Monday, 15 June 2020

FB Naskah Sulawesi

Saguer 

Hanya satu dua gelas cukup membawa semangat yang minum. Saguer asli langsung dari pohon, ditampung di jerigen langsung dibawa ke kota. Seperti itu penjelasan dari kurir yang tinggalnya di desa penghasil saguer berkualitas.

 

Memang tidak ada yang komplen saguer desa itu. Komentar mereka enak dan segar. Badan keluar keringat lebih banyak daripada keadaan normal, tetapi setelahnya enak tidur.

 

Saguer ada manis ada pahit. Saguer yang langsung dari pohon nira itu manis, saguer yang diendapkan dulu di jerigen dalam beberapa jam sudah mulai terasa pahit dan kadar alkoholnya makin terasa. Para lelaki lebih suka yang kedua. 

 

Saguer salah satu minuman yang populer di Sulawesi Tengah. Hampir setiap acara keramaian di komunitas desa atau kota, saguer menjadi bagian dari keramaian itu. 

Kata orang di desa, kalau mau menyanyi atau tampil ke panggung, harus minum saguer dulu supaya tampil prima. Menyanyikan lagu jadi maksimal. Nada intonasi lembut bisa jadi lebih lembut, yang lantang bisa menggelegar. Saguer membuat orang tampil percaya diri.

 

 

Cermin

 

Penampilan teater di sebuah desa. Kisah bertema bantuan kemanusiaan ditampilkan oleh kelompok teater desa. Dan bagus, sebab menampilkan peristiwa seputar pembagian bantuan kepada siapa, kapan dimana, bagaimana caranya. Lalu   tentang kritik kritik yang ditujukan dari perangkat desa. Penumpukan bantuan, lambannya distribusi bahan kritik. Pengaturan jadwal, siapa dapat apa dan seterusnya menjadi bahan olok olok.

 

 Peran peran yang dimainkan dalam sandiwara adalah mengcopy dari yang asli. Peran Kepala desa yang harus kerja keras, tapi juga bingung, stress, karena harus tanggungjawab pada besarnya bantuan yang mengalir bagai tak henti. Para perangkat desa yang tanggungjawab pada bagian bagian tertentu juga demikian. Peran tokoh masyarakat yang kadang membantu tapi tak jarang mengkritik, para pemuda yang tak sabar menunggu dan mengajak memimpin demo “tolak kepempimpinan kepala desa yang dinilai curang, tak jujur, tak adil, dan segala macam yang negatif. 

 

Ada sinopsis  atau pembabakan dalam pentas itu. Pembabakan saat semrawutnya bantuan, pengaturan tak menentu, yang mengatur pun kadang ada kadang tidak. Warga yang tak sabar mendapat jatah bantuan, pengaturan bantuan yang harus belajar, sampai pada akhirnya belajar bersama dan belajar sambil berpraktek sebagai pengalaman pertama, akhirnya ada perdamaian dan kebahagiaan. 

 

Drama ditampilkan teater remaja desa itu penting. Sebab drama bukan sekedar seni, tapi yg penting adalah sarana  mengekspresikan ketegangan yang sulit dilakukan dalam realitas. Dengan drama teater orang-orang meniru kenyataan dan membuat setting pada sandiwara dengan peran peran dan bahkan menciptakan lakon. Dengan teater semua belajar peran dan menciptakan perannya. Dengan mirorring pada  kenyataan hidup itu lembaga seperti teater menjaga ketertiban sosial. 

 

Jadi, Dongeng, puisi, teater, tonil, wayang, lukisan, dan semua karya sastra patut dimanfaatkan utk menilai apa yang telah kita lakukan. Sebab sastra adalah cermin kehidupan. Sastra (dongeng, puisi,wayang, sandiwara dll) adalah intisari kehidupan. Sebaliknya melalui sastra kita mengaca kehidupan kita. Rasanya perlu dan penting  belajar bercermin

 

Fragmen yang tertinggal dari Sulawesi Tengah

 

Suatu malam di bulan Januari 2019, kami "nobar"  nonton bareng sandiwara yang dimainkan oleh para remaja dan pemuda desa. 

 

Sandiwara itu berkisah tentang bantuan bencana untuk desa itu. Pembuat naskahnya meyakini bahwa tema itu merupakan  pemandangan umum di semua desa paska bencana. 

