Wartegnya baru buka delapan bulan. Masih semangat, tenaga muda, animo pelanggan potensial. lokasinya tak jauh dari pasar relatif besar, banyak ruko dan kantoran. Dalam hati ia percaya para pekerja itu akan cari makan di warungnya. Makin ramai pasar, makin laku warung makan. Ia mengelola warteg dua
puluh empat jam di lokasi jalan utama antara Pondok Gede dan Kranggan. Jalan yang seolah tanpa waktu macet. Pegawai, atau pelayan warteg tiga orang, semuanya perempuan, usia antara 19-23 tahun, asal dari kampung yang sama dengannya.
Enaknya kalo pegawai asal kampung yang sama, saya kenal keluarganya, kenal orangtuanya. bisa dipercaya."
Sampai sekarang pegawainya masih bekerja untuknya. Satu orang, yang paling besar, tahun depan akan menikah. Ia sudah ambil ancang ancang untuk cari pegawai yang baru.
"Cari
pegawai buat jaga warteg susah."
Apalagi cari pegawai yang dipercaya, susahnya pangkat dua." lanjutnya bercerita.
Ia berencana pakai penyedia jasa pembantu. Konon lebih cepat dan tak perlu meninggalkan warteg. Hanya, kawannya wanti wanti, pakai jasa semacam itu, paling bertahan tiga bulan. setelah itu harus cari lagi. Biasanya pemberi jasa itu memberi jaminan tiga bulan akan bekerja di kita, selebihnya tanggungjawab kita membina hubungan baik dengan pegawai itu.
Kawannya punya pengalaman, Ia sudah mengeluarkan lebih dari 3 juta untuk rekrut
tiga kali. Calo pembantu minta jaminan 500 ribu dan ongkos transport,
totalnya sekitar satu juta. Pekerja minta gaji bersih. Harus ada
fasilitas buat keperluan mandi dan pulsa HP. Lalu setelah semua diberikan, ternyata tak sampai tiga bulan, pegawainya sudah minta pulang kampung. Karena itu, calo pembantu tak menjamin langgengnya pekerja.
Pekerja kawannya itu sekarang adalah orang yang ada di sekitar warungnya.
No comments:
Post a Comment