Monday, 9 March 2020

Wisata Sejarah

Ansje Suurbier puas jalan jalan di kota tua, ke sana kemari foto foto bangunan museum, atraksi, penyanyi, musik jalanan. Menjajal sepeda warna warni, berfoto bersama orang yang seluruh badannya dicet abu abu gelap. Tanya macem macem soal bangunan. Siapa punya, kapan dibangun, sekarang jadi apa. 

Wisatawan asal Belanda usia 40 tahun bersama suaminya Wiem, sudah dua hari keliling kota jakarta. Ikut dalam rombongan wisata keliling Jakarta. Hari ini setengah hari saja, karena mereka mau ke Bogor, liat kebun raya dan Istana Bogor. 

"Bogor kota indah" begitu kata oma dan opanya yang pernah tinggal di Bogor. Konon buyutnya salah satu insinyur yang ikut dalam proyek bikin rute kereta api kota-Jatinegara-depok-bogor. Ia penasaran pengen merasakan perjalanan jakarta bogor dengan kereta api. Konon Pembangunan rel kereta api lintas Jakarta-Bogor selesai akhir abad 19 oleh perusahan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Lebih dari seratus tahun semenjak dibangun dan menjadi transportasi utama jakarta bogor. Ansje dan Wiem, sudah duduk manis di kereta, bukan kereta tenaga diesel, tapi kereta tenaga listrik KRL yang jadwalnya setiap 15menit sekali. Kereta listrik yang juga dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menghubungkan dua istana gubernur jenderal Batavia dan Buitenzorg.  

Tiba di bogor, stasiun bagus, lalu mengambil foto beberapa bangunan stasiun dan sekitarnya. Para pedagang, toko toko, mirip seperti gambaran cerita neneknya tentang bogor. Mungkin neneknya waktu itu menggambarkan bogor yang masih lengang. Belum banyak pedagang kakilima, mungkin waktu dulu hanya toko kelontong saja. Tapi gambaran  pedagang buah, makanan, menawarkan kepada orang yang lewat depannya masih ada. Tetapi tidak banyak lagi yang berpeci dan sarungan seperti kata neneknya.

Sedikit sedikit mencoba komunikasi dengan pedagang itu, dengan bahasa tubuh, menebar senyum ke pedagang yang menyapanya. Ada pedagang mangga, yang dibakulnya ada tumpukan buah itu, satu dua yang dikupas memperlihatkan isinya berwarna kuning kemerahan. Tidak beli tapi berjanji dalam hati mau coba buah itu setelah di hotel. Mangga kesukaan neneknya, katanya mangga indonesia yang paling enak di dunia.

"Yang penting jadwal kita liat istana dan kebun raya kita." Wiem hanya mengangguk, naik angkot ke sana, semula mau naik gojek, tapi ansje bersikeras angkot, biar merasakan ramainya kota bogor. 

"Sudah terlampau sore untuk masuk botanical garden" kata Wiem. "Besok saja". Dua orang itu hanya mengelilingi istana, liat dari luar, sampai depan pasar pecinan, suryakencan, menelusuri trotoar, cari makanan mengisi perut yang sudah keroncongan. 

Duduk di situ, baca tourist guide tentang Bogor yang dibawanya dari kampungnya di Belanda. Mereka rencana menghabiskan waktu di kota ini. Bermalam di hotel Salak yang konon, hotelnya elite Belanda di Batavia yang berlibur di Buitenzorg. Kepengennya di hotel Bellevue yang indah dengan view lembah, sungai Cisadane dan  gunung salak, sayangnya sudah dihancurkan ganti bangunan lain. 

Selamat datang di kota Bogor welkom, yang tertulis di papan bilboard ketika masuk lobby hotel pas hujan deras di kota itu, kota yang populer disebut kota hujan.

No comments:

Post a Comment