Baru tahu kalau jalan Suryakencana, pusat kuliner di Bogor, dibangun oleh Daendels. Konon jalan itu bagian kecil dari proyek jalan Anyer-Panarukan. Proyek De Groote Postweg atau proyek Jalan Pos sepanjang seribu kilometer melintasi Batavia, Buitenzorg (Bogor), Bandung, Cirebon dan daerah daerah lain di bagian timur Jawa. Jalan ini diberi nama Handelstraat atau jalan perniagaan. Bahkan sampai tahun 70 an itu adalah jalan satu-satunya saat itu yang menuju daerah Puncak, Cianjur.
Daerah ini juga disebut Pecinan. Pemukiman etnis cina. Konon karena sejarahnya ada kebijakan Wijkenstelsel pembagian zona daerah berdasarkan etnis zaman Hindia Belanda. Sampai sekarang masih identik dengan daerah orang Cina.
Di situ ada pasar, namanya pasar baroe, pasar paling tua di Bogor. Pasarnya sudah dibongkar ditata ulang. Ada kelenteng Hok Tek Bio, di Indonesiakan menjadi Vihara Dhanagun. Gerbang atau pintu masuk jalan itu dibuat gapura dengan hiasan simbolik, perpaduan kebudayaan Sunda, Kerajaan Pajajaran dan Cina. Intinya, mulai dari gerbang sampai penjaja kakilima adalah bentuk akulturasi kebudayan cina dan local.
Suatu hari beberapa bulan lalu, jalan ke sana. Bingung mau nyobain makanan. Banyak sekali, aneka makanan minuman, dan semua suka. Ada soto kuning, Soto Mie Bogor yang terkenal itu, lumpia basah yang jadi favorite beberapa teman, es bir kotjok, cungkring (lontong kikil), Aneka Asinan, Toge Goreng, Ngohiang, Bakso Kikil, Laksa, combro. Es Cincau dengan campuran santan dan sirop pun ada. Es manisan Pala yang segar. Walhasil hanya beberapa jenis saja sanggup dinikmati. Paling banter mengikuti motto jenderal Douglas MacArthur "I shall return". Walaupun sampai sekarang belum balik ke sana.
Satu lagi soal jalan Suryakencana. mereka yang hobi fotografi menjadikan sepanjang jalan Suryakencana sebagai obyek foto. Ada spot lukisan dinding (mural) yang bagus buat latar belakang pemotretan pre wedding.
No comments:
Post a Comment