"setetes tinta yang masuk ke dalam air,
Lama kelamaan air itu akan berubah jadi hitam. Seperti dalam kehidupan, sekecil apapun kita berbuat kebohongan, maka akan sulit bagi kita untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari orang lain."
kata-kata mutiara yang ditulis Cecep, peserta pelatihan di proyek skill to succeed di kota kecil, Kalijati, Subang.
Tiga hari sudah pelatihan tentang konselor sebaya. Pelatihan berjalan dengan semangat anak muda. Dua hari pertama muda mudi itu dibekali pengetahuan konseling, dengan harapan akan menularkan pengetahuan itu ke kawan di desanya, kawan sebayanya.
Hari ketiga, pembekalan dan refreshing tentang media sosial. Mereka sudah familiar dengan tiga media sosial popular yakni Facebook, Instagram dan Whatssapp. Sana sini berdiskusi tentang manfaat dari media sosial. Update status, curhat, berteman, mencari info, berkawan dan lain sebagainya.
Istirahat sejam, dilanjut dengan latihan menulis. Fasilitator memberi pengantar membuat tulisan dengan materi yang telah diberi pada hari pertama dan kedua.
"Teman teman sudah mendapat pengetahuan apa itu konseling dengan sejumlah istilah seperti empati, jujur, terbuka, komunikatif, dll."
"Lalu mendapat pengetahuan tentang media sosial"
"Kali ini kita akan menuangkan pengetahuan itu ke dalam tulisan. Tulisan yang menarik utk dimuat di FB atau Instagram atau Whatssapp"
"Waktunya satu jam, diikuti dengan review dan diskusi. Total 1,5 jam.
Kurang lebih satu jam, dua kelompok mendiskusikan memeras pikiran untuk menampilkan tulisan terbaiknya. Selesai. Dua kelompok menampilkan hasil tulisannya selama tiga puluh menit.
Tampil percaya diri dua pemuda menampilkan hasil tulisannya. Kejujuran, dengan segala argumentasi dan penjelasannya dipaparkan. Konselor ikut ambil bagian dalam menumbuhkan kejujuran setidaknya pada rekan sebaya. Pemuda yang lain (aprin) mengatakan seorang konselor sebaya harus mempunyai karakter yang peduli, sikap menghargai dan membuka komunikasi.
Malu malu beradu argumen, tetapi sama setujunya bahwa tulisan mereka butuh cara menulis yang lebih menarik. Bahasa tutur, dialog, testimoni harua dimuat dalam tulisan supaya lebih konkrit dan menarik.
Harus banyak praktek menulis, menggunakan bahasa yang luwes sederhana dan konkrit. Semoga dalam.waktu deket para konselor itu menampilkan status di media sosialnya dengan gaya konseling yang mudah dipahami kawan sebaya
No comments:
Post a Comment