Tuesday, 28 February 2023

Ngantuk

 Ngantuk

Bis yang satu ini memang nikmat sekali. Mass transportasi yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup orang kota Jakarta. Bis dengan fasilitas canggih, apalagi dibanding bis tahun 70an yang pengalaman sering kebagian gelantungan di pintu, kalau turun harus ekstra hati hati, "kaki kiri dulu" begitu kondektur alias kenek berteriak setiap ada penumpang turun.
Bis sekarang, duduk, di kursi empuk,sebentar kemudian terasa ngantuk, bisa jadi ketiduran. Apalagi kalo sebelumnya banyak kerjaan, badan penat pengennya istirahat, dapat tempat duduk. Asal jangan mata merem tapi yang dipikirin jadwal abis ini apa, besok apa, semacam to do list. Bikin otak jadi nggak berhenti kerja. Badan jadi tegang yang bikin seluruh tubuh capek, Kalau sudah begini, doa doa semoga pas naik bis ada tempat duduk kosong, duduk dan selonjor sebisanya, kepala menyender. Nikmatnya.
Sayangnya, tidak selalu dapat tempat duduk di bis. Bisa jadi sepanjang perjalanan, dari rute satu ke rute lain, terus harus berdiri. Jarak jauh dan harus berdiri, tangan mencekal gelang gelang yang disediakan untuk pegangan mereka yang berdiri.
Kata orang bijak, walaupun dapat tempat duduk, kalau pikiran galau tetap saja susah tidur. Nasihat orang bijak itu pikiran harus rileks dan santai menghadapi setiap persoalan, kadang perlu dan penting bersandar pada kawan atau sahabat atau teman dekat.
Mungkin gambar hitam putih 4 orang
Semua tanggapan:
UDewo Anto, Nina Masjhur dan 33 lainnya

Pasangan

 Pasangan

Dari jauh saya sudah kasih kode mau memotret lelaki gagah dengan seragam rapih dengan pasangannya. Tapi tampaknya lelaki itu dan pasangannya tidak perhatian, walau terus menerus berulang mengirim kode, si lelaki gagah itu , tetap saja asik memandang pasangannya dengan sorot mata mesra kadang senyum kadang tertawa, entah apa yang dibicarakan dan ditertawakan.
Sampai jarak tertentu, seperti yang terlihat difoto, saya potret mereka, jepret...jepret, dua kali. Saya pikir mereka sadar difoto, eh lagi lagi lelaki gagah dengan seragam gagah tetap asik ngobrol dengan pasangannya dengan muka penuh senyum pepsodent.
Mereka dua melewati di mana saya berdiri. TIdak sedikitpun lelaki gagah berseragam itu melirik. Perilakunya tidak berubah, masih asik saja, pasang senyum satu dengan lain.
Apa ini yang disebut Gatotkaca gandrung dalam dunia nyata. Dengan kesaktiannya kegagahannya kedigdayaannya seperti hampir hilang di momen seperti yang saya foto. Sepertinya lelaki itu sedang kasmaran, seperti Gatotkaca kasmaran tujuh keliling kliyeng kliyeng dengan dewi Pergiwa.
Otot kawat tulang besi seperti tak punya arti. Gatotkaca si tokoh yang sakti mandraguna, yang mampu terbang mencapai langit ke tujuh, menjadi lemah terlarut dalam asmara dan "manut pada kelemahlembutan sang dewi. Gambaran sisi romantis dari lelaki gagah berseragam dengan emblem emas berkilau.
Mungkin gambar hitam putih 2 orang, orang berdiri dan luar ruangan
Semua tanggapan:
UDewo Anto, Nina Masjhur dan 50 lainnya

