Dari Semarang naik omprengan terakhir tujuan Pati lewat Demak. Sudah rencana dari kemarin mau ke Demak dan kota kota sepanjang pantai utara Jawa Tengah, bagian Timur kota Semarang. Selama satu jam melaju jalan aspal yang mulus,omprengan berhenti di alun alun kota Demak.
"Stop, saya turun sini."
"Mas nya mau kemana, biar saya antar saja. tengah malam gak ada kendaraan umum."
"Gak usah pak. Nanti jalan kaki saja, saya juga mau minum ronde, biar seger." Kebetulan ada penjaja Ronde dorong, skalian mau ngangetin badan.
Omprengan langsung tancap ke Pati. Saya buka ranssl mau ambil dompet, buat bayar ronde. Menegakkan kepala melihat omprengan makin menjauh lalu nengok ke belakang, mau pesen ronde.
"Lho, mana tukang ronde nya?"
"Tadi di sini kok tiba tiba ilang. Kemana ya." Bertanya dalam hati. Nggak ada yang bisa diajak bicara. Coba liat sekeliling, sungguhan gak ada tukang ronde. Gelap gulita. Ambil ssnter, lupa isi batere, terpaksa pake senter hp, tapi nggak lama, takut batere abis.
Lamat lamat ada bunyi derap, makin lama makin keras, berasal dari dua arah yang berlawanan, kepulan debu makin tebal, akhirnya nampak kereta ditarik delapan ekor kuda, sebelah kanan kiri juga ada belasan kuda dengan tunggangi orang orang pakaian adat jawa, menggenggam tombak.
"Ada apa ini tengah malam pake pakaian mentereng."
Kereta kencana jalan melambat, melewati saya, penumpangnya bersurjan, blankon, jarik hijau lumut, sampingnya perempuan bermahkota tipis disangkutkan ke rambut diatas telinga, beranting panjang melingkar lingkar gemerlapan. Pasangan itu bermata tajam menatap saya, mencoba mengenali.
Siapa dua orang ini, kenapa dikawal oleh lebih ratusan pasukan berkuda. Kereta jalan terus walau lambat, mataku mulai memperhatikan beberapa ratus lamgkah kuda di depannya, "lho kok, ada istana terang benderang." Kok tadi gelap gulita."
Jadi siapa dua orang itu. Tak mungkin Nyi Roro Kidul, ini kan di utara Jawa. Apa itu tadi Sultan Trenggono dan permaisuri? Tak sadar mengikuti kereta kencana, makin lama makin mendekati istana, di bagian depan, bangsal dengan lampu yang terang dengan karpet bulu. Merem sejenak, lalu melek. Suasana tak berubah. Berarti bukan mimpi. Tapi kenapa bisa berada di tengah Lingkunngan entah kerajaan apa. Merem lagi, mencoba mengingat ingat, pelajaran sejarah. Hanya Raden Patah dan keturunannya yang pernah membangun kerajaaan di daerah ini.
"Mas, bangun, pindah sebentar, saya mau buka kios dagangan. Sudah pagi." Saya kaget buru buru bangun darin tidur selonjor di atas peti2 kayu tempat dagang di tengah tengah pasar tradisional yang sudah ramai.
No comments:
Post a Comment