Tengger
Dukun atau Resi
Penulis sebelum kemerdekaan Itu lebih setuju menyebut pemimpin upacara sebagai Resi, yang konon orang bijak. Pemimpin upacara bukan dukun. Pemimpin upacara itu lebih bicara soal hakikat manusia, alam, masyarakat, moral, etika yang boleh dan yang dilarang, yang suci dan profan, keyakinan dan agama. Dia tak dapat menyembuhkan orang yang sakit. Dia tak mengerti metode penyembuhan. Sementara dukun adalah orang yang menyembuhkan orang sakit. Dengan jampi jampi mengusir pengaruh roh jahat atau dengan tumbuhan berkhasiat.
Dia tokoh masyarakat. Kalau soal ritual atau upacara agama, semua warga tunduk pada perintahnya. Menurut nilai keyakinan, Itu titah yang harus dilaksanakan. Dia pimpin ziarah dan upacara upacara sakral yang amat penting ke seluruh kampung yang mengelilingi brahma, gunung api aktif, yang popular disebut Bromo, Dia pimpin upacara Kasada dan Karo. Dua upacara penting dalam lingkaran hidup komunitas Tengger. Setiap tahun dilaksanakan dua upacara itu hanya dalam bulan yang berbeda. Kasada lebih dahulu, kemudian Karo. Ada pula upacara entas entas dan unan unan.
Upacara
Kasada itu upacara persembahan sesajen atau sesaji kepada Sang Hyang Widhi, membuang sesajinya di kawah Bromo, tradisi tahunan yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat. Upacara diadakan di lautan pasir di kaki gunung bromo yang dinamai poten. Kawah, lautan pasir dan poten komponen penting dalam Kasada.
Karo adalah upacara wujud syukur kepada penguasa jagad raya yang telah menjadikan Joko Seger dan Roro Anteng sebagai Leluhur Bromo dan dua puluh lima keturunannya. Upacara yang padat acara, ada doa bersama, tarian, slametan buka jimat klontong,
Ada pula upacara Entas Entas untuk memperingati mereka yang sudah meninggal menuju keabadian dan Unan Unan, upacara lima tahunan bertujuan bersih desa.
Identitas
Dari tahun ke tahun, masyarakat Tengger melakukan upacara upacara yang kaya improvisasi. Mereka menyebut diri beragama Hindu, keturunan Majapahit, yang menyingkir dari pusat kerajaan Majapahit. Leluhurnya Roro Anteng dan Joko Seger, beranak dua puluh lima, beranak pinak menjadi warga masyarakat yang bermukim di kampung kampung tersebar mengelilingi kawasan gunung Bromo. Demikian menurut legenda dan cerita rakyat yang diwariskan turun temurun. Sampai pada Tengger yang sekarang kita lihat.
Banyaknya upacara yang disuguhkan, bukan semata meramaikan kalender wisata. Rentetan upacara untuk mengkokohkan identitas Tengger agar tidak kehilangan jati diri sebagai bagian dari masyarakat suku yang taat dalam sistem perpolitikan Indonesia paska kemerdekaan. Penting bagi warga tengger untuk memelihara identitas kebudayaan sendiri yang berbeda, tanpa pernah menentang garis kebijakan politik negara.
Menutup cerita
Sewaktu zaman pemerintahan Bung Karno, orang Tengger itu PNI, sewaktu Pak Harto, mereka Golkar. Ketika Megawati menjadi presiden, warga Tengger mencoblos PDIP.
Memajukan Kebudayaan
Ayib pelajar SMA kelas II, menggoyang cepat angklung toel dengan nada nada lincah pindah dari satu nada ke nada lain mengikuti partitur yang sudah dihafal dengan memainkan Symphony no.40 Wolfgang Amadeus Mozart. Itu adalah lagu penutup acara pertunjukan seni musik angklung dari Saung Angklung Udjo (SAU) sore itu.
