Risiko Bencana
Dari soal bencana sampai ilmu kebathinan ada di catatan harian. Bencana gempa tsunami likuifaksi ditafsir beragam. Mulai penyebab, penyintas, kerusakan, bantuan kemanusiaan, keadilan, pemerataan.
Membedah isu isu di atas mesti satu per satu. Hubungan bencana dan kebathinan layak disoroti. Sebab, tidak muncul ke permukaan.
Dua mahasiswa antropologi untad memberi pendapat soal bencana. Si antropologi yang satu menyebut, banyak orang di sini menganggap bencana itu adalah perbuatan manusia. Menarik mendengar akhir cerita dari lawan bicara ini.
" yang kena bencana paling parah adalah daerah judi, minum, prostitusi" katanya meringkas hasil pendapat orang di sini. Buat orang sini, perbuatan maksiat harus ditiadakan.
Si antropolog yang lain beda perspektif. Katanya tidak banyak yang melihat demikian. Katanya orang di sini juga membaca dari internet, jadi paham penjelasan pemerintah melalui androit yang ditenteng sehari hari. Persoalannya adalah sosialisasi tentang bencana dan cara mengurangi resiko yang kurang, bahkan tidak ada. Ia berpendapat desa, sekolah, seluruh komponen di tingkat yang paling rendah sampai pimpinan daerah harus dibekali pengetahuan kebencanaan.
Saya meng "iya" kan saja dalam obrolan singkat itu.
"Bencana kan macem macem. Ada longsor, banjir" Lanjut saya
"Betul bang, itu beneran akibat perbuatan manusia"
"Pembabatan hutan tak terkontrol. Sampah berserakan, terutama plastik."
"Pencegahan atas perbuatan manusia itu mungkin masih bisa dikerjakan, dan prediksi akibat perbuatan manusia itu dapat dicegah oleh orang awam asalkan ada bekal pengetahuan." Dua antropolog itu sependapat.
"Lalu adakah pelatihan pengurangan resiko yang pernah dilakukan di sini?" Mencoba mengembalikn pada topik utama, takut kalau dialog ini ngalur ngidul.
"Belum ada bang" serempak dua antropolog itu menjawab.
"Bagusnya ada lsm yang membekali pengetahuan itu."
"Apa cukup itu?"
"Nggak tau juga bang. Tapi minimal harus ada pengetahuan buat perangkat desa, supaya mereka bisa sosialisasikan ke warganya"
Sambil lihat tim wash yang sudah bebenah mau lanjut ke kunjungan ke RK yang lain, saya pamitan ke dua kawan ngobrol itu.
Semoga ada antisipasi dari pemda atas usulan para antropolog itu. (Dialog sore hari di Beka 24 Maret 2019)
No comments:
Post a Comment