Monday, 15 June 2020

Meredupnya Demak

Meredupnya Demak

Sudah lebih dari sebulan Ganapati di Padukuhan Gentong Caruban. Seluruh anak muda padukuhan itu sudah mendapat latihan jasmani dan rohani menghadapi musuh dari luar. Bukan cuma olah kanuragan dan strategi tempur, tapi juga kebutuhan senjata dan persediaan makanan bila pertempuran berlangsung lama.

Selama Ganapati berada di Padukuhan itu, tidak ada gangguan keamanan. Padukuhan tetangga mulai meniru cara yang dilakukan oleh Padukuhan Gentong Caruban. Tanding beladiri, lomba memanah, cara cara menggunakan senjata dilombakan beberapa kali. Ronda keliling Padukuhan, pengamanan di pintu masuk Padukuhan juga lebih diawasi cermat. Ki Demang kadang juga ikut dalam pengawasan ke pos pos ronda.

Suatu malam sambil duduk menikmati wedhang jahe gula aren dan singkong rebus, Ganapati menyampaikan bahwa sudah saatnya bagi dirinya untuk pamitan. Dia mau menyelesaikan keinginannya bertemu dengan kakeknya yang berada di lereng gunung Wilis.

"saya tidak dapat mencegah keinginan anak untuk bertemu dengan kakek. Saya hanya berdoa agar tidak terjadi masalah selama perjalanan."

"Terima kasih Ki Demang, semoga aman dalam perjalanan"

"Kalau boleh bertanya, kenapa anak tidak kembali lagi ke Demak, mungkin di sana tenaga dan pikiran anak lebih dibutuhkan karena situasi sekarang ini terjadi pertikaian semakin tajam."

"Ia benar ki Demang, Paman Aryo Penangsang semakin hari semakin kuat, dan kekuatannya menggalang para adipati dan tumenggung serta para tokoh agama menjadi pendukungnya. Beberapa hari lalu saya bersama kakang Bhakti Sampurna jalan ke arah timur kemudian ke utara, di situ saya lihat penggalangan pasukan Adipati Jipang semakin banyak.

Gerombolan Kalong Merah nampaknya sudah menentukan sikap. Mereka memilih bergabung dengan Adipati Jipang. Elang Jati dan Ki Mahoni adalah contoh orang Demak yang kecewa. Saya dengar mereka menuju ke kadipaten Jipang. Mungkin mereka percaya Jipang yang akan meneruskan warisan Demak. Malahan pusat kerajaan Demak sekarang di pindahkan ke Jipang. Mereka menyiapkan pasukan yang kuat untuk membasmi pemberontak yang tak mau tunduk pada Jipang.

Mungkin Ki Demang sudah tahu bahwa paman Aryo Penangsang semakin hari semakin tangguh digdaya dengan keris Brongot Setan Kober. Keris yang katanya menjadi lambang pemersatu dan keperkasaan. Keris itu dipercaya sebagai pamor-perbawanya kerajaan.

“lalu kenapa anak malahan pergi ke timur, menghindar persoalan yang justru membutuhkan pemikiran dan tenaga anak."

“saya mau ketemu dengan kakek di Padepokan Girilaya”

“sebelum lupa saya ingin menceritakan perihal orangtua yang berjenggot dan berambut putih. cerita yang saya peroleh dari guru saya. Saya yakin dia berhubungan dengan anak."

"Iya benar, orangtua itu memang punya hubungan dengan saya. Dia menceritakan kepada saya ketika bertemu di ujung Padukuhan beberapa waktu lalu. Saya dan dia hubungannya cucu dan kakek. Hanya saya lupa tanya nama kakek.

"O jadi anak sudah tahu. Syukurlah."

Menurut cerita guru saya, orangtua itu memang aneh sejak muda. tidak pernah mau dekat dengan kalangan istarana, padahal dia punya hak atas istana Demak. Kakekmu dan orangtua berambut putih itu masih keturunan Majapahit. Ada ciri ciri yang sedikit kalau ditelusuri berasal dari Singosari dan Kediri. Entah bagaimana ceritanya, kakekmu dan adiknya itu juga punya darah Ken Arok.

"Anak bukan orang biasa. Anak adalah orang yang justru dibutuhkan oleh kalangan istana Demak.

"Hahahahhaha” tiba tiba ada suara tertawa di ruang itu.

"Menarik sekali cerita Ki Demang."

Ganapati kemudian berdiri dan melangkah ke arah pintu, hendak menyambut, kakek gurunya. Demikian pula Ki Demang.

