Monday, 15 June 2020

Menunda Perjalanan

Menunda Perjalanan

Bukannya menyambut hangat di Bangsal Padukuhan, Ki Demang malah menyerang dengan kekuatan penuh dan kecepatan tinggi. Serangan mematikan dari ilmu Cocor Bebek, langsung pada sasaran mematuk berulang kali. Tak satupun kumpulan orang di situ mengira serangan mendadak itu. Selagi orang orang berduyun duyun ingin mengenal lebih dekat orang asing yang mau membantu padukuhan ini. Lagi pula, serangan ini dilakukan oleh pimpinannya yang dianggap kurang ksatria.

Bhakti Sampurna, yang berdiri tepat di samping Ganapati hanya terpana. Bahkan tak sempat berteriak memperingati Ki Demang, bahwa di sebelahnya adalah tamu Padukuhan yang menjadi sukarelawan. Hanya anak buah yang satu langkah di belakangnya berteriak "Jangan Ki Demang.!"

Terlambat. Empat jari tangan kanan Ki Demang sudah menjulur tepat di dada Ganapati. Bukan cuma serangan tangan kosong, tapi serangan dengan lembaran tenaga dalam ciri khas perguruan Bibit Walubi yang terkenal.

Ganapati sempat terperanjat dengan serangan mendadak dan langsung. Tapi pengalaman menghadapi berbagai ilmu menyerang membuatnya tidak pernah panik. Cepatnya pukulan itu dilayani dengan sikap mundur selangkah lalu menyamping, lalu menolak.

Serangang Ki Demang dengan mudah dapat digagalkan. Serangan pertama tak menyurutkan niat menaklukan Ganapati. Tahu serangannya gagal, Ki Demang membalik badan dengan cepat, lalu kaki yang kokoh melayang ke arah kepala Ganapati. Serangan inipun dapat ditangkis dengan mudah.

Serangan terus menerus, tapi selalu dapat ditangkis. Warga Padukuhan yang menonton merasa ada yang tak adil. Kenapa Ki Demang terus menyerang tanpa memberi kesempatan Ganapati bicara. Mereka punya kesan bahwa Ganapati hanya menangkis dan bertahan dari serangan. Tak sekalipun dia menyerang Ki Demang.

Dengan pola yang sama, Ganapati sedikit menyamping bila diserang berturut turut. Beberapa kali dengan telapak kiri, dia mendorong lengan atas Ki Demang, lolos dia dari serangan itu, bukannya membalas serangan, malahan mundur, seolah memberi kesempatan Ki Demang, menyiapkan diri untuk serangan berikutnya.

Sampurna dan anakbuahnya, Sugiri bengong melihat cara Ganapati menepis serangan. Dan juga kagum karena tak mau menyerang. Sepertinya Ganapati merasa Ki Demang salah tanggap dengan kehadirannya di wilayahnya.

Sementara Ki Demang penasaran melesetnya pukulan itu. Dia. Berbalik, dibarengi pukulan tangan kiri. Ganapati menyambutnya dengan sedikit menarik lengan Ki Demang sambil menolak ke samping. Barangkali Ki Demang hendak menguji dirinya. Mungkin dia mau bermain main sejenak sampai lima sampai sepuluh jurus.

Sesungguhnya, pukulan Ki Demang yang selalu sering ditangkis, makin lama makin lemah, serangannya bersamaan dengan memukul serangan menjadi lembek dan lambat. Sebenarnya dengan mudah Ganapati dapat menangkap serangan tangan dan kaki Ki Demang, tapi bukan itu yang dilakukan.

Belum lagi jurus ke sepuluh, Ki Demang berhenti menyerang. Dia berdiri dengan posisi, tegak, kaki renggang, menatap Ganapati dari jarak tiga meter. Mulai dari kepala sampai kali lalu balik ke mata. Lalu Ki Demang mengangguk angguk kecil kepalanya. Seakan tak percaya kekuatan lawan yang dihadapinya.

Baru hari ini aku ditaklukan oleh orang yang jauh lebih muda dari dirinya katanya dalam hati. Hening di halaman bangsal itu. Tak ada satupun orang berbicara, bahkan tak berani berbisik bertanya apa yang bakalan terjadi. Lebih baik menyimpan saja pertanyaan itu.

Namun hening itu tak berkepanjangan. Suara Ki Demang yang berat berwibawa memecah lengangnya suasana di halaman bangsal Padukuhan.

"Ternyata Padukuhan ini beruntung, mendapat tenaga bantuan yang luar biasa. Orangnya berIlmu tinggi dan silapnya yang rendah hati."

Ki Demang menghela napas sejenak,kemudian meneruskan kata katanya.

"Seharusnya dalam serangan pertama, anak ini sudah mampu menjatuhkan saya. Bahkan membuat lengan saya copot dari tubuh renta ini."

"Tapi itu tak dilakukan. Anak ini malahan melayani serangan saya. Jurus demi jurus, serangan beruntun tanpa balas menyerang.

"Bhakti Sampurna, apakah kau perhatikan kekuatan anak ini sewaktu menangkis serangan?"

Bhakti Sampurna yang ditanya Ki Demang tergagap gagap menjawab. "Iya saya perhatikan cara cara menghindar dan menangkis serangan."

"Apa pendapatmu?"

Maaf Ki Demang, menurut saya, adi Ganapati, belum sungguh sungguh bertempur. Mungkin dia sungkan melawan Ki Demang"

"Hahhahahahahaha..iya benar, saya merasakan hal itu. Kalau dia mau, belum sempat bergerak menyerang, aku sudah terkapar."

Sekarang mari bersama kita merayakan kedatangan adi Ganapati.

Ganapati yang sedari tadi diam bengong tak tau apa yang mesti dilakukan, tak sadar mengikuti langkah Sampurna menuju bangsal.

Bangsal Padukuhan dalam sekejap ramai, seluruh warga tua muda besar kecil laki perempuan mau liat seperti apa itu Ganapati. Berjejal berdesakan di tangga balai desa.

Ki Demang tak perlu mengenalkan yang mana Ganapati, semua sudah tahu, karena dia satu satunya orang aasing yang ada di balai itu.

Ibu Demang sibuk menyiapkan makanan yang special.

"Harus makanan yang tidak biasa. Sebab kita kedatangan tamu yang luar biasa, Demikian pesan ki demang"

Seolah semua lupa bahwa Padukuhan ini beberapa waktu lalu dirampok oleh gerombolan. Pesta perayaan itu seperti mampu melupakan sejenak peristiwa yang menyakitkan itu, lagi pula ini adalah pesta untuk pahlawan yang mereka harapkan mampu menghalau perampok dan musuh padukuhan. Walau belum terbukti, tapi cerita petugas keamanan padukuhan meyakinkan mereka. Bahkan Ki Demang percaya kekuatan Ganapati.

Hari itu semua bergembira, semua ingin bicara dengan Ganapati, semua pengen tahu siapa sessungguhnya ganapati. Seperti juga Ki Demang yang ingin lebih mengenal siapa orang yang misterius ini.

No comments:

Post a Comment