Penonton berdiri dengan memberi aplaus atas kemahiran Ayib memainkan musik klasik yang tergolong rumit dengan alat angklung toelnya. Sebuah tanda yang penting, bila dilihat para penonton itu mayoritas adalah wisatawan Belanda (Eropa) yang dalam kebudayaan mereka tepuk tangan sambil berdiri adalah bentuk penghargaan yang tulus atas kehebatan pertunjukan yang ditontonnya.
Ayib adalah satu dari sekian banyak murid gemblengan SAU yang mempesona. Tidak menyangka kalau Dia sudah melanglang buana ke berbagai negeri di dunia karena kehebatannya bermain angklung. Bersama beberapa temannya ia mulai belajar angklung sejak TK. Ketekunan dan ketelatenan belajar dan sekaligus apresiasi pada para guru yang membimbing membuktikan bahwa Saung Angklung Udjo (SAU) berhasil melestarikan salah satu seni budaya di Indonesia dan sekaligus memperkenalkan kepada dunia bahwa Indonesia bukan hanya Bali.
Promosi angklung ke mancanegara membuka mata dunia bahwa atraksi menarik juga dapat disaksikan di bumi Priangan. Angklung, alat music terbuat dari bamboo asal Jawa Barat. Cara buatnya sama rumitnya dengan alat musik lainnya.
Bambunya tak sembarangan hanya yang sudah berusia minimal 4 tahun. Tebang tidak langsung dibuat angklung. Prosesnya masih panjang. Setelah ditebang, harus disimpan sampai yakin bamboo tak berair, mata bamboo harus dipapas sampai permukaan rata. Lalu potong sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kemudian potongan bamboo dipisah pisahkan sesuai ukurannya, disimpan selama setahun.
Mulai proses pengaturan bunyi. Rongga bamboo diperiksa, dipastikan bersuara sesuai tangga nada, lalu dilakukan proses penyeteman. Akurasi penyeteman penting sebagai filter terakhir apakah barang yang dihasilkan bisa lolos uji, atau harus disingkirkan. Sampai akhirnya selesai sesuai standar dan dapat dipakai.
Ini belum termasuk pemeliharaannya. Alat musik bambu itu disimpan di gudang pada suhu tertentu, memastikan tak ada serangga yang menggeragoti. Pemeliharaan adalah kegiatan yang sama rumitnya.
Lebih penting dari itu, memelihara angklung adalah memelihara seni. Memelihara seni adalah memelihara artefak pendukungnya Memelihara alat music (artefak) penting supaya alat ini bisa dipakai oleh orang orang seperti Ayib yang keliling Indonesia dan dunia mengenalkan Angklung agar dikenal, sebagai bagian dari seni dan puncak puncak kebudayaan di Indonesia. Sesungguhnya Indonesia bukan hanya Bali.
Gairah Ekonomi Tahun Tikus
Hampir seluruh warteg, warung nasi uduk, warung kelontong, distributor eceran gas dan air mineral di pusat bisnis Kalimanggis yang berada di jalan Pringgodani mulai memanfaatkan pelayanan online. Penjualan tidak lagi sebatas makan di tempat dan take away, atau harus susah payah ambil tukar gas dan galon, tapi juga membuka jalur baru secara online. Para pebisnis percaya semua orang sudah menggenggam android. Dengan memberi informasi online, konsumen lebih mudah menjangkau menu yang disukai dan hanya duduk manis, makanan dan kebutuhan rumahtangga lain diantar sampai tempat tujuan.
Bukan cuma makanan dan kebutuhan rumahtangga, jamu gendong tak mau ketinggalan. Konsumen diberi alternatif jamu saset yang mudah praktis bisa langsung minum, atau beli kemasannya dan diminum kemudian. Alternatif lain jamu racikan sendiri. bukan saset, dibuat sendiri oleh para penjual jamu yang sekaligus peramu jamu. Bisa langsung diminum atau bisa dibeli dalam bentuk botolan. Hanya diinngatkan bahwa racikan itu tak tahan lama. Dua alternatif itu dijual secara online, dan menunjukan grafik yang meningkat.
