Monday, 15 June 2020

Malam Muda Mudi

Malam Muda Mudi

Aduh emak asiknye...
Nonton dua duaan, kaye nyonye dan tuan Di gedongan

(potongan lirik lagu malam minggu, Benyamin Sueb)

Dari sehari sebelumnya, kami sudah ambil ancang ancang untuk jalan jalan ke Sudirman-Thamrin. Ulangtahun Jakarta dirayakan sepanjang jalan itu. Konon beritanya akan ada panggung musik, lampu warna dengan beragam bentuk bunga, hingga penataan pengaturan lalu lintas. Semua muda mudi antusias. Tahun lalu sudah lihat Jakarta Fair, tahun ini mau lihat jalanan berhias. Penasaran.

Bang Adi, ajak kami semua jalan jalan ke Sudirman. Malam Ulangtahun Jakarta disebut malam muda mudi. Disebut demikian karena yang meramaikan jalan itu muda mudi. Kata Bang Adi, malam itu muda muda harus gembira ria. Yang punya pasangan, bawa pasangannya. "Malam tanpa beban masalah."

Itu malam yang kami tunggu tunggu. Walapun bukan termasuk golongan muda mudi. Siapa peduli, yang penting bisa jalan jalan lihat keramaian.
Sudah siap siap, saya diijinkan pergi karena ada om yang ikut bersama.

Berbeda dengan hari hari biasa, malam itu pakai baju rapih dan celana panjang, bersepatu. Menunggu teman teman yang lain di lapangan depan rumah. Tak lama Bang Adi pun sudah keliatan, dia juga pakai baju lengan panjang, pakai celana panjang. Rasanya lucu melihat satu dan lain, biasanya hanya pakaian kotor kotoran.

Mampir pasar Benhil, beli bekal kue dading dan donat. Kue enak, harga murah. Hanya makan dua buah, bisa tahan lapar sampai tengah malam. Beli di penjual langganan yang pakai gerobak besar dengan lampu petromaks. Minum tak khawatir, sudah siap. Logistik sudah lengkap, bawa makan dan minum.

Nonton lampu warna warna, nonton orang seliweran, ramai sepanjang jalan. Kami memutuskan tidak nonton panggung musik. Sebab di situ berjejal, berdesakan orang nonton, takut terpisah dari kawan kawan. Lewat tengah malam, sudah capek, duduk di rumput pembatas jalan jenderal Sudirman sambil nonton mobil jeep, terbuka mondar mandir. Malam muda mudi lebih diisi dengan duduk duduk mengelompok di rumput di pembatas jalan Sudirman.

Sebelum jalan pulang, lihat baris berbaris. Berulang ulang dinyanyikan sambil jalan, menari dengan santai tapi bersemangat. Rasanya itu satu satu nya hiburan yang bisa diingat dan dikenang walau lima puluh tahun yang lalu.

“Bang Ali, Bang Ali Sadikin, bikin Jakarta jalannya licin.” lagu kebanggaan warga Jakarta atas pemimpinnya, Letnan Jenderal KKO Ali Sadikin, yang popular dipanggil "Bang Ali."

No comments:

Post a Comment