 

Saya tak paham isi cerita sandiwara itu. Dialog dalam bahasa Kaili, bahasa mayoritas penduduk di situ. Relawan orang daerah situ, secara sederhana menterjemahkan isi cerita. Ada 3 pemain utama yang berdialog, dan beberapa orang lainnya sekali kali ambil bagian. Tidak seluruh, dari a sampai z diceritakan. Lebih tepat kalau disebut potongan kisah nyata yang disarikan dalam sandiwara.

 

A: Apakah kau melihat banyak barang ditumpuk di kantor desa?

 

B : (menganggukan kepala). Ya, aku lihat. Kenapa?

 

A: Harusnya itu dibagikan ke warga di sini!

 

B: (menganggukan kepala)

 

A: Lalu kenapa barang itu ditimbun di kantor desa?

 

B: (Menggelengkan kepala)

 

A: Ayok ajak warga lain untuk menuntut kepada kepala desa. Minta supaya bantuan segera dibagikan!

 

B: (Menganggukan kepala, tanda setuju). 

Ceritanya lalu mereka memobilisasi warga dan beramai ramai ke kantor desa. Tapi sepanjang jalan ada warga yang menentang rencana ini

 

C: apakah kalian semua tahu kenapa barang itu masih ditumpuk di sana?

 

A: Ini pasti karena Kepala Desa mau ambil semua jatah warganya

 

C: tidak mungkin. Bantuan itu ada catatannya. Biasanya dibagikan per kk

 

A: mungkin saja, nanti kepala desa akan  bilang semua sudah dibagikan, padahal hanya sedikit yang dibagikan ke warga”

 

C: Tidak mungkin. Kan setiap KK yang menerima harus tandatangan, dan tandatangan akan diberikan kepada penyumbang sebagai bukti

 

A: Tandatangan bisa dipalsukan. Ayok ke kantor desa, daripada barang bantuan itu lenyap!

 

Fenomena soal bantuan, keadilan, kecurigaan menjadi tema yang hangat di tengah derasnya arus bantuan bencana dari luar untuk desa desa yang terkena dampaknya. Perangkat desa harus kerja ekstra keras karena mereka harus mencatat semua bantuan dan membagikan sesuai dengan jumlah KK atau bahkan jumlah jiwanya. 

 

“Kami harus bekerja siang malam, bahkan sampai jarang pulang rumah. Semua staff desa harus bekerja memastikan semua warga mendapat jatah bantuan.”

 

“bahan makanan pokok, seperti beras, minyak, gula, mi instant harus diatur sesuai dengan jumlah KK nya. Barang barang itu datang dalam jumlah besar, dan berkarung karung. Kami di sini harus membagi dalam kantung kantung kecil. Harus ditimbang, harus dihitung,bahkan plastik pembungkusnya harus berwarna yang sama. Kalau tidak demikian, akan banyak orang yang protes. Kenapa warna beda, kenapa ini dan kenapa itu.” Cerita Kepala desa dan di iya kan oleh Sekdes. 

 

“Masih ada bahan makanan yang masih di simpan di gudang. Itu bukan karena kami mau menyembunyikan tapi kamu harus sungguh sungguh menghitung. Kalau setiap KK mendapat jatah beras 5 liter, maka semua harus mendapat 5 liter. Kalau di gudang, setelah diperhitungkan, bakalan  tidak semua warga mendapat kalau dibagikan 5 liter, maka kami akan kurangi, sampai benar benar semua mendapat jatah yang sama jumlahnya.” Lanjut Kepala Desa.

 

“Koordinasi dengan pihak pemberi sumbangan terus menerus. Setiap hari dua atau tiga kali harus ke Palu untuk memastikan apakah ada sumbangan yang sama untuk bahan yang sama. Yang sering dituntut oleh warga adalah kenapa bahan masih disimpan di gudang desa, padahal bahan itu dibutuhkan warga. “

 

“Ini yang saya maksudkan bahwa kalau dibagikan langsung maka tidak semua mendapat jatah. Makanya kami menunggu sampai pemberian itu sesuai dengan jumlah penduduknya. Kami menunggu kalau memang sudah ada kepastian akan dibagikan lagi tambahan. Hanya masih menunggu kiriman dari gudang pemberi sumbangan.” Kata Kepala Desa 

 

Itu yang dijelaskan oleh Kepala desa, yang diperankan oleh seorang pemuda tegap berbicara dengan wibawa. 

