Monday, 9 March 2020

Cumi asin

Cumi asin

Cukup dua atau tiga potong kecil dengan nasi ukuran sebungkus di warung Padang, mampu membawa semangat jalan jalan keliling Jakarta. Apa saja ragam masaknya, mau cumi asin balado, cumi asin tumis cabe ijo sama enaknya. Kalo soal ini, menikmati makannya yang pas ya di warteg. 

Banyak macam masakan cumi asin yang terhidang di balik etalase standar warteg. Apapun, bisa warteg kelas bawah yang pelanggannya tukang bangunan, sampe kelas atas yang konsumennya karyawan kantoran. Kalau yang kelas bawah palingan hanya satu macam masakan cumi asin. Kalau kelas atas ada dua atau tiga macam. Ada cumi asin bumbu padang, cumi asin asem manis, cumi asin goreng tepung. Dengan kutak katik sedikit, kombinasi sana sini, campuran bahan lain,  macam masakan cumi asin bisa berkali lipat dari yang disebut di atas. Hampir yakin saya bahwa cumi asin adalah bahan yang biasa ada di setiap warteg. Ketrampilan juru masak yang membuat tampilan menu cumi asin beda setiap hari 

" Beli satu dua ons setiap belanja, cukup untuk dua atau tiga jenis menu cumi asin." Iya. Cumi asin potong kecil kecil, campur dengan cabe ijo, cabe kriting dengan bumbu lainnya, sudah jadi satu menu. Cumi asin tumis dengan potongan tahu dan kacang panjang atau buncis, jadi menu lain. 

Apalagi dengan sayuran pendamping yang pas. Sayur asem salah satu yang paling disukai. Ada lagi sayuran kacang panjang tumis maupun berkuah. Soal selera variasi. Konsumen bebas memilih, mencampur menu yang tersedia di warteg. 

Kadang tak penting juga menamai menu cumi asin di warteg. Yang makan di situ tak menyebut nama menunya, hanya menunjuk saja makanan yang disuka. Pelayan akan mengikuti instruksi konsumennya. 

"Minta yang ini mbak." Sambil menunjuk cumi asin yang satu, lalu "minta yang itu juga mbak" menunjuk cumi asin jenis masakan lain. Iya juga, selagi pesan makan di warteg nama tak lagi penting. Lagi pula orang makan di warteg hanya butuh sepuluh menit, lalu bayar, lalu keluar. Apa yang dimakan pun kadang lupa. 

"Makan apa tadi"

"Sayur asem, cumi asin"

"Cumi asinnya diapain"

"Balado campur campur"

"Campur apa"

"Ya campur sambel campur sayur asem"

Soal selera, nampak tak banyak berubah. Ratusan bahkan ribuan tahun, bahan makanan dengan pengawet tetap jadi pilihan. Bahan makanan yang diawetkan dengan garam adalah salah satu metode pengawetan paling tua. 

Mau pengawetan dengan pendingin juga bisa, hanya membutuhkan peralatan yang lebih kompleks. Pengawetan dengan diasapi juga jadi makanan yang digemari. Pengawet dibutuhkan agar makanan menyerupai aslinya. "Nggak dapet yang asli, minimal dapet yang KW dengan cita rasa asli." Begitu kata Maryono, pengamen yang biasa mangkal depan salah satu warteg kesohor. Memang  Itulah guna akal budi mencari solusi dari bahan yang ada.

No comments:

Post a Comment