Saturday, 28 March 2020

Jelajah Jawa

Berempat, naik minibus jenis Kijang mau menjelajah Jawa Barat, Tengah dan Timur. Kami kumpul di Tebet, di rumah salah satu dari kami berempat. Perlengkapan semua sudah masuk mobil, seluruhnya di bagian belakang yang bangkunya sudah dilipat. Jam  empat pagi berangkat, langsung masuk tol dalam kota lalu sambung tol Cipularang. 

Kami berempat punya hobil sama. Suka motret. Apa saja dipotret. Tidak profesional, sebab penghasilan diperoleh tidak dari motret. Saya suka street photografi. Apa saja di jalanan difoto, jarang sekali memperhatikan aturan aperture, kecepatan, iso dan diafragma. Buat saya momen paling penting. Jekrek setiap kejadian depan mata. 

Kawan saya, Sapto senang motret lanskap. Foto pemandangan alam, bebatuan, pohon rimbun kering, bangunan, kota, banyak contoh fotonya yang bagus, seolah dibawa ke dalam suasana dalam foto. Kawan saya lainnya, Hadi, fotografer yang lebih suka motret muka wajah, portrait. Dulunya dia fotografer wedding yang profesional. Penghasilannya dari motret peristiwa perkawinan dari mulai pra wedding sampai paskah wedding. Ada yang bahkan pesan album, prewed sampai hamil dan punya anak,  proyek jangka panjang kata kawanku. Sekarang tidak lagi. Bisnis itu diserahkan ke anaknya. 

Kawan terakhir adalah eko,  fotografer jurnalistik. Dia mengaku begitu. Sebuah foto harus bisa bicara. Dia bekerja pada majalah terkenal di Indonesia, sudah puluhan tahun. Sekarang sudah pensiun, tapi wataknya sudah terbentuk sebagai jurnalis. Utamanya sebagai penulis berita, sampingannya sebagai pemotret. 

Itulah kami berempat pagi sekali sudah berangkat ke "Jawa" istilah anak Jakarta yang hendak bepergian ke jawa arah timur. Berhenti pertama di purwakarta. Kota terkenal ketika pembangunan proyek waduk jatiluhur. Waduk mulanya sebagai sumber listrik yang yang menerangi jakarta. Sekarang multiguna, mulai budidaya ikan, penyewaan jet ski, perahu monorel, intinya orang diajak mengenali Jatiluhur. Waduk yang dirancang zaman Soekarno tahun 1957 baru diresmikan zaman Soeharto tahun 1967. Dikerjakan oleh kontraktor Swasta Perancis. 

"Dulu banyak mobil orens VW safari nomor polisi Purwakarta. Entah di mana mobil mobil itu sekarang."

Sarapan dan ngopi di situ, motret wawancara, sketsa, petani ikan, warung, pekerja waduk, penjaga warung seorang ibu setengah tua dan anak gadisnya yang cantik. Hadi motret ibu dan anak pemilik warung, di "setting" duduk dalam warung, di luar, berdua sendiri, gelungan rambut, urai rambut, berkebaya. Eko, instink jurnalistiknya langsung keluar. Lama sekali tak pernah turun lapangan. Terakhir di majalah jabatan membuatnya harus terus menerus di kantor. Gaya Eko yang rileks bikin  ibu dan anak itu jadi bebas cerita. 

"Cukup ah. Ibu itu jadi melayanin kita, padahal kita nggak makan di warungnya." Kata Sapto

"Cari obyek yang lain." Lanjut Sapto.sambil asik motret tempat pemancingan, lompat dari satu titian ke titian lain. Kami juga sewa perahu sambil motret kampung kampung terapung. Pesan makan, ikan bakar dan pepes oncom, pepes ikan nila bakar. Ikan segar memang enak.  

Data dan foto sudah puas, lalu berangkat ke Sumedang, lewat Wanayasa daerah wisata danau kecil, sekeliling resto warung makanan, langsung Sumedang. Terbaca di Gapura "Selamat datang di Sumedang Kota Tahu" . Cobain Tahu satu besek, makan berempat, sungguh sehebat yang dibayangkan.

Keliling kota motret, kata sejarah daerah Cadas Pangeran sebelum masuk kota Sumedang,  paling banyak makan korban sewaktu pembuatan Jalan Pos, Daendels (Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hinda Belanda). Langsung melaju ke Majalengka. Sengaja tidak memilih jalur Bandung-Garut Tasikmalaya ke Jawa Tengah. Trayek itu  Sudah terlalu sering dilalui, dan sudah banyak cerita tentang tiga kota itu. 

Sampai Majalengka, tengah malam, tidak sempat liat keliling kota,  langsung ke penginapan, minta supaya mobil dicuci supaya besok lanjut perjalanan sudah bersih. 

Majalengka seperti tenggelam dari kota kota baru yang tumbuh. Padahal itu daerah yang punya Sejarah berkaitan erat dengan Majapahit. Ada tiga kerajaan yang punya sejarah yang katanya punya pertalian kerabat dan sejarah dengan Cirebon.

Rencananya esok mau keliling kota dulu sebelum lanjut ke kota Kuningan.

No comments:

Post a Comment