Monday, 15 June 2020

Warung di Kota Vietnam

Modalnya cuman kata "Pho.". Setelah jalan jalan keliling toko toko semacam pasar baroe zaman dahulu, lalu cari bakmi. Konon bakmi putih enak rasanya, kalau di kita namanya bihun, atau pasnya kuetiaw putih.

Masuk gang pasar, ambil duduk dingklik di warung pojokan deretan toko kelontong. Terus pesen sambil tunjuk tunjuk di etalasi gerobaknya yang dari mika bening. Duduk sebentar di dingklik, depannya meja pendek seperti meja Taman Kanak Kanak, kecil muat dua orang. Untungnya gak ada orang yang mau se meja dengan saya.

Tak lama kemudian, sesuai harapan, bakmi sudah disuguhkan di nampan besar, rupanya isi nampannya mangkok bakmi yang masih ngepul, saus sambel dan acar dan pangsit goreng. Lagi lagi beruntung satu meja dikuasai sendiri, kalo berdua mana muat.

Bau harum bawang putih goreng bercampur bau kuah bakmi. Makin terasa lapar, langsung serok kuahnya dengan sendok beling putih susu, sewarna dengan mangkoknya. Ah ada yang kurang, " koh, ada sumpit, dengan kode jari tengah dan telunjuk bergerak seperti gunting. "O ya ya" sambil si engkoh kasih tanda jempol dan senyum lalu dia kasih sumpit warna kuning gading.

Saya tanya ini topping pake daging apa, warna hitam gosong, si engkoh lagi lagi kasih jempol, sambil senyum lebar. Kayaknya dia nggak ngerti maksud pertanyaan saya, tapi pasti itu topping yang enak. Bener! Enak banget daging itu. Mumpung panas langsung diaduk, tambah sambel, kasih acar biar nggak eneg. dialasi lepek bekas pangsii goreng, angkat mangkok mendekat mulut, sumpit menyerok nyerok pho, sambil seruput hirup sedot, dalam sekejap pho pindah ke perut. Minum teh, bertahak, duduk sebentar, pindah tempat. Masih dekat situ, tapi namanya warung kopi. Bangkunya lebih bagus, mejanya sama hanya warnanya beda. Yang ini kuning ceria. Duduk di situ pesen kopi vietnam yang seperti kopi susu.

Ngopi sambil merokok, orang di sini gemar merokok, duduk menghadap jalan setapak, orang lalu lalang bawa tas belanja. Hanoi, ibukota Vietnam, nggak seramai Jakarta. Kotanya biasa saja, orang orang di pasar sering ketawa, ngobrolin sesuatu sebentar, lalu ketawa bareng, begitu terus terusan.

"Apa masih mau kalo diundang ke sini lagi?"

"Mau dong! Emang mau ngongkosin?"

No comments:

Post a Comment