“Seluruh bantuan akan diserahkan seluruhnya kepada mereka yang berhak. Saya tidak mau gara gara bantuan terjadi kekacauan, cemburu, iri hari, konflik akibat pemerataan yang tidak rata. Makanya semua harus mendapat yang sama jumlahnya.” Kata Reza yang memainkan peran sebagai Kepala Desa dalam sandiwara satu jam.  

Menutup acara puncak pementasan, Kepala Desa yang sebenarnya bercerita bahwa sandiwara ini hanya menyederhanakan fakta yang terjadi di lapangan. Ia menjelaskan bahwa selama masa pemberian bantuan, jantungnya berdegup lebih cepat. Takut, khawatir, stress sampai tidak bisa tidur nyenyak.

 

Walau demikian, Pak Kepala Desa mengakhiri acara dengan menyumbangkan lagu lagu lama dari Koes Plus dan The Mercys. Kami semua bergembira dan bahagia karena masa stress sudah lewat. Harapan Pak Kades dan seluruh warga desa, semua aktifitas kembali normal seperti sebelum adanya gempa. Demikian pula harapan kami yang mendampingi desa dalam bekerja dan bergembira.

 

Soto paling beken se Palu

Soto Lamongan di ujung gang tempat tinggal selama di Palu, beken sampe seantero kota. Reza dan anita dari lsm berbeda bercerita, itu soto favorite kami. Minggu depan mau pesen disini buat acara perpisahan. Di Palu sering buat acara perpisahan. Staf lsm yang pulang kampung pasti bikin acara makan. Jadinya geshos kami pun ikutan kekatrol bekennya. Cukup menyebut belakang soto Lamongan, gak sulit nemu. 

 

Satu malam, tengah malam, jenuh dan lapar habis kerja. Kawan ngajak ke warung "nasi balap', menunya selain nasi balap, ada soto dan rawon. Kawan bilang sotonya tak ada duanya di dunia. Wuih hebat promo kawan satu ini. Gak ada yang menyela, sambil berharap omongannya sesuai kenyataan. 

 

Berempat kami ke sana, duduk satu meja, tunggu pesanan sambil makan peyek yang tersedia dekat meja kasir. Nah peyek ini nomor dua di dunia. Nomor satu peyek bawaan salah satu animator lokal. Itu enak banget. Asli nomor satu di dunia. 

 

Akhirnya soto keluar, hanya dua dari kami berempat pesen soto. Komentar soal soto, kawan se kamar cerita, soal selera emang beda beda. Saya suka soto lamongan, kawan ini suka soto di warung nasi balap. Kalau saya apapun sotonya minumnya harus hangat (rs siloam, sudirman jakarta 17april 2019)

 

Bacaan iseng

 

Ikon itu tergerus sudah. Jembatan Kuning atau jembatan Palu IV. Lenyap dalam sekejap diterjang tsunami tahun lalu. Ikon kebanggaan warga Palu belum ada gantinya.

 

Berada di pantai talise, Jembatan lengkung, penghubung palu barat dan timur. Kota Palu dan Donggala, menyisakan separo lengkungan baja.

 

Paska bencana, talise hanya pantai dan runtuhan bangunan. Bangunan yang hampir rata tanah, bangunan retak. Hanya tersisa buat selfie di depan mesjid terapung.

 

Infrastruktur ambruk, jangan sampai identitas Palu jadi ambruk. Palu bangkit harus ada identitas yang menyatukan. Identitas itu tidak terbangun begitu saja. Identitas harus dibangun, bisa saja dari hal yang membanggakan warga Palu, seperti jembatan lengkung kuning. 

 

"Kalau saya masih jadi walikota, akan saya  bangun kembali jembatan itu dengan lebih megah." Kata bekas walikota Palu. 

 

Ada "Gong Perdamaian", atau yang baru dibangun "0 kilometer Palu" apa itu bisa menyatukan warga Palu menjadikannya kebanggaan sebagai identitas Palu? Walahualam.

 

Musim langsat

Bulan Maret 2019, adalah musim langsat, sejenis buah duku. Banyak penggemarnya sekilo 5000 rupiah. Lainnya, duren (durian)  harga 10rb-25rb per buah bergantung besar kecilnya. Bagi penggemar durian, lombonga salah satu tujuan.

