Sunday, 8 March 2020

Sate dan Kere

Sate dan Kere dua kata yang terpisah. Masing masing mengandung makna. Sate, potongan kecil daging sapi atau ayam ditusukan ke sebatang bambu sebesar lidi, lalu dibakar panggang di bara api. Kere maknanya lain lagi. Mengacu pada golongan miskin, bahkan miskin banget. Dua kata itu disatukan dimaknai menjadi makanan (sate) untuk golongan miskin. 

Barangkali karena bahan atau dagingnya berkualitas rendah dan menjadi murah harganya, bisa dijangkau oleh kalangan bawah. 

"Itu bukan daging" kata kawan saya yang sering nongkrong sepanjang Malioboro.

"Itu oyot dan gajih" katanya melengkapi keterangan soal daging sate. Gajih maksudnya adalah lemak. Jadi bukan beneran daging. Barangkali orang Jakarta menyebutnya tetelan. 

Apakah sate kere hanya dikonsumsi golongan kere? Nggak juga. Kata kawanku, rombongan turis sekeluar dari pasar Bringharjo menyerbu sate ini. Entah karena kelaperan berlama lama di dalam pasar, entah memang ramuannya, membuat aroma wangi sate menyebar kemana mana mengundang selera.

Memang cocok jualan sate di pelataran depan pasar itu. Sepertinya penjual punya instink, di tempat itu sangat strategis berjualan. Penjualnya perempuan, ibu, duduk di dinklik, menghadap bakaran bara arang, mengipasi, sampai sate siap makan. 

Katanya ada sate jenis lain, namanya sate Plero. Belum pernah coba, hanya diberitahu lagi lagi oleh kawan saya yang sering mondar mandir motrwt di trotoar  Malioboro. Apakah di Malioboro tersedia, sate deriji, khasnya tusuk satenya dari jari jari roda sepeda. Khas banget yogyakarta.  

Trotoar jadi tempat berjualan bukan cuma sate, ada aneka makanan siap saji khas Jawa. Gudeg Krecek, pecel, telor, tahu tempe yang dibacem alias warnanya coklat tua. Minuman wedhang ronde, es dawet, kopi teh di gerobak angkringan. Penjualnya menggerombol depan gerbang pasar Bringharjo yang menyediakan perangkat pakaian, kain blankon, surjan, beskap, aksesoris, barang antik tradisional, jamu, akar dan daun herbal pun tersedia, dari kelas mahal sampai murah. Pasar "one stop shopping" yang  terkenal sejak zaman dahulu kala. 

Foto: Mohamad Setiawan

No comments:

Post a Comment