitas harus dibangun, bisa saja dari hal yang membanggakan warga Palu, seperti jembatan lengkung kuning.
"Kalau saya masih jadi walikota, akan saya bangun kembali jembatan itu dengan lebih megah." Kata bekas walikota tadi siang.
Ada "Gong Perdamaian", atau yang baru dibangun "0 kilometer Palu" apa itu bisa menyatukan warga Palu menjadikannya kebanggaan sebagai identitas Palu? Walahualam.
Berada di pantai talise, Jembatan lengkung, penghubung palu barat dan timur. Kota Palu dan Donggala, menyisakan separo lengkungan baja.
Paska bencana, talise hanya pantai dan runtuhan bangunan. Bangunan yang hampir rata tanah, bangunan retak. Hanya tersisa buat selfie di depan mesjid terapung.
Infrastruktur ambruk, jangan sampai identitas Palu jadi ambruk. Palu bangkit harus ada identitas yang menyatukan. Identitas itu tidak terbangun begitu saja. Identitas harus dibangun, bisa saja dari hal yang membanggakan warga Palu, seperti jembatan lengkung kuning.
"Kalau saya masih jadi walikota, akan saya bangun kembali jembatan itu dengan lebih megah." Kata bekas walikota tadi siang.
Ada "Gong Perdamaian", atau yang baru dibangun "0 kilometer Palu" apa itu bisa menyatukan warga Palu menjadikannya kebanggaan sebagai identitas Palu? Walahualam.
External job
"kemarin ikut kerja proyek lumayan lah. Ada penghasilan, ada pergaulan, ada tambahan pengetahuan. Tidak banyak, sedikit sedikit ada yang nyangkut."
" yang sedikit apa bang? "
"pekerjaan external jadi lebih canggih"
"apa itu pekerjaan external bang? " penasaran.
"pekerjaan di luar kantor. Di lapangan bang."
"Ooooo"
Akhir dialog...
" yang sedikit apa bang? "
"pekerjaan external jadi lebih canggih"
"apa itu pekerjaan external bang? " penasaran.
"pekerjaan di luar kantor. Di lapangan bang."
"Ooooo"
Akhir dialog...
Image limited goods
"Image of limited goods itu penting buat mengenal desa." membuka dialog bersama kawan lama di cafe KPK
Pikiran melayang jauh ke belakang semasa bekerja ER dan Rehap Rekon di nias.
Mengenali orang nias di desa itu harus melihat "ilmu kepiting". Orang di sana jualan kepiting di keranjang besar ayaman bambu. Kepiting dibiarkan tak terikat. Takut kepiting merangkak naik sampai bibir keranjang? Pedagangnya percaya tak akan mungkin. Sebab ketika kepiting berusaha merangkak ke atas akan ada kepiting lain mengkaitkan japitannya, setiap kali demikian, akhirnya tak satupun berhasil.
Orang desa itu juga demikian, sulit sukses kalau hidup berkarir di desa. Sepertinya tumbuh besar dan sukses seorang di desa seperti mencari jarum di jerami. Sebab kata teori seolah sumberdaya di desa terbatas, jadi orang yang sukses dianggap mengambil jatah warga lain di desa. Itu yang disebut image of limited goods (mendung jadi ngantuk2 di anatapura 12april 2019)
Pikiran melayang jauh ke belakang semasa bekerja ER dan Rehap Rekon di nias.
Mengenali orang nias di desa itu harus melihat "ilmu kepiting". Orang di sana jualan kepiting di keranjang besar ayaman bambu. Kepiting dibiarkan tak terikat. Takut kepiting merangkak naik sampai bibir keranjang? Pedagangnya percaya tak akan mungkin. Sebab ketika kepiting berusaha merangkak ke atas akan ada kepiting lain mengkaitkan japitannya, setiap kali demikian, akhirnya tak satupun berhasil.
