Penginapan
Malam itu kami terpaksa bermalam di hotel. Sebuah hotel berkamar banyak, dari depan sampai belakang, melebar dan memanjang. Sayang tidak sempat melihat di bagian belakang yang kata resepsionis kamar kamarnya lebih besar.
Kata resepsionis itu kamar kamar kelas vip.
Aku tak sempat berpikir banyak, Kamipun tak sempat melihat, tapi nampaknya hotel ini sudah lama tidak dipakai. Hanya di bagian depan saja yang kelihatannya masih disewakan. Satu kamar di dekat resepsionis dan ada kamar lainnya sejajar di situ. Nampaknya sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan. Bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum.
Hanya hotel itu satu satunya di daerah itu. Ada hotel lain tapi jauh di luar wilayah itu, di kota padahal tidak ada lagi kendaraan umum ke kota. Kami terlambat, angkot terakhir sudah berangkat satu jam lalu.
Bilang ke resepsionisnya, mohon agar diperbolehkan sewa satu kamar saja, hanya untuk tidur. Memang perjalanan ini harus hemat, karena masih panjang perjalanan. Resepsionis perempuan cantik dengan wajah pucat tersenyum tak nampak gigi, hanya bola matanya yang coklat ke biruan nampak ramah sambil mengangguk setuju.
Buru buru kami ambil kunci kamar yang ditunjukkan resepsionis, kunci menggantung. "Resepsionis itu cantik sekali, kok mau ya tinggal di daerah sini..rumahnya di mana, kok malam diijinkan kerja.." kataku
"ah kan belum terlampau malam, ayuk ah.
Selesai mandi dan makan, siap siap mau tidur. Hampir lelap, terbangun karena dengar suara anak menangis di kamar sebelah. Makin lama makin keras.
"Mon...Mon bangun"
Ada apa?
Lu denger siapa anak nangis di kamar sebelah?
Iya...eh tapi kan tadi kita tanya resepsionis, udah nggak ada orang yang nginep di hotel ini.
Itu yang gw heran, hotel kosong cuma kita satu satunya tamu.
Terus siapa ya yang di kamar sebelah....emangnya resepsionis infokan hotel kosong?
Tadi sih katanya begitu...Lu mau ke resepsionis gak?
"..Gw heran hotel kok selimutnya setrip setrip kayak rumah saki, tempat tidur, dari besi, ada sekat kain udah robek robek warnanya kusam, ini beneran hotel tua nggak dipakai lagi...Tapi kenapa kita boleh nginep ya ."
Ah males, udah tidur aja...
Gimana mau tidur, suara tangisan terus terusan, lu dengerin deh sekarang bukan anak anak yang nangis tapi kayak remaja perempuan.
Sekarang malam apa ya?
Malam Jumat, wah jadi merinding, mana malam ini bulan
bulan purnama lagi.
Tadi resepsionisnya bilang apa?
Lho bukannya elu yang ngomong dengan resepsionis...ah kan elo, gw lagi beresin ransel. Gw tadi sempet liat lho ngomong dengan resepsionis. Tapi gak sengaja gw liat lu dan resepsionis dari cermin besar di deket jam dinding, kok kayaknya Lu ngomong sendiri, si perempuan itu nggak ada.
Ah jangan becanda lu ah.
Tadinya mau gw bilangan ssbelum masuk kamar, tapi gw piki otak gw aja yang halusinasi karena kecapekan.
Mon...Mon..lihat tempat tidur kita, ini beneran kayak di rumah sakit. lu cium baunya makin lama makin santer kayak bau obat obat di rumah sakit..kayak bau formalin...ayoo keluar aja, tuh liat cermin itu....kok cermin lemari ada bayangan orang...itu bayangan resepsionis.
Kok ada di cermin lemari....Mon...Mon...kok makin lama wajah jadi aneh...
Om...om...bangun...om...om bangun om berdua kecapean sampe ketiduran di bangku terus teriak teriak..tidur di dalem saja, ada bale bale, di luar dingin anginnya,
Om ngimpi didatengin suster rumah sakit kan...Iya ini dulunya rumahsakit besar, terus terbengkalai. Karena nggak dirawat jadi angker, apalagi di situ, sambil menunjuk pemilik warung bilang ada makam bagi orang orang pegawai rumahsakit, makam tua yang kata orang orang tua disini makam angker.
Gw dan Emon langsung teringat resepsionis bermata coklat. "Itu suster orang belanda" serentak gw dan emon saling pandang. "Mimpi kok kayak beneran..." Kami dua buru buru baca doa, seingatnya yang penting minta selamet.
No comments:
Post a Comment