Monday, 15 June 2020

Gajahmada Hayam Wuruk

Sedang lap meja bunder dan dua kursi betawi di teras depan, selembar kertas melayang layang sebelum akhirnya jatuh di lantai. Kertas coratcoret. Ada coretan coretan skema, kerangka pikir, garis besar gagasan sejarah pemikiran, kadang nampak seperti denah kuno. Ada interaksi berbagai pihak, sebab ada gambar bulat bulat, kotak kotak, dan panah. Sepertinya si pembuat secara serius menjelaskan peta geografis wilayah, peta sosial budaya walau hanya corat coret. Pasti pembahasan dalam kelompok yang seru tegang penuh interupsi.

Gambar itu seperti silsilah asal-usul suatu keluarga berupa bagan dengan catatan identitas mereka yang ada di gambar itu.

Silsilah apa ini? Siapa yang punya? Sayang coretan coretan itu tak banyak terbaca. Kecuali terbaca nama Hayam Wuruk. Wah jangan jangan ini silsilah Majapahit. Hayam Wuruk Raja yang paling dikenal dalam sejarah Majapahit. Mulai melihat kertas itu dengan lebih seksama. Benar saja, ada garis meliuk dengan ujungnya lingkaran, dalam lingkaran tertulis cukup jelas, Gajahmada. Sungguh ini kertas silsilah raja Majapahit. Ini serius. Harus baca lebih teliti. Nggak bisa disambi main main. Lalu lanjut,

Antara Hayam Wuruk dan Gajahmada ada sekat pemisah. Ada sungai atau kanal yang membelah. Sungai Ciliwung. Kok Ciliwung? Majapahit di Jawa Timur, Ciliwung di Bogor. Pasti ada sesuatu kode rahasia untuk mengelabuhi pembaca soal tempat. Lalu ada coretan dengan tulisan agak jelas menyebut Sawah Besar. Makin heran. Kok! Ada coretan Gereja Ayam, ada Kartini. Dengan menduga duga, langsung membalik kertas coret coretan itu. Yaelah! ini kan coretan petunjuk lokasi. Iya baru inget bulan lalu teman bikin denah warung bakmi pangsit dan bubur ikan di daerah Sawah Besar. Konon kabar burung, orang Singapore banyak beli di situ.

No comments:

Post a Comment