Ini metode jemput bola, metode kreatif yang sudah membudaya di lingkungan bisnis moderen. Konsumen adalah raja dalam arti harus dilayani sampai di istananya. Sejauh ini cara jemput bola mampu mendongkrak peningkatan omzet. Bisnis konvensional makin ditinggal. Mindset pelaku ekonomi sekarang beda dengan pendahulunya.
Fintech dikelola secara arisan dan simpan pinjam online. Kapital akumulasi melalui arisan dan simpan pinjam memanfaatkan teknologi dunia maya dengan sistem aturan yang ketat. Sampai sekarang masih berjalan dan banyak membantu pengusaha dalam hal dana segar untuk memperluas jangkauan bisnisnya.
Semoga tahun tikus logam membawa gairah pelaku ekonomi Kalimanggis. Sejalan dengan pelakunya, yang melihat peluang di sektor makanan, minuman dan komunikasi informasi justru akan meningkat di tahun ini.
Ini juga diamini oleh pengamat ekonomi dan teknologi tradisional
Otot Kawat Balung Wesi
Si Jabang bayi, Tutuko, saat lahir terbelit talipusat. Tali pusat si jabang bayi bukan tali pusat sembarang. Ini lebih tali pusat dari tali pusat. Menurut sabda para dewa, tali pusat hanya bisa diputus dengan Konta, senjata milik dewa Kahyangan.
Setelah para pendawa bersemedi, topo broto, kusyuk, kuat keinginannya, para dewa tidak tega, mereka turun ke bumi membawa senjata Konta mau menyerahkan ke Arjuna, sebagai perwakilan Pandawa. Sayangnya senjata yang maha dahsyat diserahkan ke orang yang salah. Dewa menyerahkan kepada Karna, komandan gugus tempur Kurawa yang jadi lawan bebuyutan Pandawa.
Arjuna marah, berusaha merebut melalui perang tanding. Arjuna gagal, hanya mampu merebut selongsong senjata Konta. Selongsong dibawa pulang, siapa tahu bisa dipakai memotong tali pusat Tutuka, Untungnya berhasil, malahan selongsong itu masuk menyatu dalam tubuh Tutuka.
Tutuka hidup tumbuh dan berkembang melalui pendidikan yang unik. Oleh ayah ibunya, dia dicemplungkan ke kawah candra dimuka, digodok dicampur aduk dengan berbagai senjata pusaka, sampai suatu waktu menjadikan anak Bima dan Arimbi itu berotot kawat bertulang besi.
Semua senjata pusaka menyatu dalam tubuh membuatnya digjaya, tak terkalahkan dalam setiap perang tanding. Tubuhnya kebal, segala senjata tak mempan menembus badannya. Bahkan sejengkal sebelum menyentuh badan, sudah rontok. Tutuka mampu terbang tanpa sayap, dari ujung barat k timur, dari utara ke selatan, menjaga teritori angkasa, mengamankan alam, Hutan, Gunung, Laut, dan angkasanya dari berbagai serangan musuh
Tutuka jadi garda terdepan. Tidak ada satupun orang yang lolos terbang di teritori angkasa tanpa sepengetahuannya. Jangan coba coba melawan Tutuka yang setelah dewasa berganti nama menjadi Gatotkaca.
Nusantara.. betapa indah
Nusantara.. betapa kaya
Nusantara.. untaian permata
Nusantara.. betapa kaya
Nusantara.. betapa subur
Nusantara.. di katulistiwa
(Potongan lirik lagu Nusantara II, Koesplus)
Segitiga Perak
Mulyo, orang Jawa, Bapak dan Ibunya Jawa. Lahir besar di Karet Tenabang, kena gusuran pindah di Kebon Jeruk, Rawa Belong. Nikah berkeluarga tinggal di kontrakan di Menteng Pulo. Beneran Anak Jakarta. Orang bilang dia Jawa Jawa an. Asal usul Jawa tapi nggak bisa lagi bahasa Jawa. Lebih paham dan medok bahasa Jakarta.
