Monday, 17 June 2019

Pasar, warung atau gerobak

Ada yang hilang dari pandangan mata pagi ini. Tak ada kerubungan di ujung gang, tak ada lalu lalang ibu-ibu dari ujung satu ke lainnya. Mpok Sani sudah berangkat. Warungnya tutup hari ini. Mas Yono, sudah dua hari tak kelihatan. Rupanya ia dan keluarga sudah berangkat pulang kampung. Satu satunya tinggal mpok Misi yang warungnya masih melayani pelanggan di kampung sini. Efeknya, dalam waktu sekejap sayuran tahu tempe, ikan dan ayam habis. Prediksi Pak RT hari ini adalah puncak berhentinya jual beli di warung, gerobak bermuatan bahan sayur mayur dan yang berkaitan dengan kebutuhan makan.

Sudah kebiasaan warga sini belanja harian di gerobak sayur atau warung. Pilihan jitu kata mereka. "Malas ke pasar, harus gojek, pakean rada rapi."

"Belanja jadi lebih banyak dan pengeluaran jadi lebih banyak.'

Di warung atau gerobak yang mangkal cukup pake daster, pilih sana sini yang diperlukan buat masak, langsung pulang, dan masak."

"Kalo saya sih lebih praktis belanja pedagang sayur yang mangkal deket rumah. Gak perlu bawa anak, gak kluarin ongkos ojek. Lagian cuma belanja gak banyak, ngapain ke pasar."

"Iya, bener, sekarang suka gak suka mesti ke pasar."

"Setahun sekali, gak apa apa repot sedikit."

Kata data statistik enteng entengan, warga cenderung pilih belanja sayuran dari gerobak dorong atau warung dekat rumah. Kecenderungan ini makin meningkat semenjak harga di pasar dan gerobak tak jauh beda. Selamat belanja di pasar.

No comments:

Post a Comment