Monday, 15 June 2020

Tengger

Tengger

**Dukun atau Resi**
Penulis sebelum kemerdekaan Itu lebih setuju menyebut pemimpin upacara sebagai Resi, yang konon orang bijak. Pemimpin upacara bukan dukun. Pemimpin upacara itu lebih bicara soal hakikat manusia, alam, masyarakat, moral, etika yang boleh dan yang dilarang, yang suci dan profan, keyakinan dan agama. Dia tak dapat menyembuhkan orang yang sakit. Dia tak mengerti metode penyembuhan. Sementara dukun adalah orang yang menyembuhkan orang sakit. Dengan jampi jampi mengusir pengaruh roh jahat atau dengan tumbuhan berkhasiat.

Dia tokoh masyarakat. Kalau soal ritual atau upacara agama, semua warga tunduk pada perintahnya. Menurut nilai keyakinan, Itu titah yang harus dilaksanakan. Dia pimpin ziarah dan upacara upacara sakral yang amat penting ke seluruh kampung yang mengelilingi brahma, gunung api aktif, yang popular disebut Bromo, Dia pimpin upacara Kasada dan Karo. Dua upacara penting dalam lingkaran hidup komunitas Tengger. Setiap tahun dilaksanakan dua upacara itu hanya dalam bulan yang berbeda. Kasada lebih dahulu, kemudian Karo. Ada pula upacara entas entas dan unan unan.

**Upacara**
Kasada itu upacara persembahan sesajen atau sesaji kepada Sang Hyang Widhi, membuang sesajinya di kawah Bromo, tradisi tahunan yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat. Upacara diadakan di lautan pasir di kaki gunung bromo yang dinamai poten. Kawah, lautan pasir dan poten komponen penting dalam Kasada.

Karo adalah upacara wujud syukur kepada penguasa jagad raya yang telah menjadikan Joko Seger dan Roro Anteng sebagai Leluhur Bromo dan dua puluh lima keturunannya. Upacara yang padat acara, ada doa bersama, tarian, slametan buka jimat klontong,

Ada pula upacara Entas Entas untuk memperingati mereka yang sudah meninggal menuju keabadian dan Unan Unan, upacara lima tahunan bertujuan bersih desa.

**Identitas**
Dari tahun ke tahun, masyarakat Tengger melakukan upacara upacara yang kaya improvisasi. Mereka menyebut diri beragama Hindu, keturunan Majapahit, yang menyingkir dari pusat kerajaan Majapahit. Leluhurnya Roro Anteng dan Joko Seger, beranak dua puluh lima, beranak pinak menjadi warga masyarakat yang bermukim di kampung kampung tersebar mengelilingi kawasan gunung Bromo. Demikian menurut legenda dan cerita rakyat yang diwariskan turun temurun. Sampai pada Tengger yang sekarang kita lihat.

Banyaknya upacara yang disuguhkan, bukan semata meramaikan kalender wisata. Rentetan upacara untuk mengkokohkan identitas Tengger agar tidak kehilangan jati diri sebagai bagian dari masyarakat suku yang taat dalam sistem perpolitikan Indonesia paska kemerdekaan. Penting bagi warga tengger untuk memelihara identitas kebudayaan sendiri yang berbeda, tanpa pernah menentang garis kebijakan politik negara.

**Menutup cerita**
Sewaktu zaman pemerintahan Bung Karno, orang Tengger itu PNI, sewaktu Pak Harto, mereka Golkar. Ketika Megawati menjadi presiden, warga Tengger mencoblos PDIP.

No comments:

Post a Comment