Irama Melayu
Entah dari mana asal muasal saya suka musik dan lagu melayu. Lagu Said Effendi, dan P. Ramlee asal Malaysia juga senang. Konon mereka berdua bersaing, sesama bangsa Melayu, beda warganegara. Mereka berjaya tahun lima puluhan, tapi lagu lagunya saya sukai yang beranjak remaja dan pemuda tahun 60-70. Irama melayu rasanya membawa suasana Sumatra atau bahkan Kalimantan.
Sepertinya mengenal irama melayu karena sering dengar Bapak menyanyi lagu Oslan Husein, Bocane. Kok enak lagu itu. Masih ingat potongan liriknya
"bukan kacang sembarang kacang, kacang tanaman kebun sendiri, lalu diulang dua kali, baru masuk bocane bocane la hola." cuma segitu.
Lirik dan iramanya masih teringat. Rasanya itu pertama dengar pantun dibuat berirama. Ya, pantun memang bagian dari kebudayaan melayu, apapun wujudnya tetap saja bahasa pantunnya enak didengar.
Penyanyi lagu melayu lainnya menyusul kenal satu demi satu. Ahmad Jais, Edi Silitonga, Batak yang merdu sekali menyanyukan irama melayu, lagu yang terkenal Diambang Sore, Fatwa Pujangga. Ada beberapa lagu nada melayu seperi burung nuri, cinta hampa, yale yale. Kemudian lagu timang timang yang popular dinyanyikan Koes Hendratmo, orang Jawa cocok menyanyi lagu Melayu dan Batak. Bahkan ikut grup Impolanya Gordon Tobing.
Seingat saya pengetahuan bertambah semenjak kenal anak Matraman Pisangan Lama yang punya koleksi plaat atau piringan hitam musik lagu melayu. Saya lupa awal mula sampai kenalan dengan anak Pisangan Lama. Kalau nggak salah dia sepupu tetangga yang sering main ke benhil. Makin lama makin akrab, lalu diajak ke rumahnya di Matraman. Betah dengar lagu melayu di sana. Bapaknya gemar lagu melayu dan gambus.
Bapak kawan saya ini dihormati di kampung itu. Kalau sekarang istilahnya Tokoh Masyarakat. Kami, kawan kawan anaknya, aman di sana. Waktu zaman itu, tahun 70an awal, daerah Pisangan Lama, Kayu Manis, Matraman daerah "serem". Anak anak disitu sering tawuran. Kami kalau main ke rumah kawan itu, keder kalo melewati anak anak.muda yang nongkrong.
Menikmati lagu melayu tapi juga berkenalan dengan genk genk jakarta yang ditakuti.Daerah situ tahun 60-70 an seperti masuk sarang macan. Geng, istilahnya kelompok anak muda yang terkenal di Jakarta, ada Siliwangi, itu kompleks tentara di dekat, antara lapangan Banteng pasar Senen, ada juga genk Bearland di Matraman, juga kompleks tentara. Masuk daerah situ harus ekstra sopan.
Kawan saya pernah naksir cewek di salah satu kompleks tentara, kalau datengin rumahnya minimal berempat. Nggak tau waktu itu gimana pacarannya. Sering ikutan pesta ulangtahun di sana. Pake ajojing segala, kalau sudah larut malam, musik hingar bingar disuruh stop oleh salah satu ajudan jendral yang tinggal di seberang Katedral, sebelum ada Masjid Istiqlal.
Menambah perbendaharaan lagu melayu, juga menambah pergaulan daerah di jakarta.
Main ke daerah lapangan banteng, pasar baru, senen, senang rasanya. Banyak yang dilihat. Pernah ikutan anter kawan beli sepatu sepakbola yang terkenal di toko olahraga Siong Vo. Kalau nggak beli di toko itu nggak sah sepatu bolanya. Di pasar baru beli komik, roll filem gelondongan, beli lalu gulung masukan ke roll. Harga murah kualitas terjamin. Tempatnya di ujung berbatasan antara jalan pasar baru dan sawah besar.
Sekarang sudah jarang main ke jakarta. Jalanan macet.
No comments:
Post a Comment