"Bebek Tepi Sawah" kata pemimpin rombongan. Setelah lelah keliling lihat binatang dan pertunjukan. "Kita makan di sana" katanya menambahkan.
Selepas dari Safari di Gianyar, lalu makan siang di Bebek Tepi Sawah Pusat, maksudnya Resto yang bukan cabang. Penandanya, masuk pintu utama, melewati garasi pemilik, terpajang Lamborghini merah dan jeep wilis kuno tapi aksesoris komplit dan cat hijau tuanya kelihatan baru.
Menuju pondokan, tempat makan, melewati pematang. Sungguhan dibuat seperti di sawah. Andai saja musim penghujan, bakalan ada padi di genangan air, macak macak, tidak meluber, yang tak disangsikan lagi seperti pondok tepi sawah
Di Musim kemarau kini bikin suasana sawah berkurang kadarnya. Sawah kering, tak ada padi kecuali ilalang yang rimbun.
Mengelilingi meja makan, melihat dinding, ada deretan foto besar pemilik resto itu dengan para petinggi negeri ini. Kemudian lihat ada sepeda ontel tua banget, di pajang di pondok makan situ, di bawah foto dinding.
Memajang foto pemilik dengan presiden, lalu dibawahnya pajangan sepeda ontel, seolah pemiliknya bercerita kepada presiden
"Saya mulai usaha bebek gorengnya pake sepeda ontel."
Sudah hal biasa bahwa pajang foto maknanya pamer. Pemilik memamerkan bahwa resto ini pernah dikunjungi orang nomor satu di Indonesia.
Ya, betul, pengusaha bebek ini sukses, masih muda sudah punya resto terkenal dengan cabang di banyak tempat. Sepertinya punya kiat jangan cuma jualan bebek goreng, tapi yang lebih penting jual suasana. Itu yang dilakukannya. Untuk menguatkan gaya kesuksesan, di garasi terbuka depan rumah dapat dilihat Lamborghini merah.
No comments:
Post a Comment