Monday, 9 March 2020

Trans Jakarta Tidak 24Jam

Deposit e-money sisa empat ribu rupiah, mesti beli lagi. Buru buru ke terminal, di situ sudah sepi, para aneka pedagang makanan, pakaian,  aksesoris sebagian sudah bebenah mau tutup, dan sebagian besar sudah tutup. Cepat cepat ke  loket. 

“maaf pak, loket sudah tutup jam 22.00”

“nggak bisa isi deposit lagi pak” tanya saya berharap. 

“petugas sudah pulang. Saya nggak wewenang. Tapi kalo masih sisa empat ribu masih bisa kok.”

“rute blok m manggarai sudah nggak ada. Tinggal blok m kota. Nanti bapak turun di bendhill dan sambung lagi jurusan pgc. Masih ada untuk jurusan itu.” 

“oke pak, terima kasih”

Berlari ke pintu masuk, scan kartu e money, rasanya agak lambat respon scan nya, tapi syukur bisa lolos, dengan langkah cepat naik tangga dua tingkat, ke halte jurusan blok m kota yang letaknya paling pojok dan di atas.
Untung saja masih ada bis. Katanya jurusan ini sampai jam 24.00. duduk menunggu, akhirnya bis berangkat. 

Tak berjejal jejalan dalam bis, hampir jam 11 malem, sudah tak banyak penumpang. Tak lama sampai benhil, memang tak macet jalur busway. Yang lama jalan kaki dari bendhil ke halte semanggi. Jalan panjang di jembatan yang menghubungkan benhil dan semanggi. Ngos ngosan sesampai di halte itu. 

Tak lama bis Pluit-PGC sampai, langsung naik. Ternyata dalam bis padat penumpang  tak kebagian tempat duduk. Ah gak akan makan waktu lebih dari sejam. Masih kuat berdiri. Turun di halte UKI, setelah dapat info dari kondektur, jurusan cibubur sudah tak ada lagi, jurusan itu terakhir jam 10.30. sudah tahu, tapi tetap saja kecewa karena berharap masih ada sisa bis jurusan sana. Harusnya satu halte lagi setelah uki- halte bkn- yang membawa bis jurusan cibubur. 

Naik taksi dari UKI, rileks saja, menunggu sopir merokok. Dia sudah siap anter saya setelah hisapan terakhir yang rokoknya masih cukup panjang.

“mari pak. Silahkan”

Taksi langsung melaju melalui jalan tol jagorawi. Tanya dulu apakah punya e-money untuk bayar tol. Siyaap katanya. Duduk depan, stel bangku agar mundur, turunkan sandaran, lalu merem sejenak. Ngantuk ngantuk, diajak ngobrol sopir, menanyakan arah setelah keluar tol cibubur. 

“ isteri saya, hamba Tuhan. Dia jadi pendeta GBI” terus saja dia cerita, saya hanya mendengarkan. Gerejanya di Kampung Rambutan. Belum banyak jemaatnya, semakin hari semakin banyak. 

“nanti putar balik ya bang.” Setelah keluar dari pintu tol, ambil jurusan cileungsi. Putar balik yang kedua. Lalu masuk ke jalan samping studi Karnos. “o saya tahu itu” 

Sampai di rumah dengan selamat. Perjalanan panjang dari Blok M sampai Cibubur. Kalau saja, pulang tak terlampau larut, bisa sambung menyambung dengan Trans Jakarta. Ongkos murah, hanya tiga ribu lima ratus bisa keliling Jakarta. Asalkan tak keluar dari halte. 

System transportasi Jakarta sudah mulai ditata dengan baik. Setiap halte ada informasi di monitor. TJ yang akan datang atau masuk di halte itu apa saja dan waktunya sudah kelacak. Setiap bis sudah dilengkapi dengan GPS yang bisa diketahui posisinya. System sudah oke, rasanya hanya perlu menambah armada untuk trayek yang beroperasi tengah malam. 

Jakarta kan nggak ada matinye, warga yang tinggal di pinggiran Jakarta juga pengen menikmati dengan ongkos murah.

No comments:

Post a Comment