Monday, 27 February 2023

Peristiwa Megamendung

 Peristiwa Megamendung

Anjing hitam pekat itu duduk di pojok teras museum antik. Duduk dalam posisi tegak mata mencorong, bola matanya yang hitam pekat bulat keliatan bercahaya merah bilamana ada sinar memantul di mata anjing itu. Pinggiran mata berwarna merah darah.
Gerakan mata itu kadang hanya mata saja, tidak jarang juga bergerak dengan bersamaa dengan kepala ke kanan dan kiri dengan kecepatan seperti kipas angin yang dipasang dalam posisi swing stabil menyebarkan angin ke segala arah sama rata. Demikian pula dengan mata anjing itu bergerak lambat dari arah kanan ke kiri lalu kembali lagi. Beberapa detik kepala tegak lalu duduk selonjor rileks tapi posisi siap menerkam bilamana diperlukan.
Museum itu adalah bagian dari kompleks rumah tuan De Boesch. Kompleks yang sangat luas sekali, diperkirakan luasnya separo wilayah kota Megamendung. Bukan hanya bangunan museum juga banyak bangunan dengan fasilitas yang paling moderen pada zaman itu. Apa yang terdapat di Eropa, dalam waktu tak beberapa lama sudah dapat dinikmati oleh para penghuni di kompleks itu. Isteri dan anak anak yang sering ke Eropa selalu membawa pulang gagasan baru yang terinspirasi dari pergaulan kalangan elite eropa.
Tidak jarang para isteri berkumpul dalam suatu cafe di Paris, bukan melulu belanja perabot rumah dan perhiasan, bahkan banyak menghabiskan waktu dan uang sekedar ber gosip, seperti bahas dia itu pacarnya siapa sih, apa betul dia pacaran, lalu gimana suaminya. Si itu denger denger punya simpanan orang pribumi. Bukan pribumi sembarang pribumi, kabarnya pribumi kalangan elite dan sekolahan di Eropa. Seperti banyak cerita yang digosipkan kepada beberapa isteri petinggi di Afrika dan Amerika Latin bahkan kehidupan para suami isteri di perkebunan karet menjadi pergunjingan. Tuan itu kan banyak simpanannya, tuan ini royal, tuan itu sayang dengan isterinya. Supaya tidak mendengar berita gosip, anak anak terpaksa diungsikan atas nama sekolah. Mereka menyebut anak anak sekolah di belanda, perancis, belgia.
Begitulah, Satu persatu para kehidupan para pejabat dan keluarganya dikuliti dalam percakapan para isteri di cafe, Seolah mereka tak mengenal sekat sekat yang mana patut dan tak patut dibicarakan.
Bangunan utama adalah rumah keluarga De Boesch, di situ tinggal seorang isteri dan dua anaknya. Hanya keluarga saja yang acapkali datang bermalam. Lain dari itu tidak ada. Rumahnya adalah bangunan besar yang menghadap ke kolam renang keluarga dengan pohon pohon rindang yang berada di sekeliling rumah. Bangunan bangunan lain berupa gedung pertemuan. Itu adalah tempat berkumpulnya para pejabat pejabat dan pengusaha untuk rapat. Bangunan yang paling besar adalah tempat pesta atau jamuan makan malam bagi para pejabat Belanda yang menghadap pintu gerbang utama. Tamu tamu penting dan sangat penting serta penguasaha kedari berbagai daerah di Jawa atau bahkan beberapa wilayah di Hindia Belanda.
Asisten, ajudan sampai pembantu semua tinggal di kompleks situ, ada yang menempati rumah rumah maupun mess. Mereka itu membantu mengurusi Tuan dan Nyonya serta anak anaknya, dan pula anjing anjing yang banyak di pelihara di kompleks itu. Ada anjing "luar" yang menjadi pengawas di sekeliling pekarangan, ada anjing yang berada di dalam rumah yang menjadi kawan anak anak majikan. Kecuali anjing hitam pekat bermata merah. Tidak ada yang berani mendekat pada anjing itu. Hanya Doortje Latjuba, alias nyonya van de Boesch yang berani. Hanya kepada Doortje anjing itu patuh. Bahkan anjing itu tidak mau menuruti perintah tuan Johan van De boesch.
Sebenarnya anjing itu bukan peliharaan keluarga De Boesch dari lahir. Anjing itu adalah pemberian seorang priyayi Bogor sahabat baik keluarga Megamendung, yakni Raden Panduwinata. Tidak banyak yang tau latar belakang Priyayi ini. Seperti apa keluarganya, siapa isterinya berapa anaknya. Sepertinya Raden Panduwinata menyimpan rahasia rapat rapat perihal keluarganya. Seorang orang di Bogor pasti percaya bahwa tuan dan nyonya de boesch tau dan mengenal keluarganya, sebab mereka sudah sering bepergian bersama.
Keluarga Raden Panduwinata seperti rahasia, tetapi ketampanan Priyayi Bogor ini tidak dapat ditutupi. Dia berpenampilan gagah berwibawa, menak yang disukai walau setiap keluar istananya tidak pernah menyertakan keluarganya. Dia menempati istana di daerah Rancamaya yang berhutan lebat, berkeliaran binatang liar. Bangunannya menghadap gunung indah diselimuti kabut tebal yang indah. Dengan kereta kuda atau kereta api, Raden Panduwinata kerap kali berkunjung ke Megamendung. Memang hubungan antara pasangan Tuan De Boesch dan Raden Panduwinata sangat dekat, para pejabat di situ semua tau. Kalau tuan De Boesch tidak ikut, maka Raden Panduwinata hanya pergi Doortje alias nyonya De Boesch. Mereka sering keluar bersama ke daerah perkebunan, ke daerah pecinan, ke pasar pasar tradisional, makan di sana, di restoran yang menyediakan masakann Canton, masakan dengan kuah panas, atau makan rujak buah buah, sayuran mentah dengan saus kacang tumbuk, yang digemari oleh nyonya Doortje Latjuba.