Orang desa itu juga demikian, sulit sukses kalau hidup berkarir di desa. Sepertinya tumbuh besar dan sukses seorang di desa seperti mencari jarum di jerami. Sebab kata teori seolah sumberdaya di desa terbatas, jadi orang yang sukses dianggap mengambil jatah warga lain di desa. Itu yang disebut image of limited goods (mendung jadi ngantuk2 di anatapura 12april 2019)
Nonton Expo di Palu
Bawang goreng dengan packaging standar internasional dijual harga 25.000, ikan suwir cakalang, 20.000. Sore tadi berkunjung ke ekspo Sulteng, pameran perdagangan.
Ekspo bukan sekedar pameran. Itu tempat mengetahui trend produk dan potensi ekonomi retail di sulteng. Pengen tahu, tapi gak ada pusat informasinya. Yang ada hanya pameran dan jualan produk seperti di pasar inpres. Termasuk booth handicraft yang sepi pengunjung.
Lomba lagu pop dari penyanyi cilik lebih diminati. Apalagi jualan pulsa dan paket telkomsel.
Setidaknya beli bawang goreng dan ikan suwir cakalang buat oleh oleh.
Ekspo bukan sekedar pameran. Itu tempat mengetahui trend produk dan potensi ekonomi retail di sulteng. Pengen tahu, tapi gak ada pusat informasinya. Yang ada hanya pameran dan jualan produk seperti di pasar inpres. Termasuk booth handicraft yang sepi pengunjung.
Lomba lagu pop dari penyanyi cilik lebih diminati. Apalagi jualan pulsa dan paket telkomsel.
Setidaknya beli bawang goreng dan ikan suwir cakalang buat oleh oleh.
Ojek online
Dari cluster meeting di kantor Dinsos ke Basuki Rahmat lorong III, kendaraan ini pilihan penting. Selama 4bulan di Palu, mobil dinas fully booked utk Lombonga, Karawana, Loli, Beka dan Sibalaya Utara. Di jakarta maha penting, dari satu meeting ke meeting lain lebih suka pake ini. Dengan mobil atau taksi? Macet. Trans Jakarta? Hanya berlaku di jalur protokol. Ongkos tidak mahal, untuk ukuran penting dan tepat waktu. Terima kasij pada teknologi online dan disain canggih penemunya. Selamat datang di kota Jakarta.
Soto Lamongan
Soto Lamongan di ujung gang tempat tinggal selama di Palu, beken sampe seantero kota. Reza dan anita dari lsm berbeda bercerita, itu soto favorite kami. Minggu depan mau pesen disini buat acara perpisahan. Di Palu sering buat acara perpisahan. Staf lsm yang pulang kampung pasti bikin acara makan. Jadinya geshos kami pun ikutan kekatrol bekennya. Cukup menyebut belakang soto Lamongan, gak sulit nemu.
Satu malam, tengah malam, jenuh dan lapar habis kerja. Kawan ngajak ke warung "nasi balap', menunya selain nasi balap, ada soto dan rawon. Kawan bilang sotonya tak ada duanya di dunia. Wuih hebat promo kawan satu ini. Gak ada yang menyela, sambil berharap omongannya sesuai kenyataan.
Berempat kami ke sana, duduk satu meja, tunggu pesanan sambil makan peyek yang tersedia dekat meja kasir. Nah peyek ini nomor dua di dunia. Nomor satu peyek bawaan salah satu animator lokal. Itu enak banget. Asli nomor satu di dunia.
Akhirnya soto keluar, hanya dua dari kami berempat pesen soto. Komentar soal soto, kawan se kamar cerita, soal selera emang beda beda. Saya suka soto lamongan, kawan ini suka soto di warung nasi balap. Kalau saya apapun sotonya minumnya harus hangat (rs siloam, sudirman jakarta 17april 2019)
Satu malam, tengah malam, jenuh dan lapar habis kerja. Kawan ngajak ke warung "nasi balap', menunya selain nasi balap, ada soto dan rawon. Kawan bilang sotonya tak ada duanya di dunia. Wuih hebat promo kawan satu ini. Gak ada yang menyela, sambil berharap omongannya sesuai kenyataan.
