Monday, 15 June 2020

Penggalan cerita

Penggalan cerita

Rizi duduk sendiri di bangku panjang peron stasiun Pasar Senen. Dia mengamati orang lalu lalang, kadang mengawasi seksama, kadang sambil lalu atau terus menerus memperhatikan seperti saat melihat anak muda muncul dari tangga bawah tanah, badan kurus kerempeng bajunya warna putih kedodoran, lengan digulung sampai ujung.

"Keren juga anak itu, tidak mewah, gayanya nyantai, enak dipandang." Katanya dalam hati.

Rizi menatap terus anak muda yang kemudian masuk ke gerbong dua. Kesannya sigap, apa karena hanya menenteng tas ransel tipis.

Ingin rasanya anak muda itu melihatnya, dan menyamperin duduk di sampingnya di bangku panjang. Ternyata anak muda itu langsung masuk pintu gerbong dua. Sampai disitu, hilang dari pandangannya.

“Gayanya seperti Bella.” Katanya dalam hati. Tiba tiba dia menengok kiri kanan, takut khawatir pikirannya kebaca seolah semua orang di sekitarnya.

“Ah kok jadi mikir Bella. Kayak nggak ada cowok lain aja.” kata hati bertentangan bikin kringetan. Apalagi peron makin banyak orang, bikin sumpek gerah. Dia lihat jam tangannya. "sebentar lagi. Lima belas menit lagi kereta berangkat."

"Naik aja ah mending dalam gerbong ada pendingin ruang. Sigap dia menuju gerbong dua, naik sambil menyeret koper dan menenteng ransel biru mudanya, Rizi menyusuri gang di gerbon sambil liat kanan kiri. Masih jauh, nomor bangkunya ada di tengah gerbong. Nomor 20. Jendela.

Ah akhirnya ketemu tempat duduknya. Sesuai, masih kosong, dekat jendela. Koper taro di bagasi atas kepalanya, ranselnya dia kempit saja, lalu duduk.

Heh! si anak muda itu ternyata duduk di depannya.

No comments:

Post a Comment