Sering nyonya Doortje yang memaksa Raden bermalam ke Megamendung, setelah pasangan De Boesch berkunjung ke istana Rancamaya.
"Di tempat kami banyak badak jawa. Mereka di tempatkan di suatu tempat di antara dua gunung...." begitu cerita Nyonya Doortje Latjuba
"Ooo ya...menarik sekali.."
Ayoook kita ke sana sekarang...mumpung masih belum siang..Tidak jauh kok..kami menamakan kandang badak, sebab di situ banyak sekali badak, bermain senda gurau, mandi di sungai jernih" Doortje memaksa
Baiklah, tapi bagaimana dengan Tuan De Boesch..?"
Ah tadi sudah aku kabari mau jalan jalan, dia tidak bisa ikut, karena banyak rapat hari ini.."
Baiklah...Tidak keberatan kalau saya membawa anjing setia saya kan.." Raden Panduwinata menggeret tali anjing hitam pekat dengan mata merah mendekat ke Nyonya Doortje.
"wah anjing yang setia dan bagus sekali, bulunya mengkilap, matanya awas dan pasti penciumannya tajam mampu membedakan mana orang baik dan mana yang jahat." begitu kata Nyonya Doortje seolah membisik ke anjing peliharan itu.
"Siapa namanya? "
"Belum ada namanya..." dia anjing yang selalu duduk bawah di kaki, dan ditali di belakang kereta saat berhenti."
" oooo aku kasih nama Pancanaka..sebab dia gagah seperti tokoh yang kukagumi..nampaknya dia penurut pada aku"
"Iya saya juga heran, biasanya anjing ini sudah pasang ancang ancang menggereng menunjukkan giginya, siap ...Ini lihat saja dia malah bermanja, matanya jadi sayu karena elusan. Berarti dia suka dengan nyonya.."
"Juga semua rakyat senang pimpinannya kompak dan menghasilkan perkebunan teh yang mengangkat kesejahteraan masyarakat di situ. "
Hari sudah menjelang malam, ketika Nyonya Doortje dan Raden Panduwinata sampai di kompleks rumah Tuan Johan De Boesch yang sudah disambut si Tuan di Teras rumahnya yang lebar.
"Pasti kalian lelah, ayo makan dan kemudian istirahat.." dengan bahasa akrab dari Tuan De Boesch kepada tamunya. Begitulah persahabatan mereka yang selalu menjadi buah bibir dari kalangan elite di Bogor sampai kalangan rakyat jelata. Persahabatan itu menjadi contoh betapa persahabatan di kalangan elite Pejabat pemerintahan dengan priyayi pribumi.
Suatu pagi terjadi kegemparan. Raden Panduwinata ditemukan tenggelam di kolam renang di kompleks rumah. Ridwan Komil, tukang kebun yang biasa membersihkan kolam renang teriak.
" Tuan Raden!....Tuan Raden tenggelam.." Ridwan berlari kesana kemari seperti orang kesurupan. Akhirnya setelah ditenangkan Ridwan Komil bisa bercerita. Tuan dan Nyonya de Boesch mendengarkan, tapi Ridwan Komil disuruh istirahat dahulu supaya lebih tenang. Tak lama detektif datang, polisi memerintahkan semua orang kluar dari Tempat Kejadian perkara TKP. Polisi kemudian melakukan investigasi memeriksa seluruh tempat di situ, pembantu tukang dan semuanya.
Tuan dan Nyonya De Boesch menunggu hasil investigasi. Masih pada kabar burung konon dari hasil investigasi terjadi perkelahian entah siapa lawan siapa tetapi yang menjadi korban Raden Panduwinata yang ketika itu sedang berenang dan duduk di tepi kolam memandang bulan indah di antara dua gunung.
Juga kabar burung bahwa kematian Raden Panduwinata ada kaitan kedekatan si raden dengan Nyonya Doortje. Seperti apa kedekatan Nyonya Doortje dengan pribumi priyayi asal Rancamata, Seperti apa hubungan dekatnya belum ada yang tau, saat itu polisi sedang menginvestigasi kusir kereta yang sering membawa Nyonya Doortje.
Tempat tempat seperti Kandang Badak, Air Terjun yang mengapit dua gunung, pemandian air panas, pasar tradisional, pecinan, dan tentu saja rumah Megamendung dan rumah Rancamaya menjadi fokus utama penyelidikan. Sementara belum ada yang menjadi terdakwa dalam kasus kematian Raden Panduwinata yang berdomisili di Rancamaya.
Media sudah tak sabar ingin melaporkan kasus yang menghebohkan se wilayah Bogor dan sekitarnya. Dengan berbekal informasi dari tempat tempat rekreasi, keterangan dari para pembantu, terkumpul data kasus kematian Raden priyayi Bogor itu.
Beberapa hari berikutnya terbit koran harian De Buitenzorg dengan Judul "Misteri di Megamendung" Cerita lebih dahulu mendeskripsikan tempat kejadian, siapa itu korbannya lalu melakukan ulasan, kebanyakan ulasan membahas bahwa Raden itu berada di tempat dan waktu yang salah.
Hanya satu berita kecil di koran lokal yang baru terbit De Sentuls yang bilang "jangan abaikan kemampuan anjing hitam bermata merah".

No comments:

Post a Comment