Berempat kami ke sana, duduk satu meja, tunggu pesanan sambil makan peyek yang tersedia dekat meja kasir. Nah peyek ini nomor dua di dunia. Nomor satu peyek bawaan salah satu animator lokal. Itu enak banget. Asli nomor satu di dunia.
Akhirnya soto keluar, hanya dua dari kami berempat pesen soto. Komentar soal soto, kawan se kamar cerita, soal selera emang beda beda. Saya suka soto lamongan, kawan ini suka soto di warung nasi balap. Kalau saya apapun sotonya minumnya harus hangat (rs siloam, sudirman jakarta 17april 2019)
[13:02, 4/17/2019] Tito Asus: Soto Lamongan di ujung gang tempat tinggal selama di Palu, beken sampe seantero kota. Reza dan anita dari lsm berbeda bercerita, itu soto favorite kami. Minggu depan mau pesen disini buat acara perpisahan. Di Palu sering buat acara perpisahan. Staf lsm yang pulang kampung pasti bikin acara makan. Jadinya geshos kami pun ikutan kekatrol bekennya. Cukup menyebut belakang soto Lamongan, gak sulit nemu.
Satu malam, tengah malam, jenuh dan lapar habis kerja. Kawan ngajak ke warung "nasi balap', menunya selain nasi balap, ada soto dan rawon. Kawan bilang sotonya tak ada duanya di dunia. Wuih hebat promo kawan satu ini. Gak ada yang menyela, sambil berharap omongannya sesuai kenyataan.
Berempat kami ke sana, duduk satu meja, tunggu pesanan sambil makan peyek yang tersedia dekat meja kasir. Nah peyek ini nomor dua di dunia. Nomor satu peyek bawaan salah satu animator lokal. Itu enak banget. Asli nomor satu di dunia.
Akhirnya soto keluar, hanya dua dari kami berempat pesen soto. Komentar soal soto, kawan se kamar cerita, soal selera emang beda beda. Saya suka soto lamongan, kawan ini suka soto di warung nasi balap. Kalau saya apapun sotonya minumnya harus hangat (rs siloam, sudirman jakarta 17april 2019)
[09:05, 4/18/2019] tito panggabean: Belum selesai perhitungan suara, tetapi aroma kemenangan Jkw Ma’ruf sudah terasa. Mengikuti perkembangan sejak kampanye dan pertarungan di medsos, keliatan kubu Jkw jarang menyerang, malahan sibuk menangkal serangan sambil menceritakan keberhasilan pembangunan yang telah dikerjakan selama ini. Sana sini pembangunan pun jadi sasaran serangan. Dari mulai prioritas pembangunan infrastruktur yang tidak bermanfaat sampai kartu sehat dan pintar pun jadi sasaran kritikan. Jurkam Jkw tak berani menjadi ujung tombak menyerang kubu lawan. Hasilnya hampir seluruh sumatra Jkw kalah. Menempatkan wakil presiden yang putra daerah tidak mengkatrol Banten milik Jkw.
Sesungguhnya Jkw menerapkan strategi bertahan. Sungguhan bertahan, dan sekali sekali melumpuhkan apabila ada …
Satu malam, tengah malam, jenuh dan lapar habis kerja. Kawan ngajak ke warung "nasi balap', menunya selain nasi balap, ada soto dan rawon. Kawan bilang sotonya tak ada duanya di dunia. Wuih hebat promo kawan satu ini. Gak ada yang menyela, sambil berharap omongannya sesuai kenyataan.