“tidak usah hormat hormatan. Kita bukan berada di Istana dengan segala aturan yang rumit."
“Mari masuk paman”

Tak lama orangtua sudah masuk ke dalam, walau masih berdiri tegak di depan pintu rumah dengan senyum

“apakah ada air jahe hangat, supaya badan yang lemah ini tak kedinginan di malam yang indah.” kemudian semua, orangtua berambut putih, Ki Demang dan Ganapati duduk di ruang itu.

"Aku yakin kamu pasti menunggu Mayangayu. Dalam pikiranmu pasti bertanya kenapa mayangayu tidak ikut. Kujawab sekarang , cucukku ikut bersama aku. Dia kusuruh menemui Nyi Demang setelah itu bersama-sama datang ke sini."

Ganapati menjadi malu, seolah kakek Mayangayu tahu perasaan hatinya. Sudah lama ia mengharap bertemu dengan bapaktua itu sejak terakhir bertemu sebulan yang lalu. Dengan bertemu bapaktua itu, maka dia akan bertemu dengan Mayangayu.

“Sedikit banyak kau sudah mengenal aku, Ganapati. Kita memang satu keturunan, satu darah, dan satu sifat yang tak bisa membohongi diri dengan berpura pura menjadi orang yang nyaman tinggal di Istana. Sejak masa kecil, aku sudah berada di luar keraton. Samar samar masih ingat terjadi perpindahan keraton dari timur ke utara jawa. Aku dan Kakekmu, diwajibkan ke istana demak, yang waktu itu masih pembangunan. Pertentangan antara agama Hindu, Islam, dan Jawa menjadi salah satu penyebab perpecahan. Tak semua orang dari turunan Brawijaya mau ikut Raden Patah. Sebagian menuju ke selatan, ketimur dan ke barat. Saya dengar keturunan Majapahit yang berada membangun kerajaan di sana. Saya tidak terlalu ingat siapa saja leluhur kita yang menuju ke barat.

Armada laut Demak waktu itu harus mengamankan perdagangan laut dengan bangsa bangsa yang berada di Timur. Anak Raden Patah, Pati Unus, sebagai pewaris tahta demak harus memastikan perdagangan Demak. berjalan lancar. Berkali kali memukul mundur armada pengacau di utara laut jawa, bahwa di semanjung malaka. Demak waktu itu aman dari perompak. Pati Unus atas jasanya diberi gelar Pangeran Sabrang Lor.
Demak pun harus menghadapi perompak darat, dari Barat timur selatan. Terus berlangsung sampai saat kini. Tidak semua setuju dengan berdirinya kerajaan Demak. Tapi dia yang terbaik dari sekian banyak keturunan Brawijaya. Kalaupun tidak mendukung Raden Patah menjadi raja, keturunan Majapahit yang lain tidak mau mengganggu bekerjanya pemerintahan.

Kamu sudah dengar cerita ada gerombolan Kalong Merah yang menjarah Pedukuhan ini. Kamu sudah mendengar Elang Jati dan Ki Mahoni. Dua pemimpin di “gerombolan” itu. Sesungguhnya mereka bukan orang yang sembarangan. Mereka adalah bagian dari Demak yang diperintahkan untuk menaklukan daerah barat. Berulangkali hampir menaklukan kerajaaan Kamandaka, daerah Nusakambangan. Tetapi perintahnya selalu tak tegas, sehingga pasukannya jadi maju mundur. Akhirnya sebagian besar pasukannya terperangkap, logistic habis, dan banyak korban, sehingga mereka menarik diri dari pertempuran garis besar. Intinya Demak makin hari makin redup. Tidak ada orang yang dianggap wewenang memegang perintah. Campur tangan kalangan agamawan dalam pemerintahan membuat tambah kisruh.

"Iya saya sudah mendengar bahwa mereka sudah bergabung dengan adipati Jipang."

"Tahukah kau arti nama Ganapati?

"Saya hanya sedikit tahu tentang nama itu. maukah kakek cerita soal nama itu."

"Itu nama lain dari Ganesha, lambang pengetahuan yang luas dan bijak dan mengutamakan pada sikap dan perilaku yang halus, tidak menganggap hebat seorang yang berilmu beladiri fisik. Orangtuamu justru kepengen kamu mendalami ilmu sastra, lukis, pematung, tulis menulis. Namun mereka tak memaksa kehendak. Rupanya kamu lebih suka ilmu kanuragan yang mengabdi dan membela rakyat perjuangan di luar istana."

Soal kanuragan, sebagian sudah kuceritakan kepadamu. Seluruh ilmu kakekmu sudah diajarkan turun temurun melalui bapakmu dan sahabatnya. Gerakan gerakan yang mengikuti gerakan ular, harimau, rajawali, kera dan gerakan binatang yang lainnya. Itu adalah gerakan ciri Majapahit yang berasal dari Singosari.

