Monday, 17 June 2019

Kurang satu jam Tahu Hidroponik

Kurang satu jam Tahu Hidroponik

Muhamad Hidayatulah
Tito Panggabean

Hanya perlu kurang dari satu jam belajar alternative pertanian yang saat sekarang amat popular. Hidroponik. Delapan orang staff dan relawan IBU-Plan belajar metoda popular itu. Tujuannya menambah pengetahuan bagi para tenaga lapangan. Siapa tahu pengetahuan ini diperlukan. Yang terpikir dalam benak para peserta adalah membuat percontohan di pekarangan Rumah Kencana. Harapannya  metode ini akan diadopsi oleh para remaja desa, dan akhirnya menjadi sebuah gerakan penghijauan yang organic . Kata orang gerakan sedikit demi sedikit lama lama jadi bukit. Dari Rumah Kencana yang jadi pusat kegiatan IBU Foundation, bergerak menjalar ke pekarangan tetangga ke tetangga, akhirnya menjadi budaya komunitas desa dampingan.

Sabtu sore kemarin, 23 Februari memang sudah direncanakan untuk learning by doing. Itu istilah internal untuk menyebut belajar dengan praktek. Muhamad Hidayatulah alias Yayat, relawan asal Malang mengajarkan bercocok tanam gaya hydroponic. Ia memanfaatkan media tanam berupa limbah botol plastic. Media ini sebagai alternative pengganti pralon ukuran empat atau lima inches. Pada prinsipnya gunakan bahan yang ada, jangan mengharap barang yang tidak ada, apalagi mengada ada.

Fasilitator dan satu satunya narasumber mulai dengan memperkenakan alternatif pertanian menggunakan media air sebagai pengganti tanah. Pengetahuan tersebut membuka wawasan lebih luas atas alternatif pertanian, apalagi bagi mereka yang lahan pekarangannya terbatas. Juga, peserta dibekali pengetahuan media tanam yang harus disiapkan untuk mulai tanam. Ada tahapan dan hambatan dalam proses tumbuh kembang tanaman. Lengkap sudah para staff dan relawan mengenali hidroponik di Sabtu sore itu.  Hanya butuh kurang dari satu jam.

No comments:

Post a Comment