Dia dagang di lapangan kecil segitiga di samping Universitas Atmajaya. Sebelumnya bekerja sebagai Office Boy di salah satu kantor di jalan protokol Sudirman. Dagangannya kopi, kopi susu, three in one, kopitorabika, capuccino, nutrisari semua nya yang serba saset plus rokok. Semua dimuat dalam satu kotak konteiner. Datang pulang dengan sepeda motor, konteiner, termos dan boks es batu dititip warung belakang Mall. Tak jauh dari situ. Menyediakan minuman panas dan dingin, sesuai permintaan pasar katanya. Sudah lama berdagang di segitiga perak. Kebanyakan konsumennya mahasiswa dan karyawan.
“memang kewajiban bersihin tempat di sini yang mang?” tanya saya karena tiap pagi dia yang sering keliatan nyapu sampah dikumpul lalu masukan ke bak sampah kuning hijau merah yang dipantek dekat situ.
“nggak juga sih, saya nggak enak aja sama petugas kebersihan. Selain itu saya risih kalo liat sampahan di mana mana."
"Udah dari pertama dagang ikut bersihin. Zaman Ahok, lebih enak, petugas dating pagi, langsung bersihin, masukin di bak truk."
Ada empat atau lima pedagang yang sama dengan Mulyo, selebihnya ada penjual bakso, somay, soto, nasi ragam lauk, rokok. Makin sore makin banyak pedagang kaki lima.
Di situ, di lapangan segitiga, di samping antara Universitas Atmajaya dan Plaza semanggi adalah "terminal" omprengan. Selalu ramai, Mobil pribadi plat hitam yang berfungsi melayani penumpang jurusan Bekasi, Cileungsi, cibubur. “Beruntung ada “terminal” dagangan laku kata Mulyo dengan mimik muka serius berusaha menjelaskan teori "ada gula ada semut" Di sini tempat terbaik, ada omprengan, ada makanan, ada minuman siap melayani sambil menunggu omprengan datang. Sepertinya alternatif pilihan yangbcocok pula bagi karyawan mahasiswa datang ke situ.
"Alternatif pilihan yang tepat" kata Mulyo.
"Buktinya setiap hari yang datang ke “terminal” bertahun tahun orangnya sama." Artinya cocok di sini, lanjut cerita Mulyo.
"Saya setuju kalo abang bilang tempat ini disebut segitiga perak."
"Kenapa?"
"Kalo segitiga emas buat bisnis kelas kakap, kalo segitiga perak bisnis kelas teri."
Boleh juga bahasa metafora bang Mulyo.
Krupuk
Yang satu ini kelihatannya sepele, hampir tak pernah diperhatikan. Dia luput dari bahasan makanan Indonesia yang amat kaya.
Ketika makanan jadi obrolan, yang dibicarakan Daging, Ikan, Sayuran, diulas dengan kecocokan bumbu. Teknik memasak, mencampur, komposisi bumbu, rempah, dengan bahan utama, bahkan warnapun jadi wacana.
Yang satu ini memang sepele, terlalu kecil dibahas, mudah diabaikan. Padahal yang satu ini mampu menambah selera makan. Barangkali karena bunyi kurang mendapat perhatian dari ahli masak memasak. Atau yang satu ini hanya tambahan tak penting, tersedia bagus, tak adapun tak masalah.
Intinya masakan di Indonesia mengandung rasa yang dominan asam, atau manis atau asin atau kombinasi dari itu. Campuran rempah yang menghasilkan kombinasi nano nano jauh lebih penting dibahas. Apalagi kalau bicara aneka teknik memasak bukan melulu berevolusi tapi juga berdifusi. Masakan dipengaruhi India, Cina, Arab, Eropa dan proses akulturasi antaretnik dan daerah, atau berevolusi karena proses kreatif. Bahan beras menjadi nasi, berevolusi-difusi menjadi ketupat, lontong. Sagu menjadi papeda, jagung, singkong, dan ubi jalar dengan aneka saus yang bervariasi.