"Pengalaman bertarung dengan Rowobelantik, Panji Danapati, Tumenggung Penanggalan, Randu Blatung, Karang Meranti, Tambak Manyar, Sembada, Badar Laut, membuat ilmu kanuraganmu semakin sempurna"

"Disadari atau tidak olehmu, aku turut memberi peran pengawasan perkembangan ilmumu. Makanya sesungguhnya aku adalah gurumu. Sayangnya kakekmu tidak pernah mau mengakui."

Lawan lawan berilmu tinggi, seperti Bangun Tapa tokoh dunia hitam yang juga punya ilmu semacam Lembu Sekilan dan Gelap Ngampar. Rangkasuma, Lara Ganda, Buyut Kertapati, Trembesi Item adalah tokoh tokoh sakti mandraguna. Sebagian besar sudah kau kalahkan. Terakhir beradu fisik dengan aku si orangtua berambut putih."

"O iya, kau pun beradu fisik dengan Mayangayu, muridku."

Nah ini dia Nyi Demang dan Mayangayu sudah. Mari Nyi Demang, jangan duduk di pintu. masuklah. kita bersama duduk mendengar cerita saya yang membosankan ini.

"Ah paman selalu merendah. kami di sini senang sekali mendengar cerita dari paman." Ki Demang mengungkap rasa inginnya mendengar cerita sampai selesai.

Ganapati yang lihat Nyi Demang masuk menganggukan kepala sebagai tanda hormat.

"Selamat malam Nyi Demang."

Kemudian melihat perempuan yang di belakangnya. Mayangayu. Tiba tiba Ganapati menjadi tegang, tangan berkeringat, punggung mengucur keringat dingin, lalu menyapa Mayangayu

"selamat malam Mayangayu" kata Ganapati menyalami dengan suara yang bergetar dan sedikit gelagapan.

"Selamat malam kakang Ganapati" kata Mayangayu sambil menunduk.

Ganapati memandang terpesona pada Mayangayu yang memakai kain dan baju perempuan. Dia tidak memakai pakaian laki laki seperti yang ditemuinya beberapa waktu lalu. Dia memakai pakaian yang sama yang dikenakan Nyi Demang.

Bukan cuma pakaian yang membuatnya seperti kehilangan akal. Pertemuan yang tiba tiba, yang memang sudah lama ingin bertemu, jadi ketika bertemu dengan orang yang disuka, rasanya campur aduk, cemas, berbunga, senang bahagia sekaligus deg-degan’,
"Nanti kamu akan tahu kenapa kakekmu mengasingkan diri." Lanjut cerita kakek Mayangayu untuk mengembalikan suasana ke cerita tentang situasi Demak yang mulai meredup.

"Secara pribadi saya melihat tidak ada manfaatnya kamu ke padepokan kakekmu, biarlah dia hidup tenang disana yang menjadi pilihannya. Dia tidak mengajarkan lagi ilmu tingginya kepada orang lain. Di masa tua ia menganggap Ilmu itu tidak membawa kebahagiaan, justru kesengsaraan."

"Kamu, aku dan orang orang yang senada dengan kita, malahan menghindar kekisruhan yang terjadi di lingkaran kekuasaan Demak." lanjut Kakek Mayangayu.

"terakhir yang kudengar, Adipati Pajang juga sudah menyusun kekuatan sepeninggal Sultan Trenggana. Seluruh kekuatan Adipati dikonsentrasikan di pusat kerajaan Pajang di daerah pedalaman. Para Adipati, pangeran, Tumenggung yang memihak Hadiwijaya sudah menyiapkan pasukannya." Kata Kakek Mayangayu dengan suara bergetar.

"tak lama lagi akan terjadi perang perebutan tahta Demak, antara Jipang dan Pajang. Masing masing mengatakan sebagai yang berhak atas tahta itu. Dari generasi ke generasi selalu saja terjadi pertarungan antarkeluarga" katanya dengan sedih.

"Bukannya ikut campur, tapi pilihan tidak memihak adalah tindakan yang bijak, paman Kuda Narada" kata Ki Demang.

Sambil menatap Ki Demang Kuda Narada mengatakan "Iya tanpa mendahului kehendak yang maha kuasa, saya kira inilah jalan yang paling baik. Mengikuti jalan yang ditempuh Ganapati menuju ke gunung Wilis.
"Baiklah, lusa kita bersama ke padepokan kakekmu di gunung wilis. sayapun sudah rindu mau berjumpa dengan dia. Semoga kita tidak diusir setibanya di sana." Ganapati berharap cemas, semoga kakek Kuda Narada mengajak cucu perempuannya.

No comments:

Post a Comment