Ukulele empat senar buatan sendiri, dari kayu empuk yang mudah diserut dengan pisau seadanya silih berganti dengan ibu yang sibuk potong sayur dan ubi di itongoi (dapur).
Empat senar, bekas ikatan karung beras dari bapak yang memikul dari kota Tembagapura. Senar atau tali ikatan karung dipotong sepanjang ukuran gitar dari kepala sampai pangkal yang diberi gundukan supaya senar bisa diikat kencang dan talinya tegang agar menghasilkan bunyi.
Bunyi empat senar itu relative sama, tidak ada nada Do sampai Si (do re mi fa sol la si). Crung crung crung, kadang crung pertama cempreng dan crung ketiga mendem. Apakah ada unsur kesengajaan? Saya tak ingin menanyakan lebih dalam, hanya menduga duga pembuatan gitar kecil itu tak sesuai dengan kaidah kaidah membuat gitar. Mereka menyebutnya gitar kecil, mungkin nggak mengenal istilah ukulele.
Kehebatan gitar dan penyanyinya adalah semua lagu asal orang gunung bisa dinyanyikan dengan iringan gitar kecil itu.
Memang luar biasa Jonathan ini, anak kampong Anggogin, mengiringi nada sahut sahutan para penyanyi anak anak lelaki dan perempuan. Terasa lagu khas orang gunung. Sungguh seluruh lagu khas di situ mampu dinyanyikan dan diiringi alat musik gitar itu.
Hiburan yang tak tertandingi di kawasan bebas sinyal hp, wifi, bahkan listrik.
No comments:
Post a Comment