Pohon Mangga
Malam itu kami duduk di pohon mangga, di cabang cabang pohon yang rimbun itu di dekat pos ronda di Benhil. Kami berempat, Junjun di cabang bagian utara, Mumu di bagian selatan, Bonny di bagian barat, aku di bagian timur.
Seperti biasa makin malam cerita mangga semakin seru, di pohon mangga seperti dunia sendiri. Tak ada yang mengganggu, dan tak akan ada yang mengganggu. Butuh syarat fisik yang prima untuk memanjat pohon mangga itu. Dari hari ke hari, bulan ke bulan pohon itu seolah milik kami. Ada papan lebar secukupnya sengaja dibuat untuk tempat makanan bawa dari rumah.Begitulah gambarannya tentang pohon mangga.
Kami yang tiap malam bertengger di cabang cabang itu bukan ngelamun, tetapi saling bercerita, dari cerita umum sampai yang khusus, dari persoalan main gaple sampai mancing, dari mulai jalan jalan ke Air Mancur sampai ke Blok M, dari mulai pendekatan ke seorang gadis sampai pengalaman pacaran.
"jadi lu sampe sekarang masih belum sama dia?", kita berempat janji tidak mau menyebut nama, saling menasihati kalau saja keceplosan atas.
"..sebaiknya nggak usah menyebut nama..."
Yang jelas dia itu juga tinggal di Benhil, tidak jauh, kalo mau dateng ke rumah cewek itu hanya jalan kaki, paling lama sepuluh menit. dengan perhitungan kalo langsung masuk ke rumah cewek itu, perhitungan menjadi tak terkendali kalo cowoknya pake muter muter depan rumah cewek itu, perhitungan boleh jadi bisa satu dua jam, bisa kurang, namun umumnya bisa lebih, bergantung keberanian cowok itu masuk dan nekad menghadapi bapaknya. Memang denger kabar cewek yang diincer kawan gw ini, bapaknya galak banget.
"Belum, cuma gw udah sengaja kasih sinyal sinyal ke dia, tapi belum direspons sinyalnya."
"..Sinyal kayak gimana? " gw, Bonny dan Mumu serentak nanya.
"..Susah jelasinnya...kayaknya kalo baca gerak geriknya udah sama sama seneng sih, cuman belum pas.." Kita bertiga gangguk ngangguk nggak ngerti, dalam hati kayak intel aja liat gerak gerik.
"Jadi kita nunggu berita aja.." Gw inisiatif bertanya
"lu mesti konsultasi sama Bonny, kan dia udah ajeg ama ceweknya." Kata Mumu nyeletuk sambil mainin melodi gitar 'stairway to heaven Led Zeppelin'.
Bonny langsung berkomentar "Gw paling nggak demen lagu Koesplus yang judulnya 'Derita'. " Kata Bonny menegakkan sedikit badannya di sela sela cabang pohon mangga.
"Lah emangnya ada masalah lu ama dia?
"Malah sebaliknya..gw makin sreg aja ama dia...tapi begitu dengerin lagu Derita bikin hati ini jadi sedih aja.."
" apanya yang bikin sedih?"
"Semua di duniiaaaaa....semua di duniiaaaa, tiada yang abadi " langsung Jujun nyanyi bagian irik itu dengan gaya medhoknya Jon Koeswoyo.
Semua ketawa, langsung barengan bernyanyi keras dengan kocokan gitar gaya Koesplus yang keras dan lantang, langsung reff
Walau itu suatu masa
Kan berlalu
Seperti angin
Bertiup di sisiku
Oh...oh
Kini semua
Ku telah mengerti
Semua di dunia
Tiada yang abadi
Ah...ah...ah
No comments:
Post a Comment