Berempat kami ke sana, duduk satu meja, tunggu pesanan sambil makan peyek yang tersedia dekat meja kasir. Nah peyek ini nomor dua di dunia. Nomor satu peyek bawaan salah satu animator lokal. Itu enak banget. Asli nomor satu di dunia.
Akhirnya soto keluar, hanya dua dari kami berempat pesen soto. Komentar soal soto, kawan se kamar cerita, soal selera emang beda beda. Saya suka soto lamongan, kawan ini suka soto di warung nasi balap. Kalau saya apapun sotonya minumnya harus hangat (rs siloam, sudirman jakarta 17april 2019)
[09:05, 4/18/2019] tito panggabean: Belum selesai perhitungan suara, tetapi aroma kemenangan Jkw Ma’ruf sudah terasa. Mengikuti perkembangan sejak kampanye dan pertarungan di medsos, keliatan kubu Jkw jarang menyerang, malahan sibuk menangkal serangan sambil menceritakan keberhasilan pembangunan yang telah dikerjakan selama ini. Sana sini pembangunan pun jadi sasaran serangan. Dari mulai prioritas pembangunan infrastruktur yang tidak bermanfaat sampai kartu sehat dan pintar pun jadi sasaran kritikan. Jurkam Jkw tak berani menjadi ujung tombak menyerang kubu lawan. Hasilnya hampir seluruh sumatra Jkw kalah. Menempatkan wakil presiden yang putra daerah tidak mengkatrol Banten milik Jkw.
Sesungguhnya Jkw menerapkan strategi bertahan. Sungguhan bertahan, dan sekali sekali melumpuhkan apabila ada …
Strategi Politik
Belum selesai perhitungan suara, tetapi aroma kemenangan Jkw Ma’ruf sudah terasa. Mengikuti perkembangan sejak kampanye dan pertarungan di medsos, keliatan kubu Jkw jarang menyerang, malahan sibuk menangkis serangan sambil menceritakan keberhasilan pembangunan yang telah dikerjakan selama ini. Sana sini pembangunan pun jadi sasaran serangan. Dari mulai prioritas pembangunan infrastruktur yang tidak bermanfaat sampai kartu sehat dan pintar pun jadi sasaran kritikan. Jurkam Jkw tak berani menjadi ujung tombak menyerang kubu lawan. Hasilnya hampir seluruh sumatra Jkw kalah. Menempatkan wakil presiden yang putra daerah tidak mengkatrol Banten milik Jkw.
Sesungguhnya Jkw menerapkan strategi bertahan. Sungguhan bertahan, dan sekali sekali melumpuhkan apabila ada serangan lawan yang berbahaya. Tapi tetap saja hanya bertahan. Konon kata ahli pertempuran, sistem bertahan gemilang adalah menyerang. Itu tidak dilakukannya. Entah ini gaya kepempimpinan Jkw yang lebih suka bereaksi dadakan, daripada menyusun rencana strategisnya. Mungkin juga Jkw berharap rakyatnya mampu menilai kinerja yang sudah dilakukannya. Gaya blusukan dadakan terbawa pada caranya menarik perhatian rakyatnya. Atau ahli strateginya yang tumpul. Faktanya gaya catanaccio atau merapatkan sistem pertahanan cukup membuat repot paslon 01
Sesungguhnya Jkw menerapkan strategi bertahan. Sungguhan bertahan, dan sekali sekali melumpuhkan apabila ada serangan lawan yang berbahaya. Tapi tetap saja hanya bertahan. Konon kata ahli pertempuran, sistem bertahan gemilang adalah menyerang. Itu tidak dilakukannya. Entah ini gaya kepempimpinan Jkw yang lebih suka bereaksi dadakan, daripada menyusun rencana strategisnya. Mungkin juga Jkw berharap rakyatnya mampu menilai kinerja yang sudah dilakukannya. Gaya blusukan dadakan terbawa pada caranya menarik perhatian rakyatnya. Atau ahli strateginya yang tumpul. Faktanya gaya catanaccio atau merapatkan sistem pertahanan cukup membuat repot paslon 01
Rumah Kencana IBU Foundation
Saat bergabung di IBU foundation, Desember 2018. Mengingat ingat kembali anggota tim. Maklum sewaktu ketemu di pertengahan november 2018 di kantor pusat Ibu di bandung, hanya mengenal samarsamar. Sering salah panggil nama, keliru wajah staf, dll. Lalu awal desember tahun yang sama, saya menjadi bagian dari tim psikososial IBU-Plan atau Tim Remaja. Bahkan nama tim nya masih bingung. Usulan tim remaja karena ada tim anak. Membedakan dua tim itu, kelompok sasarannya. Yang anak usia 3-12,yang remaja 13-18. Lalu dipanjangin lagi. Tim anak mendamping 6desa, tim remaja 5desa. 1desa diabaikan oleh tim remaja karena sulit air. Biarlah tim anak yang menanggung risiko itu karena mereka sudh lebih dahulu berada di sana.
