Cost Benefit Analysis
Pagi tadi mendung, ragu ragu mau ke pasar. Dalam hati berkata harus, sebab persediaan ceker dan kepala sudah habis bis. Ini artinya makanan persediaan buat Celine dan Rongrong, juga si kecil Bleki tidak ada. Ya artinya suka tak suka harus mendapat bahan mentah itu yang tersedia di pasar.
Analisis ngawur mengatakan bahwa hari senin itu biasanya para pedagang belum lengkap alias lengkap, mereka biasa datang senin siang dan baru berdagang selasa. Sekali lagi ini Analisa ngawur, walau saya lebih senang belanja selasa atau minggu sepulang misa di gereja yang lokasinya tak jauh dari pasar.
Hanya beli ceker dan kepala ayam. Lebih baik titip parkir di kios tukang beras. TIdak perlu bayar parkir. Kalau parkir di pelataran pasar bayar. Itu parkir tidak resmi, tidak ada karcis, tidak ada petugas kecuali orang setengah baya duduk di bangku sampai pos polisi yang menagih parkir. Anak buahnya yang menagih, sementara dia hanya duduk saja.
Iya tentu saja rugi menurut cost benefit analysis kalau saya parkir bayar dan belanja hanya dua items saja. Menurut Mamit ekonom lulusan luar negeri. iIni juga menjadi penyebab para tetangga lebih suka belanja di warung atau gerobak sayur yang keliling di kampung. Menurut mereka harga relative sama dan tidak perlu keluar ongkos transport plus tidak perlu bayar parkir. Menghemat dua kali lipat.
“Kalau di pasar sering ke pengen macem macem…maunya irit malahan jadi lebih banyak keluar uang..” dua dari tiga ibu mengatakan demikian. Belanja di gerobak lebih focus.
Menurut Didin, salah satu yang dibahas di pertemuan G20 adalah menekan biaya transportasi, bukan saja ongkosnya yang keluar tetapi mengurangi enerji. Pertemuan itu katanya juga mendorong para milenial dan generasi z untuk memaksimalkan digital. Jadi tak perlu ke pasar terus menerus rutin kalau barang bisa diperoleh melalui komunikasi digital, supplier yang akan mengirim. “Anda order melalui smart phone, kami datang membawa pesanan..” begitu semboyannya.
Soal digitalisasi, online marketing, sudah mulai dilakukan, belum menyeluruh, belum seluruh penduduk Indonesia melek internet, melek online, tapi arah kebijakannya sudah ke sana.
No comments:
Post a Comment