Cita rasa memang berhubungan krusial dengan rasa (lidah) dan mata. Namun bunyi rupanya juga menyumbang selera ketika makan. Rasanya kurang mantab kalau makan gado gado tanpa kerupuk, makan masakan minang tanpa jangek. Setidaknya itu pengalaman saya. Di situ sumbangan bunyi pada bahan yang ada di foto (gambar) saat makan.
Angkot
Angkot akronim dari Angkutan kota, alat transportasi umum. Trayek ditentukan meski tak ada halte. Menyetop angkot bisa dimana saja sepanjang itu rutenya. Tak heran kalo angkot mendadak berhenti. Karena sopir melihat orang berdiri di trotoar melambai tangan, memberi tanda dia mau naik angkot.
Sopir angkot harus cekatan, bermata jeli seperti radar yang mampu mendeteksi calon penumpang. Sopir angkot tugasnya lebih berat dari sopir bis. Setiap pinggiran jalan adalah halte yang setiap saat ada calon penumpang. sopir harus punya keahlian nyopir di atas rata rata. Nyelap nyelip, ambil jalur kanan tiba tiba membelok ke ujung kiri, tiba tiba pula berhenti untuk mengangkut penumpang.
Kadang harus melipir, membunyikan klakson setiap sepersekian detik untuk menampilkan kehadirannya. Membaca situasi maksimal bisa dua ratus meter ke depan, ke belakang ke samping. Pada tempat tertentu berjalan lambat, pada tempat lain mengambil jalur paling kanan dengan kecepatan tinggi. Angkot menaikkan menurunkan penumpang di mana saja. Sering dianggap biang keladi kemacetan karena sering ngetem tengah jalan. Angkot adalah kendaraan umum pengganti oplet mulai tahun 70an dengan nama mikrolet penyederhanaan dari mikro oplet.
Sampai sekarang angkot masih tetap berfungsi mengisi trayek trayek jarak pendek. Sampai kapan? Kalau angkot jadi bagian sistem transport kota, maka dia akan terus berfungsi. Semoga saja masih berfungsi dengan pelayanan yang lebih baik. Berfungsi atau tidak, yang bikin jengkel, dan harus kena sanksi tegas adalah angkot yang ngetem kelamaan.
Petruk Jadi Raja
Betulan raja sehari. Tak lama setelah dekralasi, Totok Santoso Hadiningrat dan Kanjeng Ratu Dyah Gitarja isterinya diciduk polisi di kerajaannya Agung Sejagat. Setelah Totok, mulai di upload beberapa raja raja local yang selama ini terpendam. Kerajaan (keraton) Pajang di desa makam haji, kartasura, sukoharjo. Lalu ada lagi keraton Jipang di kecamatan cepu blora. Dua kerajaan yang sudah rata tanah semenjak munculnya Mataram dimunculkan kembali.
Mengaku sebagai keturunan Pajang dan Jipang membangun kembali kerajaannya. Ada pula kerajaan lain, tak tanggung tanggung namanya Kekaisaran Matahari dari Sunda di Bandung. Mungkin mengikuti pakem Jepang, kekaisaran artinya Kaisarnya keturunan Matahari. Barangkali akan ada kerajaan kerajaan lain yang bermunculan setelah terindentifikasi dan dalam sekejap tersebar di medsos oleh kecanggihan android.
Kerajaan dan Raja mendeklarasiikan diri sebagai raja jawa, keturunan kerajaan di zaman kuno yang sudah runtuh. Apa yang terjadi di tanah jawa?
Lakon pewayangan petruk dadi ratu mungkin cocok dijadikan pijakan awal melihat pengennya orang menjadi raja. Mengutip dalam lakon itu.
“Apakah menjadi orang biasa adalah hina? Apakah dengan menjadi raja, hina akan lenyap dengan sendirinya? "
Dengan nada sabar sang semar, ayah petruk bertanya ke petruk yang saat itu sedang memainkan perannya sebagai raja. Petruk gemas dengan perilaku orang orang yang gila jabatan, pangkat, gelar dan lainnya yang sejenis.