Masih ingat beberapa percakapan seperti
"Kalau di publik kita menyebutnya tim anak dan remaja. Jangan bilang tim bu caritas atau tim ibu plan. "
"Kita adalah satu tim, yakni tim IBU."
Tim anak mulai efektif mendatangi desa desa dampingan awal desember. Memperkenalkan diri ke desa, ceritanya pengantar untuk dikenal oleh desa. Dalam.kurun waktu seminggu itu tim mencapai kesepakatan bahwa desa memberi mendukung kegiatan, sepakat tertulis memberi sebagian lahannya untuk membangun RK
Tidak banyak ingat kegiatan di desember tapi kerja tim di januari 2019 seperti tancep gas. Kegiatan lomba, pentas, teater, nobar, kerjabakti, numpuk selama januari dan februari. Bulan itu juga sudah mulai tanya sana sini lokasi RK dan nego surat hibah. Karawana adalah desa pertama yang menghibahkan tanahnya. Langsung tim mobilisasi tukang, alokasi material, mengatur jadwal.
"Ini selesai perkiraan 21hari."
Sementara gerakan mobilisasi remaja melalui permainan kreatif melatih kemandirian, memberi pengetahuan soal bencana, menyadarkan pentingnya makanan sehat, eksplorasi perasaa n,. Higinis hidup sehat, trus didengungkan melalui diskusi presentasi, role play, simulasi, metode baku maupun metode improvisasi atau campuran saat di lapangan.
"harus simultan. Tidak ada pilihan lain untuk menyelesaikan 4RK dalam waktu 45hari. Semua fokus pada selesaikan surat hibah. 4 selesai dlm tempo hampir bersamaan, dan mulailah pembangunan RK yang menegangkan.
4RK diresmikan di Maret 2019. Kami pamitan di 5 desa dampingan.
Bekerja dalam satu tim, bukan saja menambah pengetahuan, tapi juga pengalaman. Bukan cuma pengalaman sosial tapi juga pengalaman bathin. Bukan cuma ikatan kerja, melainkan ikatan keluarga, bukan cuma menyamakan persepsi pengetahuan tapi juga, terikat kuat persamaan emosi. Semuanya sebagai satu tim yang disebut tim remaja, tim IBU-Plan, tim apapun namanya.
Masih ingat beberapa percakapan seperti
"Kalau di publik kita menyebutnya tim anak dan remaja. Jangan bilang tim bu caritas atau tim ibu plan. "
"Kita adalah satu tim, yakni tim IBU."
