Tukar Guling
Darsono punya kebun mangga, macem macem jenis mangga. Mula mula hanya sepetak saja, tapi karena rajin, mangganya laku keras, lalu beli lahan kebun lain di tanam mangga dan juga buah buah lain, seperti rambutan, nangka, cempedak, duku, manggis, dan lainnya. Bisnisnya laku, anak buahnya banyak.
“mulainya memang berat, harus ngajarin anak buah cara tanam, pembibitan, pupuk, panen dan sekitarnya. Sekarang sudah pada pandai, jadi nggak usah disuruh, sudah tau apa yang mesti dilakukan.”
Darsono hanya duduk, itung omzet, pengawasan melekat, gajian, fasilitas lain supaya anak buah betah, selebihnya anak buahnya yang urus. Neraca perdagangannya meningkat dari tahun ke tahun, sampai dia disebut Raja Buah.
Di kampong sebelah ada Rohmat, juga punya kebon dengan buah yang sama dengan darsono. Hanya lahannya lebih kecil. Hasilnya juga lebih kecil disbanding darsono. Tahun ke tahun hasilnya makin kecil, pasar rohmat makin lama makin dikuasai darsono. Akses transportasi makin sulit bagi Rohmat.
Dua saingain itu susah damai, satu menyalahkan yang lain. Kekuatan darsono terlalu kuat, sementara Rohmat sulit menjalankan bisnis kebunnya. Sana sini sudah di blokir. Akhirnya ada jalan damai.
“Mat, daripada saingan terus menerus, bisa bisa kita sama sama nggak untung, gimana kalo kebon milikmu saya tuker dengan lahan saya, belum ekonomis tapi punya masa depan yang bagus." Begitu rayu Darsono.
"Lokasinya di utara kampong ini.” lanjut Darsono, sambil cerita potensi lahan itu. Kurang lebih seperti itu ajakan Darsono kepada Rohmat. Rohmat menawar, rada gengsi kalo langsung terima.
"boleh gak kalo saya dapet kebon buah yang sama, biar rada jauh juga nggak apa apa.” coba nego ke Darsono.
Jangan lah, percayalah, lahan yang di utara lebih luas dan lebih bagus, pinggir pantai, bisa bangun toko, ruko, transportnya juga gampang.” Kata Darsono.
“Okelah, bikin surat segel, perjanjian tukar guling.” setelah Rohmat tak ada pilihan lagi.
Rohmat setuju. Dalam hatinya, berucap iya ya siapa tau rejeki bukan bisnis di kebon tapi di toko, sambil harap harap cemas.
Persetujuan kesepakatan dibuat di kelurahan, ada saksi saksi yang juga tanda tangan. Rohmat meninggalkan kebonnya, lalu pergi ke Utara untuk mulai harapan baru.
Demikianlah cerita sederhana perbandingan tukar menukar bisnis antara perusahaan Belanda dan Inggeris yang berebut kebun Pala di Banda Neira, Maluku Tengah di Timur Indonesia. Inggeris menyerahkan pulau Run, salah satu pulau dalam gugusan kepulauan Banda Neira. Sebagai gantinya Inggeris mendapat lahan milik Belanda di Manhattan lokasi yang sekarang menjadi negara Amerika Serikat.
Cerita yang masuk kategori Fiksi.
No comments:
Post a Comment