Gejala yang sudah meluas di negeri ini. Sudah banyak orang yang gila gelar, jabatan dari mulai gelar kerajaan sampai dengan gelar akademis. Comedian yang namanya menjulang tinggi karena usaha dan semangatnya menghibur khalayak ramai. Dengan atau tanpa ijazah dan embel embel gelar mampu mempesona. Itu dianggap kurang memuaskan, masuk menjadi wakil rakyat, seolah dengan menjadi bagian dari wakil rakyat dia akan mampu menghibur atau menguatkan powernya mengangkat harkat martabat rakyatnya. Itu tak terjadi. Dia malahan tenggelam. Berubah arah, masuk dalam dunia akademis, entah maksudnya butuh pengakuan bahwa dirinya adalah orang pintar? Lalu menempuh cara yang tidak elegan. Komedian itu memalsukan gelar, sebagai syarat mutlak masuk dunia akademis. Ketauan akhirnya namanya tenggelam, sungguhan tenggelam di telan penguasa bumi Antereja.
Kasus menipu diri sendiri dan orang lain semacam ini banyak terjadi. Untuk tetap dipandang, berstatus tinggi, bukan orang biasa, mempertahankan reputasinya di bidang akademis. Apapun cara ditempuh untuk status yang besar pasak daripada tiang. Dunia akademiss sering mengalami, pengajarnya memalsukan karya tulisnya, menjiplak, copy paste punya orang lain. Menerbitkan karya itu mengklaim menjadi karyanya. Beberapa ketauan, mungkin juga banyak yang tak ketahuan. Ambisi membuatnya terjungkal.
Orang-orang entah dari asal usul antah berantah, tiba tiba mengaku punya hubungan darah dengan keraton. Tiba tiba pula mendapat gelar Raden mas, raden ayu, raden ajeng. Pasti gelar itu membanggakan dirinya sebab, di papan nama yang ditempel di dinding teras depan rumahnya ada nama sekaligus gelar kebangsawanan. Tak perlu disangkal. Gelar bangsawan membuat bangga. Sama halnya dengan gelar kesarjanaan.
Tetangga menghabiskan dana yang besar hanya mau menelusuri jejak nenek moyangnya, yang katanya masih ada darah keraton. Memperlihatkan foto dan dokumen seadanya pada orang orang yang dianggap tahu asal usulnya. Asal usul punya implikasi berhak atau tidaknya dia menyandang gelar kebangsawanan. Datang ke keraton Mataram, Solo dan Jogya, mungkin juga membongkar arsip arsip keraton. Tujuannya satu. Apakah dia berdarah biru.
Petruk jadi raja adalah bentuk refleksi penyadaran. Petruk yang semula adalah punakawan, berubah menjadi raja. Sakti mandraguna. Seumur hidupnya dia mengabdi dan tahu seluk beluk kelakuan para tuan tuannya yang sering kali konyol tak masuk akalnya. Petruk paham arti kekuasaan, dan tahu siapa saja yang dianggap bertanggungjawab atas kesemrawutan pemerintahan.
Dia bukannya tak punya kesaktian, bahkan kesaktiannya jauh melampaui para tuannya. Dewa dewa kahyangan dibikin kocar kacir. Dia memporakporandakan, menjungkirbalikan anggapan bahwa penguasa dapat bertindak semuanya. Petruk mengubah dirinya menjadi Raja untuk menghancurkan tatanan yang dianggap ngawur. Raja tidak bisa semaunya. Raja harus menjalankan titahnya demi kepentingan rakyatnya. Petruk tak mau rakyat menjadi korban ngawurnya para tuan. Petruk harus berubah menjadi raja untuk menghancurkan para tuan yang berbuat semaunya.
“saya harus berubah menjadi raja, untuk menghancurkan raja raja yang memerintah seenak udelnya. Kalau hanya punakawan, tidak akan berubah."
“sadarkah kau turut melanggengkan status para tuan. Dengan mengubah status menjadi tuan kau berbuat semaunya.”