Tim anak mulai efektif mendatangi desa desa dampingan awal desember. Memperkenalkan diri ke desa, ceritanya pengantar untuk dikenal oleh desa. Dalam.kurun waktu seminggu itu tim mencapai kesepakatan bahwa desa memberi mendukung kegiatan, sepakat tertulis memberi sebagian lahannya untuk membangun RK
Tidak banyak ingat kegiatan di desember tapi kerja tim di januari 2019 seperti tancep gas. Kegiatan lomba, pentas, teater, nobar, kerjabakti, numpuk selama januari dan februari. Bulan itu juga sudah mulai tanya sana sini lokasi RK dan nego surat hibah. Karawana adalah desa pertama yang menghibahkan tanahnya. Langsung tim mobilisasi tukang, alokasi material, mengatur jadwal.
"Ini selesai perkiraan 21hari."
Sementara gerakan mobilisasi remaja melalui permainan kreatif melatih kemandirian, memberi pengetahuan soal bencana, menyadarkan pentingnya makanan sehat, eksplorasi perasaa n,. Higinis hidup sehat, trus didengungkan melalui diskusi presentasi, role play, simulasi, metode baku maupun metode improvisasi atau campuran saat di lapangan.
"harus simultan. Tidak ada pilihan lain untuk menyelesaikan 4RK dalam waktu 45hari. Semua fokus pada selesaikan surat hibah. 4 selesai dlm tempo hampir bersamaan, dan mulailah pembangunan RK yang menegangkan.
4RK diresmikan di Maret 2019. Kami pamitan di 5 desa dampingan.
Bekerja dalam satu tim, bukan saja menambah pengetahuan, tapi juga pengalaman. Bukan cuma pengalaman sosial tapi juga pengalaman bathin. Bukan cuma ikatan kerja, melainkan ikatan keluarga, bukan cuma menyamakan persepsi pengetahuan tapi juga, terikat kuat persamaan emosi. Semuanya sebagai satu tim yang disebut tim remaja, tim IBU-Plan, tim apapun namanya.
Toyib Hansip
Setiap ada peristiwa penting, misalnya 17agustusan, ulangtahun ABRI, jadi inget Toyib, Kepala Hansip di daerah Bendhil, tempat tinggal saya masa kecil dan remaja. Setiap peristiwa penting itu, terutama hari ABRI dia selalu sibuk, gosok emblem pangkat2an, tanda jasa, bintang dll yang beli di pasar loak deket daerah Bongkaran Pejompongan. Supaya pangkat mengkilap mentereng, dia gosok pake brasso. Sepatu jenggel digosok pake semir merek Kiwi. Malam menjelang hari H, Tojib susah tidur. Baju dan celana setrika pake kanji biar kaku jadi nampak necis. Topi sudah nyangkut di gantungan pakaian, supaya esok pagi gak panik nyari. Tak lupa peluit lengkap dengan talinya.
Setiap hari ABRI, nama Toyib pake embel embel, Mayor depan namanya yang ditempel di dada, istilah sekarang name tag. Gak tau kenapa dia gak mau menjadikan dirinya jendral. Konon pangkat yang ada di bahu dan tanda jasa yang di dada kiri levelnya mayor, alasan dia. Atay mungkin pangkat2an ity sudah keburu dibeli, jadi suka gak suka Toyib selalu pangkat mayor dari tahun ke tahun.
Setiap hari ABRI, nama Toyib pake embel embel, Mayor depan namanya yang ditempel di dada, istilah sekarang name tag. Gak tau kenapa dia gak mau menjadikan dirinya jendral. Konon pangkat yang ada di bahu dan tanda jasa yang di dada kiri levelnya mayor, alasan dia. Atay mungkin pangkat2an ity sudah keburu dibeli, jadi suka gak suka Toyib selalu pangkat mayor dari tahun ke tahun.
Tokoh Pewayangan
Nulis soal tokoh pewayangan. Sambil ngantuk ngantuk nunggu di RS
Karna sakti mandraguna. Ksatria jiwa perwira, siap membela negara. Dengan senjata pamungkasnya, ia maju memimpin pasukan menghadapi adik adiknya yang menjadi lawannya di medan Kurusetra.