 

Pasar Lombonga

Pasar di desa Lombonga. Wilayah yang sampai saat ini masih sering kena goncangan gempa. Terkejut cemas takut siap mengungsi bilamana diperlukan. Setelah reda gempa, kembali beraktifitas. Tidak mau terperangkap oleh emosi dan pikiran akan gempa, mereka menjadikan jual beli beratap tenda sebagai aktifitas rutin.

 

Pisang goreng

Pisang mengkal digoreng disajikan dengan sambel. Ini makanan ringan, jajanan di kala sore hari di daerah Palu dan sekitarnya.

 

Jamu

Tombo Teko Loro Lungo. Pukul 10 kurang, jamu mbakyu sudah ludes. Para stakeholders pasar Inpres pasti peminat jamu jawa ini. Entah khasiatnya membuat badan segar berseri,entah marketing si mbakyu yang piawai? Who knows. Yang pasti ya jam 10kurang seluruh ramuan di botol tuntas tas.

 

Becak

Masih jadi alat angkut pilihan yang popular di kalangan pembeli partai besar, terutama mereka yang berdagang sayur di pemukiman tempat tinggalnya

 

Asal Jawa

Merantau mencari makan. Kredit tanpa anggunan sliweran di Pasar Inpres Palu. Jaminan bukan administrasi, tapi pertalian bisnis patron klien.

 

Pelangi

Momen langka, melihat 7 bidadari mandi di Sibalaya Utara, desa berjarak satu jam dari kota Palu. Konon di kedua ujung bertemunya lengkungan dengan cakrawala, terdapat pundi pundi emas. Kalangan ilmuwan mengatakan itu adalah tipuan optik. Ehmm, tapi cerita tentang bidadari dan pundi emas jauh lebih tersimpan salam kalbu daripada deskripsi kering tipuan optik. Fenomena alam yang indah dipandang mata.

 

Bugenville

Di ujung jalan dusun, di desa Karawana, Kabupaten Sigi. Masih ada yang indah setelah bencana likuifaksi. Mereka menyebut bunga saja bisa indah, kami harus bisa lebih indah.

 

Likuifaksi

Likuifaksi dikenal oleh Ilham ketika tragedi itu terjadi. Ia selamat dari bencana gempa, Tsunami yang terjadi Sulteng pada 28 September 2018. Ia baru masuk kamar mandi. Tiba-tiba terjadi gempa keras. Ia terjerembab terdorong sana sini dalam kamar mandi yang ukurannya 2x2 meter. Keluar rumah, mencari ayah dan ibunya. Mereka ketemu berpelukan, lalu berpisah, orangtuanya tetap di kampung sementara Ilham berangkat ke kota (Palu). Telpon adiknya lebih dahulu memastikan dia aman. Hanya pakaian yang ada ditubuh. Sisanya sudah hanyut, dengan semua rumah dan hartanya. 

Terkejut. Ternyata Kota luluh lantak bahkan lebih hancur dari kampungnya. Gelap seluruh kota.  Kakak adik itu ketemu di pengungsian, di atas bukit. Sepanjang waktu itu hanya minum air kran, atau kalo ada aqua botol dijatah sebanyak tutup aqua setiap orang. Masuk toko ambil aqua tanpa bayar. “Semua orang begitu. Menjarah makanan dan minuman.” Begitu katanya. 

Ilham baru tahu likuifaksi. Istilah baru bagi orang Palu. Selama ini ia hanya mengenal gempa, tsunami dan putting beliung. Ternyata tanah goyang, berombak ombak, keluar lumpur dalam tanah, dan ada api memancar disebut likufaksi. 

Kata Ilham, mikir rumah yang sekaligus jadi warung kopi hancur menambah stress. Harta lenyap dalam sekejap, apalagi baru menikah. Semakin dipikir semakin stress. Luntang lantung di kota, bantu pengungsi sana sini, untuk menghilangkan stress. Tidak mau istirahat, takut jadi stress lagi. Selama dua minggu itu panas sekali. Ia menggambarkan seperti berada di atas tungku, sebab panasnya berasal dari bawah tanah. 

Membayangkan betapa paniknya orang saat itu, terjadi gempa, Tsunami dan likuifaksi Hanya dalam hitungan menit.  Gimana tidak,  gempa kurang dari 5 SR yang terjadi tadi pagi saja membuat kami panik, berteriak teriak berhamburan keluar rumah .

 

 

No comments:

Post a Comment