Sunday, 8 March 2020

Mainan Di Malioboro

Lama tak lihat ini, jual mainan dari bahan bambu. Di trotoar Malioboro Jogyakarta, di pusat keramaian dan salah satu tujuan orang berwisata kota ini. Motto, tidak ke malioboro tidak ke jogya, atau bukan ke jogya kalo nggak ke Malioboro. Dibolak balik, permainan merangkai kata supaya indah, enak dicerna dan mudah. 

Mainan bahan bambu macem macem di satu atau dua pikulan. Gasing yang nampaknya banyak dipajang. Gasing bambu. Mainan mambu yang bagus bila mendengung dengan bunyi yang keras  saat berputar. Khas sekali sebagai mainan daerah Jawa. Di Jakarta gasing berbeda. Gasing dari bahan kayu berbentuk mengerucut yang ujungnya ada besi seperti paku. Bunyi bukan ukuran bagus tidaknya mainan itu. 

Kalau dulu yang jualan biasanya lelaki tidak muda tidak pula tua. Duduk dengan dingklik di ruang terbuka kampung, tak lama dikelilingi anak anak. Penjual in action dengan memainkan gasing, satu dua seolah menunjukkan perbedaan suara dengungan. Konsumen tinggal memilih mana yang ia suka. Di Malioboro, yang jualan perempuan, ibu ibu, duduk menunggui dagangannya. Tidak sempat menunggu ibu ibu menunjukkan kebolehan main gasing bambu. Semenit dua menit di depan penjaja itu lalu berlalu melihat dagangan yang lain di sepanjang trotoar jalan yang amat terkenal itu.

Gasing asli dari Jawa?. Nggak juga. Konon Cina dan Asia Tenggara umumnya mengenal gasing. Ada proses enkulturasi atau mengambil mencangkok pengetahuan dari budaya lain kemudian mengembangkam sendiri dengan cara setempat. Akhirnya bisa menghasilkan macam dan permainan gasing, yang bisa jadi beda dari daerah asalnya.

Orang Jogya menyebut main gangsingan. Mungkin asal muasal dari bunyinya yang mendengung desis sing sing jadilah disebut gangsing. Katanya ini salah satu permainan tertua, mesti tanya sama ahli arkeologi yang biasa melakukan ekskavasi. Entah benar tua  atau tidak, yang jelas permainan ini butuh latihan dan ketrampilan supaya menghasilkan bunyi yang lebih menawan.

No comments:

Post a Comment