Dalam dialog imajiner dng dewa dewi direkam di bawah ini:
T: kenapa kamu rela bertempur melawan pasukan adik adikmu?
J: saya tidak memusuhi lawan secara personal. Saya percaya bahwa dalam masa damai mereka adalah orang orang yang cinta keluarga, anak anak, tetangga, masyarakatnya. Mereka adalah orang orang yang patut dihormati karena berjuang bertempur membela kehormatan negaranya. Demikian pula dengan saya yang wajib membela negara. Negara ini yang membesarkan saya, memberi nafkah lahir bathin, memberi semua fasilitas yang dibutuhkan, diberi jabatan sebagai adipati, dibangunkan istana. Lalu dengan cara apalagi yang dilakukan kecuali membela negara yang telah berjasa pada saya. Saya harus berjuang mempertahankan negara ini.
T: tapi, negara yang kamu bela berisi orang orang yang bringas, culas, curang, ambisi, dengki dan banyak lain yang tak patut menjadi orang memimpin negara.
J: saya tahu sifat karakter orang yang saya bela. Saya tau mereka adalah orang orang yang rakus kekuasaan, menghalalkan cara, seperti yang disebutkan. Tapi saya membela negara dengan cara saya. Saya terima kasih pada negara yang menolong saya memberi kehormatan, mengangkat derajat saya menjadi orang terhormat di negara ini. Karenanya, kewajiban saya membela.
Beberapa waktu kemudian, Karna gugur di Kurusetra oleh panah pasopati arjuna. Langit diselimuti mendung gelap gulita, hanya di bagian kereta Kencana Karna yang terbujur mati ada sinar gemerlap dari langit. Dewa Kahyangan menghormati gugurnya Karna. Sesalah apapun yang dibela, Karna tetap Ksatria di mata Dewa Surya.
Karna sakti mandraguna. Ksatria jiwa perwira, siap membela negara. Dengan senjata pamungkasnya, ia maju memimpin pasukan menghadapi adik adiknya yang menjadi lawannya di medan Kurusetra.
Dalam dialog imajiner dng dewa dewi direkam di bawah ini:
T: kenapa kamu rela bertempur melawan pasukan adik adikmu?
J: saya tidak memusuhi lawan secara personal. Saya percaya bahwa dalam masa damai mereka adalah orang orang yang cinta keluarga, anak anak, tetangga, masyarakatnya. Mereka adalah orang orang yang patut dihormati karena berjuang bertempur membela kehormatan negaranya. Demikian pula dengan saya yang wajib membela negara. Negara ini yang membesarkan saya, memberi nafkah lahir bathin, memberi semua fasilitas yang dibutuhkan, diberi jabatan sebagai adipati, dibangunkan istana. Lalu dengan cara apalagi yang dilakukan kecuali membela negara yang telah berjasa pada saya. Saya harus berjuang mempertahankan negara ini.
T: tapi, negara yang kamu bela berisi orang orang yang bringas, culas, curang, ambisi, dengki dan banyak lain yang tak patut menjadi orang memimpin negara.
J: saya tahu sifat karakter orang yang saya bela. Saya tau mereka adalah orang orang yang rakus kekuasaan, menghalalkan cara, seperti yang disebutkan. Tapi saya membela negara dengan cara saya. Saya terima kasih pada negara yang menolong saya memberi kehormatan, mengangkat derajat saya menjadi orang terhormat di negara ini. Karenanya, kewajiban saya membela.
Beberapa waktu kemudian, Karna gugur di Kurusetra oleh panah pasopati arjuna. Langit diselimuti mendung gelap gulita, hanya di bagian kereta Kencana Karna yang terbujur mati ada sinar gemerlap dari langit. Dewa Kahyangan menghormati gugurnya Karna. Sesalah apapun yang dibela, Karna tetap Ksatria di mata Dewa Surya.
Subscribe to:
Posts (Atom)