Monday, 15 June 2020

Cornel Simanjuntak dan Chairil Anwar

Kemarin, lihat orang mirip Cornel Simanjuntak. Ya, benar komposer lagu lagu perjuangan zaman revolusi fisik. Siapa tak kenal lagu "Maju Tak Gentar" dan banyak lagu terkenal bernafas perjuangan, nasionalisme, membebaskan negeri.

Barusan papasan dengan orang yang roman mukanya seperti Chairil Anwar, gaya selagi ketawa, menatap dan yang paling persis sekali saat dia mendengar sambil merokok.

Kok pas bener ya, seolah seperti diatur. Kemarin ketemu penggerak kebangsaan lewat lagu, hari ini ketemu roh kebangsaan lewat untaian kata bermakna.

Hanya selang sehari bertemu dengan tokoh legendaris Indonesia. Walau hanya duplikatnya. Tapi rasanya roh mereka berdua gentayangan dalam pikiran, seolah nempel di pelupuk mata . Cornel asal Siantar, besar di Medan sekolah guru di Muntilan Jawa, nggak selesai, Jepang masuk Jawa, sekolahnya bubar, murid muridnya cerai berai. Cornel ke Jakarta, mungkin di sini ketemu dengan Chairil, yang juga merantau Jakarta dari Medan. Dia dari keluarga Minang, lahir di Medan. Anak Medan di rantau biasanya suka ngumpul, cerita cerita kampung halaman. Saling membanggakan prestasi

"brapa lagu yang ko buat? "

"tak pernah kuhitung. Ko brapa coret coret buat puisi?

"entahlah tak kuitung pun"

Begitulah lagak anak Medan.

Itulah obrolan dua anak medan di warung kopi stasiun Senen. Tak lama mereka dua pisah, Cornel tinggal di jogya, Chairil di jakarta. Mereka dua meninggal usia muda, tak sampai usia tigapuluh tahun. Seperti apa mereka melihat Indonesia, belajar dari karya Cornel yang suara tenornya menggelegar seolah menunjukkan inilah Indonesia, dan penyair Chairil yang berujar pembebasan dan kebebasan. "Aku".

No comments:

Post a Comment