Monday, 17 June 2019

Blusukan membawanya jadi Presiden Popular

Blusukan membawanya jadi Presiden Popular
Sudah lama tak mendengar kata Blusukan. Blusukan adalah istilah yang dipopulerkan oleh Jokowi, Presiden kita. Istilah ini berkembang sangat cepat seiring dengan gaya Jokowi yang tidak puas hanya bersandar pada laporan bawahannya. Dari pengakuannya, ia tidak betah duduk lama-lama di kantornya, ia memilih sebagian besar waktunya berada di luar kantor, di tengah-tengah masyarakatnya. Barangkali itu adalah kelebihannya, atau nalurinya yang selalu ingin dekat dengan rakyat dan mendengarkan cerita rakyatnya dan berusaha memahaminya.
Blusukan adalah istilah dalam bahasa Jawa. Seperti dikutip dari beberapa sumber, kata blusuk, mblusuk berarti mlebu ing atau bahasa Indonesianya  adalah “masuk ke” kata blusuk-an artinya “masuk ke” atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang ke suatu tempat untuk mendapatkan sesuatu. Kemudian blusukan dimaknai sebagai kegiatan para pejabat atau pemimpin mendatangi masyarakat kecil, untuk menggali berbagai informasi atau permasalahan dan mencari alternatif solusinya.  Blusukan sering dilakukan secara berulang-ulang untuk memahami dengan sungguh-sungguh keadaan warga, kelompok atau masyarakat.
 Sewaktu menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi membuat pembagian tugas dengan wakilnya, Ahok. Gubernur melakukan peninjauan ke lapangan, sementara wakilnya membenahi birokrasi. Konon gaya kepemimpinan blusukan ini sudah diterapkannya semenjak dia menjadi Walikota Solo. Ia blusukan ke bantaran sungai, pasar, terminal bis, perkampungan kumuh, waduk, untuk menemui warganya atau rakyatnya.
Mendengar suara rakyat
Mendengar suara rakyat sudah dijalankan sebelum ada istilah blusukan. Para pemimpin negeri ini mendengar suara rakyatnya dengan istilah Turun Bawah, atau TurBa. Istiah ini dikenal sejak zaman Orde Baru di mana para pejabat melakukan kunjungan langsung ke rakyat yang menjadi sasaran pembangunan.
Istilah Klompen Capir yang digagas di zaman Pak Harto juga merupakan upaya untuk mendengar keluhan dan kebutuhan masyarakat, khususnya kelompok tani. Tanya-jawab antara Presiden dan rakyat dalam acara Klompen Capir itu ditayangkan di TVRI, satu-satunya stasiun televisi di Indonesia saat itu. Pak Harto mendengar keluhan dan persoalan petani, sebaliknya ia memberi penjelasan tentang program pertanian. 
SBY juga melakukan kegiatan mendengar suara rakyat dengan cara Turun Bawah, seperti dinyatakan oleh juru bicara Presiden, Daniel Sparingga. Tujuan Turbaadalah mengefektifkan monitoring dan evaluasi implementasi kebijakan dan program. Prabowo dan Hatta Rajasa juga menggunakan istilah Turba daripada istilah blusukan, yang dilakukan mereka ketika berdialog dengan para pedagang di pasar. Dulu juga ada istilah WASKAT yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. Ini pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap anak buahnya, melakukan pembandingan rencana dengan kenyataan yang telah dilakukannya.
Blusukan itu metode kualitatif
Sesungguhnya blusukan dalam bahasa akademis adalah metode menggali informasi secara langsung dari individu atau kelompok yang menjadi sasarannya. Metode ini dalam ilmu sosial-budaya dikenal sebagai metode indepth interview dan participant observation dan Focus Group Discussion. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang banyak hal yang terjadi di masyarakat secara kualitatif, seperti pengaturan ruang publik dan lingkungan, kesehatan dan pendidikan keluarga, ekonomi keluarga yang dilihat dari sudut pandang warga. Dengan kata lain hasil dari blusukan itu berupa informasi dari wawancara, pengamatan dan dialog. Karena blusukan dilakukan oleh seorang dengan menggunakan panca inderanya, maka hasilnya pun diperkaya dengan gambaran akan suasana yang dilihat dan dirasakannya. Ia dapat mencium bau di situ, merasakan panas, dingin, lembab, merasakan makan dan minum yang tersedia di situ. Secara keseluruhan penggali informasi itu setidaknya dapat memahami gaya hidup warga.
