Monday, 17 June 2019

Bencana di Sulawesi Tengah

Likuifaksi baru saja dikenal oleh Ilham yang tinggal di bagian barat kota Palu. Ia selamat dari bencana gempa dan Tsunami yang terjadi Sulteng pada 28 September 2018. Jam 15.00 saat itu ia baru saja masuk kamar mandi. Tiba-tiba terjadi gempa keras. Ia terjerembab terdorong sana sini dalam kamar mandi yang ukurannya dua kali dua meter. Keluar rumah, mencari ayah dan ibunya. Mereka ketemu berpelukan, lalu berpisah. Ilham harus berangkat ke Palu.Telpon adiknya di kota Palu lebih dahulu, mengabari keadaan rumah dan kampungnya, sekaligus memastikan adiknya aman. Pakaian hanya yang ada ditubuh. Tidak ada persediaan pakaian. Semua hanyut bersamaan dengan rumah dan hartanya. Butuh waktu lebih dari tiga jam untuk sampai kota Palu.

Terkejut. Ternyata Kota Palu luluh lantak bahkan lebih hancur dari kampungnya. Seluruh kota gelap gulita. Menunggu sampai esok hari sampai matahari bersinar. Kota sedikit terang, lanjut mencari adiknya. Kesasar beberapa kali, sebab tidak ada patokan bangunan yang berdiri tegak. Akhirnya ketemu di pengungsian, di atas bukit. Sepanjang waktu itu hanya minum air kran, atau kalo ada aqua botol dijatah sebanyak tutup aqua setiap orang. Masuk toko ambil aqua tanpa bayar.

“Semua orang melakukan hal yang sama. Menjarah makanan dan minuman. Apa saja yang penting bisa mengisi perut” Begitu katanya.

Ilham baru tahu kata "likuifaksi". Istilah baru bagi orang Palu. Selama ini ia hanya mengenal gempa, tsunami dan putting beliung. Ternyata tanah goyang, berombak ombak, keluar lumpur dalam tanah, dan ada api memancar disebut likufaksi.

"Memikirkan rumah yang sekaligus jadi warung kopi hancur bikin stress." keluh Ilham.

Harta lenyap dalam sekejap lenyap. Apalagi dia baru sebulan menikah.

"Semakin dipikir semakin stress." Katanya.

Dia luntang lantung di kota tak tahu apa yang mesti dikerjakan. Dia ikut bantu pengungsi sana sini, untuk menghilangkan stress. Bahkan Ilham tidak mau istirahat, takut jadi stress lagi. Selama dua minggu itu panas sekali. Ia menggambarkan seperti berada di atas tungku, sebab panasnya berasal dari bawah tanah.

Saya membayangkan betapa paniknya orang orang saat itu. Terjadi gempa, disusul oleh Tsunami dan likuifaksi dalam hitungan menit. Gimana tidak, hanya gempa kurang dari 5 SR yang terjadi tadi pagi saja membuat kami panik berhamburan keluar rumah.

No comments:

Post a Comment