Monday, 9 March 2020

PL Plesir

Foto: Davy Ratu dan Jimwiss

Jalan liku liku, miring kanan miring kiri, pilih pilih langkah, supaya nggak nyenggol barang dagangan kakilima di trotoar. 

Keluar dari halte akhir Trans Jakarta, harus melalui lorong bawah tanah yang sisi kiri kanan penuh pedagang kelontong dan pakaian, lalu naik tangga, lalu muncul di permukaan seberang jalan. 

Melangkah, berjalan kaki melipir pinggiran jalan nyeberang di zebra cross. Nyebrang wajib waspada alias harus hati hati karena sepeda motor sering nyelonong tanpa mengindahkan pejalan kaki yang nyebrang.  Jelas aturannya garis setrip setrip melintang dijalan adalah area melintas pejalan kaki yang harus didahulukan. Tapi begitulah kota tua yang ramai. Saking ramainya lalulalang kendaraan, pejalan kaki jadi terpinggirkan.

Panas, gerah, tambah kesel sebab jalanan untuk pejalan kaki dikuasai PeKaEl alias Pedagang Kaki Lima. Untung saja tak berapa lama sampai tujuan disambut grup band dengan hentakan musik gaya Koes Plus yang seolah tahu "kesel" nya isi hati rombongan kami

" ........Kurasa berat, kurasa berat beban hidupku....uuuu..Ku tak tahu,  ku tak tahu oooooo ku jemu"

Bagian lirik berikutnya beberapa dari kami ikutan menyanyi. Tidak seluruhnya hapal, tapi pada bagian akhir serentak bersuara keras.

"Kujemu....heeeeee..kujemu" 

Boleh juga ide bikin pertunjukan musik di situ. Kalo band dan penyanyi gak bakalan kekurangan, dan pastinya lebih keren. Nanti saja dipikirkan sekarang waktunya ngopi, ngobrol  sambil menikmati alunan musik di kafe kota tua.

No comments:

Post a Comment