Sate dan tongseng kambing
Warungnya ditulis dengan judul Sate dan Tongseng kambing pak Warno. Tulisannya baru saja dibuat, sebelumnya tidak ada judul itu, hanya warung sate dan tongseng yang tiap hari selalu ramai. Buka siang pas makan siang sampai malam.
Judul itu atas usul pelanggannya, sebab kalo buat patokan susah tanpa nama. Harus ada identitas jangan kayak shakespeare "Whats in a name" nanti warung susah dikenali dicari patokannya. ...jadi pak warno mesti membuat nama seiring dengan semakin ramai warungnya..." begitu kata pelanggan yang konon lulusan fakultas sastra.
"Pak kenapa nggak pake judul double U double U..kan pak Warno dan isterinya nama bu Warsih..jadi pas kalau WW...warung WW...kalo dibikin gaya trendy sekarang double U double U"
"Ah mumet mas...gini aja...banyak istilah malah nggak ngerti mas"
"Ini usul saja pak, biar marketnya anak anak milenial, generasi z..", sambil nebak nebak dalam hati apa itu generasi z.
"Kios sebelah jualan pakaian, sepatu dan segala pernak pernik serba bekas. Om yang punya kasih judul Willy's corner. ...laku, banyak anak muda..kayaknya kiosnya mau diperluas, banyak yang dateng...saya jadi kebagian untung. mereka makan di warung saya..."
"Nah kan...kalo ada anak muda udah mampir di sini, pasti jadi rame, mereka kan pake internet, medsos, dalam sekejap jadi rame... "
"Iya mas..nanti rembuk sama ibunya dulu.."
"Iya semoga pak warno dan bu warsih sehat selalu.."
Kalau ditanya pelanggan soal ke khasan sate kambing Pak Warno, dia selalu bilang sate kambing saya asal yogyakarta, dulu waktu bujangan ikut penjual sate di yogya, kata orang khas yogyakarta yang manis. Kalau tongseng itu racikan ibu yang asli Solo, orang banyak bilang pedes dan lombok rawitnya yang diiris iris banyak.
Mungkin ada benarnya kombinasi Yogyakarta dan Surakarta menyatu di warung sate dan tongseng pak warno dan bu warsih. Menyatunya Cita rasa sate Yogya dan tongseg Solo, memang dulunya satu sumber. Sungguh cita rasa Mataram.
No comments:
Post a Comment