Kali ini Kota Semarang
Lepas tengah malam kereta sampai di stasiun Tawang, Semarang. Belum berhenti benar di jalur satu, beberapa kuli angkut barang sudah masuk gerbong menawarkan jasa angkut pada penumpang yang kebanyakan bawa barang. Alunan music instrumetal Gambang Semarang dari Loud Speaker Stasiun keras terdengar. Betul, ini Semarang. Siap siap, lepas selimut sewaan penutup badan supaya tak kedinginan sepanjang perjalanan akibat Air Condition yang kelewat dingin. Berdiri, turunkan ransel dan koper kecil dari tempat bagasi di atas tempat duduk.
Dan Kereta berhenti, Gerbong yang saya tumpangi pada posisi di tengah stasiun, dekat pintu keluar. Sementara alunan music gambang semarang masih terus terdengar. Saya turun dari gerbong setelah tangga di pintu di pasang. Penting ini sebab antara gerbong dan lantai cukup tinggi, kaki harus cukup kokoh kuat untuk turun tanpa tangga. Untung tak terjadi seperti itu, tersedia tangga sesuai tinggi pintu gerbong. Mudah melangkah keluar. Perlahan keluar menggendong ransel berat berisi laptop dan setumpukan kertas laporan ditambah koper pakaian untuk seminggu di Semarang. Pengalaman menyejukan menggunakan transportasi umum dengan pelayanan yang memuaskan.
Kereta cepat Jakarta Semarang ditempuh sekitar empat jam tiga puluh menit. Tujuan akhir kereta ini adalah Stasiun Pasar Turi, Surabaya , makan waktu sembilan jam Pilihan jitu buatku, naik kereta api daripada naik pesawat. Lima belas menit sebelum berangkat masih bisa masuk check in langsung naik gerbong cari nomor tempat duduk. Beli tiket tak perlu antri. Pesan online, bayar di ATM, dapat nomor booking, tukarkan dengan tiket di mesin automatis yang tersedia berjejer di pintu masuk.
Ke Semarang untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor cabang, sisanya sudah ada di benak, bahkan sudah seminggu lalu ketika kantor menugaskanku ke kota Semarang. Membayangkan dengan bangunan kuno yang banyak sepanjang jalan kota. Antusias baca buku travel dan google, apa saja yang ada di Semarang, bangunan sejarah, dan kuliner. Pikiran sudah mendahului. Kecepatan Kereta Api tak sanggup mengalahkan imajinasi.
Kereta api bebas asap rokok, demikian pula stasiun. Di area yang pintu keluar masuk di main gate, di kursi tunggu, bebas asap rokok. Perokok masih diampuni, diberi tempat, jauh di ujung stasiun. Bahkan lebih jauh dari wc yang biasanya ditempat yang jauh dari area kerumunan penumpang yang datang maupun pergi. Tempat merokok adalah tempat yang dikucilkan. Acapkali non smokers protes karenan bu asap rokok mengganggu public, bikin sesak napas. Asapnya mengganggu kesehatan pernapasan, konon bisa menyebabkan macam penyakit seperti yang tertera di bungkus rokok.
Tengah malam masuk Semarang, tak ada lagi yang mesti dilakukan kecuali langsung ke tempat penginapan. Penginapan di pusat kota, katanya ini tempat strategis untuk kulineran. “Buka sampai pagi” kata pengemudi taksi. Tak lagi bertanya, cukup percaya saja kata kata pengemudi yang masih muda. Katanya di beberapa tempat ada warung yang buka dua puluh empat jam. Saya menduga itu warung kopi dengan makanan kecil seadanya. Kalaupun ada makanan kemungkinan yang praktis seperti mi instan yang tinggal direbus, tuangkan bumbu saset ke mangkok, lalu campur dengan mi rebus. Siap saji.
“Kalau mau makan, biar saya antar sekalian pak” pengemudi mengulang tawarannya.
“Ah tidak mas.”
“atau butuh yang lain.”
“Apa itu mas”
Dia hanya tersenyum, sayapun ikutan tersenyum.
No comments:
Post a Comment