Monday, 17 June 2019

Media Sosial masuk RT

Ada pesan masuk. Wa dari Pak RT. Bunyinya   “tolong baca pengumuman di WA grup. Saya  balas kirim pesan ke Pak RT.  Lalu segera cek wa grup.

Di situ pesannya tertulis:

" besok ada pemadaman listrik mulai jam 10 sampai dengan jam 13."  Ada foto surat pemberitahuan dari PLN.

Untung ada pengumuman ini. Jadi warga tahu dan siap antisipasi. Dulu tidak ada pemberitahuan dari Pak RT, jadi banyak keluhan. Entah karena tidak diumumkan Pak Rt atau memang tak ada pengumuman dari PLN. Seorang warga mengeluh karena televisinya rusak, karena listrik bolak balik mati tanpa pemberitahuan.

"Kalo tau listrik mati idup mati idup mendingan cabut aja kontaknya (kontak dari listrik ke tv)." Katanya menggerutu.

Kalau saya sih, buru buru penuhin bak mandi,  ember, beresin cucian,  penuhi air di tangki selagi listrik belum dipadamkan. Rumah tanpa air gak nyaman.

Pesan lain masuk. Berita anak hilang. Bukan warga sini. Katanya asal Tasik. Anggota grup tidak ada yang kenal. Pengirim mengatakan bahwa anak itu sementara dititip ke warga. Langkah lanjutan akan lapor ke polisi. Setelah itu belum ada berita lanjutan.

Berita yang kerap muncul di Wa grup adalah jadwal ronda. Saya tak termasuk dalam kelompok ronda. Saya tidak bertanya soal itu. Apalagi RT tidak suruh saya ikutan ronda. Tapi harus bayar iuran bulanan. Jadi begitu saja ceritanya.

'Kode pos tempat kita  berubah. Semula 16954 menjadi 16454. Sekalian ini Pak". Pak RT menyerahkan papan no.rumah, lengkap dengan RT/RW Kelurahan dan kode pos.

"Nanti ditempel di atas pintu depan, biar kliatan".

Teknologi medsos maju pesat. Pak RT tidak perlu keliling pintu ke pintu  memberitahu warganya, Cukup melalui WA. Menurut pak Rt media ini untuk memantau keadaan warga. Yang tak ada beritanya di wa, didatangi.

Pemilik rumah wajib memberitahu ke Rt identitas pengontrak. Beliau wanti wanti, sekarang banyak kerja pengontrak yang "tak jelas". "Semoga yang tak jelas itu bukan pengedar narkoba dan bukan teroris, yang sekarang sering ada di berita televisi.

"Amit amit tujuh turunan. jangan terjadi di kampung kita" kata pak RT mengakhiri obrolan enteng entengan

No comments:

Post a Comment