Saudagar
Bercincin blue saphire yang terkenal, jenis batu permata berwarna biru, identik dengan warna biru, idaman pehobi permata. Konon blue sapphire yang paling terkenal berasal dari Srilanka, entahlah banyak orang pada umumnya belum terlalu familiar dengan batu jenis ini.
Orang itu memakai batu safir katanya asal Srilanka, dengan jam tangan roleks. Semoga saja itu benar. "Asli". Dengan roleks di pergelangan lengan kiri dan batu safir di jari manis sebelah kanan memberi petunjuk suksesnya saudagar itu. Dia duduk di dingklik --bangku pendek-- di trotoar itu yang disediakan pedagang kalilima.
Dia memilih makan gorengan, tempe tahu dan bakwan. Dua tiga kali mengolesi gorengan itu dengan sambel kacang, kemudian dengan lahap menguyahnya.
Kakilima? kontras sekali? ah itu yang membuat saudagar itu dikenal di jalan Kecapi dan sekitarnya. Saudagar itu berkali kali datang ke situ, duduk di tempat yang sama, paling hanya bergeser kanan atau kiri, mengikuti situasi di kakilima itu. Kalangan situ melihat orang asing penampilan jauh di atas golongan mereka pada umumnya adalah low profile, rendah hati. Bahkan beberapa dari mereka yang tinggal di sekitar situ melihat bahwa saudagar itu bergaul dari orang kaki lima sampai para pejabat negeri.
Kata cerita burung, dia tidak mencari popularitas di kalangan golongan bawah. Tidak. Dia justru mau belajar soal jujur. Menurut si saudagar itu orang bawah setidaknya jauh lebih jujur, tidak munafik, berani mengatakan jujur. "Katakanlah sejujurnya..", seperti potongan lirik lagu Christine Panjaitan yang amat populer di tahun 80an. Benarkah kejujuran bisa ditemukan di kakilima. "Ah tidak, sesederhana itu, setidaknya saya lebih suka ngobrol dengan kalangan itu dengan lebih bebas tanpa sekat sekat sosial.." begitu kata saudagar itu menebas nebas debu yang nempel di celana bagian pantatnya, lalu pamitan.
No comments:
Post a Comment