Menjadi Tokoh yang Menagawan
Hanya karena tidak bersedia menyediakan tanahnya untuk landasan pesawat, Kepala Kampung terlempar dari posisinya sebagai Menagawan. Menagawan adalah istilah lokal untuk sebutan pemimpin atau “orang berwibawa” atau Big Men. Kampung itu salah satu dari kampung-kampung di Pegunungan Tengah di Papua. Populasinya kira kira seribu jiwa.
Ada satu tokoh masyarakat yang menjadi pesaing Kepala Kampung. Kurang dikenal karena dia lebih lebih sering di luar kampung. Tiba tiba dia menjadi kesohor karena memperjuangkan pembangunan lapangan terbang. Konon, supaya jangan batal pembangunan di kampung itu, tokoh itu berdoa, minta ijin roh leluhur. Tokoh itu sepakat memberi kebunnya kepada Kepala Kampung sebagai ganti rugi. Warga mendukung. Kepala Kampung setuju. Ia mengumpulkan seluruh tokoh masyarakat mengumumkan pembangunan lapangan terbang.
Tokoh itu dianggap paling pas menjadi menagawan. Ia mempersatukan kampung kampung di lembah Aroanop. Hubungan dekat tokoh itu dengan pemerintah daerah, Perusahaan dan para elite politik meneguhkan perannya sebagai menagawan. Ia berjuang membuka isolasi kampung. Lebih penting dari itu, ia mewujudkan mimpi masyarakatnya. Mimpi kampung menjadi kota yang ramai, ada jalan tembus ke kota terdekat, terhubung dengan desa-desa lain. Akan banyak kendaraan umum, Intinya kampung tidak akan kesepian.
Hanya tokoh yang mampu mewujudkan mimpi, menyatukan seluruh rakyat diakui sebagai menagawan. Walau banyak tokoh, ujiannya adalah siapa yang bisa mempersatukan dan menyatukan kampung-kampung. Keliru kalau beranggapan Menagawan adalah kepala perang. Setelah tidak ada perang, perannya hilang. Hakekatnya Menagawan itu mengatur, mobilisasi, berdiplomasi, negosiasi, bersekutu bahkan dengan lawan politiknya. Tak ada orang yang suka berkonflik, hidup mencekam, takut akan serangan lawan. Karenanya memilih pemimpin diseleksi dengan ketat untuk memastikan di bawah pimpinannya warga hidup rukun. Orang yang demikian disebut Menagawan yang memimpin dalam segala situasi untuk kesejahteraan warga yang dipimpinnya.
No comments:
Post a Comment