Apa yang dipraktekan oleh Jokowi dengan cara blusukan itu adalah berusaha memahami gaya hidup rakyatnya dari satu tempat ke tempat lain. Ia mendengarkan cerita dari rakyatnya, melakukan dialog sekaligus melihat kemungkinan tentang mengatur pasar, terminal dan tempat umum lainnya. Ia menampung masukan dan mencari solusi bersama rakyat tentang bagaimana menjaga ketertiban dan tanggungjawab bersama atas lingkungan pemukiman, kalaupun tidak mendapat solusi saat itu, ia akan membawa hasil dialog dan wawancara itu untuk menjadi bahan masukan. Ia juga berkomunikasi dengan gaya rakyat, sering makan bersama,  blusukannya tidak mau dilakukan secara terburu-buru. Ia melakukannya dengan sepenuh hati, dan dengan niat semampunya membantu masyarakat. Interaksi juga dilakukan secara natural, dan tidak menakutkan bagi masyarakat yang dikunjungi, sehingga masukan-masukan yang diperolehnya tersaring secara jujur dan membangun. Prinsip-prinsip ini relatif sama dengan prinsip dalam metode penggalian informasi secara kualitatif.
Gaya kepemimpinan ini ternyata disukai oleh rakyat. Setiap kali Jokowi busukan, rakyat bergeromboll ingin bersalaman, berfoto bersama jokowi. Walaupun menurut jokowi blusukan adaah bagian dari mekanisme manajemen kontrol, memahami permasalahan rakyat,  tetapi dia tidak dapat membendung bahwa gaya itu dimaknai rakyatnya sebagai gaya pemimpin yang pro rakyat. Disadari atau tidak, naluri blusukan membawa gaya kepemimpinan Jokowi dianggap tampil beda dibanding para pejabat pada umumnya yang dinilai hanya pandai berwacana tetapi tidak memberi contoh perilaku yang dapat dijadikan acuan atau panutan.
Semenjak Jokowi dinyatakan sebagai Presiden, maka metode blusukan dimodifikasi dengan menambah menjadi e-blusukan. Ini sebagai cara mengantisipasi bahwa Jokowi tidak mungkin mendatangi tempat-tempat di seluruh Indonesia. Karenanya e blusukan akan dapat membantu Jokowi tetap dapat mendengar suara rakyat tanpa harus datang satu persatu ke setiap wilayah Indonesia. Kalaupun Ia ingin mendapat suasana gaya hidup rakyatnya, ia dapat mengambil sampel yang dianggap penting untuk dikunjunginya. Ia tidak akan kehilangan akal untuk terus menerus dekat dengan rakyatnya dan senantiasa belajar dari mereka.
Ikon Popularitas
Sekarang blusukan menjadi tren yang populer, para pejabat dari mulai yang rendahan sampai setingkat walikota, gubernur, menteri berlomba menjadi pejabat blusukan. Blusukan menjadi tindakan yang sakral atau langkah awal untuk menjadikan pejabat yang disukai rakyat.
Gaya blusukan terbukti efektif meningkatkan komunikasi pejabat pemerintah dengan warga.Di satu sisi merupakan metode bagi pejabat untuk merasakan langsung kebutuhan dan permasalah di tengah masyarakat. Di sisi lain, para pejabat itu akan mendapat keuntungan dalam mengolah kebijakan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
Blusukan yang dipahami sebagai metode pengumpulan data jelas bukan ciptaan jokowi. Benar pernyataan lawan politiknya bahwa metode wawancara, pengamatan, dialog, sudah sejak lama dikenal dan dilakukan orang lain. Jokowi sendiri mengaku bahwa blusukan adalah strateginya dalam angka manajemen kontrol. Ia berdalih bahwa blusukan adalah cara memverifikasi laporan. Jangan langsung percaya kepada laporan tertulis yang dibuat bawahan, tetapi diuji dulu laporan itu”. Namun metode memahami persoalan dari kacamata masyarakat hanya mungkin dilakukan dengan bertatap muka, berdialog bukan di istana tetapi di mana masyarakat itu berada. Metode blusukan karenanya harus dilakukan juga oleh pimpinan yang berada di bawahnnya. Ia berkehendak agar para pimpinan harus mendengar masalah, kebutuhan langsung dari rakyat. Pemimpin harus paham suasana, gaya hidup dan tradisi masyarakatnya.

No comments:

Post a Comment