Jalan jalan di Jakarta

 Jalan jalan di Jakarta

Berangkat dari Halte Cibubur yang lokasinya di seberang mall Cibubur junction. Warga Cibubur dan sekitarnya pasti tahu lokasi mall itu. Rute tujuan adalah BKN (Badan Kepegawaian Nasional) yang lokasinya di Cawang, jalan Mayjen Sutouyo. Hanya rute ini satu satunya public transportation Trans Jakarta (disingkat TJ) dari Cibubur. Siapapun, dari cibubur yang menggunakan TJ ke arah jakarta, akan menggunakan rute ini. Itu juga berlaku bagi saya yang pagi itu bermaksud ke Jakarta, ke daerah Lapangan Banteng, Pasar Baru dan sekitarnya.
Pagi itu, sekitar pukul 11 lumayan banyak Bis TJ berderet. Saya menuju ke bis yang akan segera berangkat. Antri, ada beberapa orang di depan saya. Naik di tangga bis, lalu kondektur memandu, mengatakan "kartu yang anda pegang harus digesek. Ya, betul, itu kartukartu elektronik harus digesekan ke alat yang nempek di samping kiri tangga. Lalu otomatis mendeteksi sampai ada ijin bisa lanjut melangkah masuk ke dalam bis. Sebenarnya cara ini tidak berlaku apabila di Cibubur ada halte bis yang pintu masuknya menggunakan kartu magnetic, dan palang di pintu itu tak akan terbuka kalau seorang tidak menggunakan kartu yang ditempel di setiap pintu masuk.
Masuk ke dalam bis TJ, mata lihat kanan kiri, cari tempat duduk, siapa tahu ada tempat duduk kosong. Ah tentu saja nggak ada, sudah terlambat antri. Iya tidak ada, tempat duduk seluruhnya sudah penuh. Saya berjalan perlahan ke belakang dan nggak ada, sebab sudah penuh. Langsung ke area belakang bis di situ lokasi untuk lelaki.
Dari Cibubur sampai BKN, tidak memotret. Berdiri sambil baca Wa (Whatsapp: alat komunikasi masa kini. Tak perlu bertelponan, hanya kirim pesan tertulis, dan itu paling disukai orang zaman kini.
Sampai di halte BKN bertanya sana sini, ke orang orang yang nampaknya berpenampilan petugas di halte. Saya bertanya ke mana dan bis apa yang mesti saya tumpangi untuk menuju pasar baru atau lapangan banteng. Petugas menjelaskan, beberapa penumpang juga menjelaskan, mungkin gemes liat saya bertanya terus terusan.
"Bapak bisa ambil tutujuan monas atau harmoni, yang mana lebih dulu saja. Kalau di monas, bapak naik ke Harmoni lalu dari Harmoni ke Pasar Baru. Kalau beruntung dapat Harmoni, jadi tinggal ke Pasar Baru.." Seorang penumpang menjelaskan dengan sabar.
"Kalau kurang jelas, liat gambar di dinding di atas pintu ke TJ, ada penjelasannya kok.." Katanya menambahkan.
"Ok ok baik terima kasih.." Rasanya ini yang paling jelas soal rute ke pasar baru. Sambil mengingat ingat tadi satu penumbang menjelaskan dengan gaya bahasa terburu buru. "Ooo kalau ke sana naik ini dulu sampai di UKI, lalu dari situ naik kampung melayu atau Monas terus ganti dengan bis ke Harmoni, lalu dari harmoni ke pasar baru depan kantor pos pusat..."
Tak lama ada bis yang diharapkan. Buru buru mau naik.
" Kasih kesempatan orang yang keluar lebih dahulu.." kondektur berucap kepada semua orang yang antri mau masuk.
Kami masuk, sedikit berdesakan, takut nggak kebagian tempat duduk, atau bahkan pintu bis ditutup karena sudah terlalu padat. Begitu kejadian saat itu. Bis yang kedua, barulah saya dapat masuk. Langsung ke bagian belakang, yang menjadi hak para lelaki. Tidak kebagian tempat duduk. Kalah cepat dengan orang orang yang mungkin sudah ahli pengalaman naik bis. Tau harus masuk dari sisi mana, gesit berkelit menerobos, masuk ke dalam bis.
Saya terus berdiri dari UKI cawang kalau tak salah sampai halte Salemba, Akhirnya duduk di depan UI Salemba. Lumayan, akhirnya bisa kesempatan motret walau dari kaca jendela Trans Jakarta, bis andalan kota Jakarta. Saya foto foto sampai Harmoni. Dari Harmoni sampai Pasar Baru.
Kumpul dengan kawan kawan sambil motrat motret di kawasan lapangan banteng dan sekitarnya, Mengelilingi Lapangan pembebasan Irian Barat, memotret Jakarta kota Kolaborasi? Hah! nggak mau kalau dengan kota Cirebon dengan julukan kota udang, Bogor kota hujan, dan kota kota lain dengan julukan julukannya masing masing.
Saya sih lebih suka menyebut ciri khas kota itu daripada memproklamirkan kota dengan sesuatu yang belum dikenal bahkan oleh warganya. Misalnya Pempek Palembang, Dodol Garut, Pecel Madiun, gudeg Yogya, dan lainnya. Mungkin penting buat pejabat tinggi di kota untuk menonjolkan khas kotanya. Ah pusing.
Puas ngobrol, keliing, motret, lalu pulang, menaiki bis dengan rute seperti keberangkatan. Kembalinya mendapat tempat duduk. Lumayan, perjalanan jauh badan penat, beruntung dapat tempat duduk, sambil bersenandung dalam hati lagu rocker Achmad Albar Bis Kota.
Semua tanggapan:
Yossy Dewi Aglia, Aulia Akualani dan 7 lainnya

Percaturan Politik

 Percaturan Politik

Putih terpaksa harus mengorbankan satu bidaknya untuk menyelamatkan posisi struktural. Sepertinya putih kaget dengan serangan bidak dan perwira hitam yang bertubi tubi.
Sejak lonceng dibunyikan hitam agresif. dan sepertinya putih belum sempat bernapas sudah terjebak dalam perangkap tak terduga. "Jebakan betmen" kalau orang sekarang menyebutnya untuk sebuah rencana yang tak disadari dan tak terduga.
Walau masih dua tahun lagi, tapi dua ahli strategi sudah mengukur ukur mengambil posisi yang sering harus mengorbankan anakbuah untuk menjaga penampilan yang bercitra seperti apa yang disukai orang kebanyakan.
Menatap langit tangan menggapai kanan kiri adalag ilmu yang sekarang sedang trendy.
Pemilihan kata ideologis dengan embel embel cinta rakyat seperti perilaku dalam tindakan dan ucapan yang terselektif. "Jujur merakyat dan sederhana" mirip dengan ilmu merendahkan diri, ilmu padi kiang berisi kian merunduk. Kalau para pengamat mengatakan ilmu itu sama dengan merendahkan diri meninggikan mutu.
"Gimana mas? sepertinya tak ada jalan lain kecuali remis? "
"Ya nampaknya demikian..." jawab ahli strategi lawannya.
"Kita tunggu saja barangkali ada faktor lain yang mempengaruhi gacoan gacoan yang sudah muncul dan siap berlaga...."
"hmmmmm...yang penting ojo kesusu...tapi jangan bisanya gandengan tangan saja"
Mungkin gambar 2 orang, catur dan luar ruangan
Semua tanggapan:
Nina Masjhur, Yossy Dewi Aglia dan 13 lainnya