Monday, 15 June 2020

Segitiga Perak

Segitiga Perak

Mulyo, orang Jawa, Bapak dan Ibunya Jawa. Lahir besar di Karet Tenabang, kena gusuran pindah di Kebon Jeruk, Rawa Belong. Nikah berkeluarga tinggal di kontrakan di Menteng Pulo. Beneran Anak Jakarta. Orang bilang dia Jawa Jawa an. Asal usul Jawa tapi nggak bisa lagi bahasa Jawa. Lebih paham dan medok bahasa Jakarta.

Dia dagang di lapangan kecil segitiga di samping Universitas Atmajaya. Sebelumnya bekerja sebagai Office Boy di salah satu kantor di jalan protokol Sudirman. Dagangannya kopi, kopi susu, three in one, kopitorabika, capuccino, nutrisari semua nya yang serba saset plus rokok. Semua dimuat dalam satu kotak konteiner. Datang pulang dengan sepeda motor, konteiner, termos dan boks es batu dititip warung belakang Mall. Tak jauh dari situ. Menyediakan minuman panas dan dingin, sesuai permintaan pasar katanya. Sudah lama berdagang di segitiga perak. Kebanyakan konsumennya mahasiswa dan karyawan.

“memang kewajiban bersihin tempat di sini yang mang?” tanya saya karena tiap pagi dia yang sering keliatan nyapu sampah dikumpul lalu masukan ke bak sampah kuning hijau merah yang dipantek dekat situ.
“nggak juga sih, saya nggak enak aja sama petugas kebersihan. Selain itu saya risih kalo liat sampahan di mana mana."

"Udah dari pertama dagang ikut bersihin. Zaman Ahok, lebih enak, petugas dating pagi, langsung bersihin, masukin di bak truk."

Ada empat atau lima pedagang yang sama dengan Mulyo, selebihnya ada penjual bakso, somay, soto, nasi ragam lauk, rokok. Makin sore makin banyak pedagang kaki lima.

Di situ, di lapangan segitiga, di samping antara Universitas Atmajaya dan Plaza semanggi adalah "terminal" omprengan. Selalu ramai, Mobil pribadi plat hitam yang berfungsi melayani penumpang jurusan Bekasi, Cileungsi, cibubur. “Beruntung ada “terminal” dagangan laku kata Mulyo dengan mimik muka serius berusaha menjelaskan teori "ada gula ada semut" Di sini tempat terbaik, ada omprengan, ada makanan, ada minuman siap melayani sambil menunggu omprengan datang. Sepertinya alternatif pilihan yangbcocok pula bagi karyawan mahasiswa datang ke situ.

"Alternatif pilihan yang tepat" kata Mulyo.

"Buktinya setiap hari yang datang ke “terminal” bertahun tahun orangnya sama." Artinya cocok di sini, lanjut cerita Mulyo.

"Saya setuju kalo abang bilang tempat ini disebut segitiga perak."

"Kenapa?"

"Kalo segitiga emas buat bisnis kelas kakap, kalo segitiga perak bisnis kelas teri."

Boleh juga bahasa metafora bang Mulyo.

No comments:

Post a Comment