“ Kenapa kau tidak menjadi dirimu sendiri.”
“apakah hina menjadi orang biasa?” Semar menutup dialog dari seorang ayah kepada anaknya.
Mereka berdua lalu bersenandung lagu karya saudara jauh, Louis Amstrong “What a Wonderful World.
"Saudara melanggar kode etik." Ini artinya yang bersangkutan melanggar azas nilai tata aturan perilaku. Ada sanksi yang diatur pada pasal pasal turunannya.
Beda dengan kode buntut, yang populer saat togel meraja lela di masyarakat, mungkin juga sampe sekarang masih ada, sebab istilah ini berhubungan erat dengan judi, dan judi, kata orang bijak, sama usianya dengan umur manusia.
Judi buntut, menebak dua angka paling belakang. Makanya disebut judi buntut. Bisa nebak, bandar bayar, salah nebak, bandar untung. Judi itu katanya untung untungan. Ya namanya juga judi. Kan ada istilahnya berjudi dengan hidup. Banyak yang menentang cara berpikir begini. Soal keberuntungan memang rahasia ilahi, tapi manusia kan harus berusaha, untung untungan tapi pake perhitungan. Gitu gampangnya.
Iya, judi itu untung untungan pake perhitungan. Makanya ada kode; kode angka, narasi, supaya jangan asal nebak nomor. Supaya manteb, harus ada second opinion. Baca tanda alam, peristiwa, tafsir mimpi, lalu dicocokan dengan kode, lalu diputuskan pasang nomor. Di sini berpadu, teori probabilitas dan paranormal. Itung itungan matematis plus kekuatan paranormal mempengaruhi angka, dan jampi jampi doa supaya keluar angka menurut maunya. Science, magic dan kepercayaan menjadi satu. Antropolog sudah banyak menuliskan tentang hal ini, pelopornya Malinowski yang menulis etnografi berlandaskan catatan lapangan di gugusan pulau di Trobriand di wilayah Pacific.
Pompa
Sementara pak Jokowi meninjau pompa di Pluit, saat yang bersamaan saya meninjau pompa dragon yang lokasinya berada di pekarangan belakang rumah, dekat dapur di Kalimanggis.
Menurut berita, presiden kita ini mau memastikan pompa berjalan normal. Sementara saya mau memastikan pompa bekerja baik bila sewaktu waktu diperlukan.
Fungsi pompa pluit dan pompa Kalimanggis sama, memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain. Pompa pluit digerakan tenaga listrik, pompa kalimanggis tenaga manusia. Mau flashback sejenak soal apa dan bagaimana pompa sejenis kalimanggis yang pernah dioperasionalkan puluhan tahun silam.
Kalo dulu di rumah bak mandi kosong, anak laki tugasnya isi air di bak mandi. Artinya jam yang ditentukan, sudah siap mengayuh pompa air, lalu air yang keluar dari pompa harus dipastikan mengalir ke bak mandi.
Sore jam tigaan sampe jam lima, agak susah main keluar rumah. Itu waktu isi bak mandi. Kalau ada temen yang manggil manggil ngajak keluar. Langsung bilang, teriak.
"nggak bisa, lagi ngompa, bak kosong."
Rumah di Jakarta zaman 60-70an pasti ada pompa, merek dragon. Terkenal banget, sampe sampe kalo mau beli pompa, bilangnga beli dragon. Semua tau, acuannya satu dan satu satunya. Pompa air. Alat ini pengganti "nimba" di sumur. Fungsinya sama, memindahkan air dari bawah ke atas. Sumur sudah nggak mungkin dibuat di rumah rumah tengah kota, makanya ganti pompa dragon itu. Sumur hanya ada di pinggiran Jakarta.
Orang Jakarta seminggu terakhir paling sering bicara soal pompa, bukan pompa dragon, tapi pompa yang bisa menyedot area tergenang lalu dipindahkan ke sungai. Semakin canggih pompanya semakin cepat surut tempat yang banjir. Dengan perhitungan derasnya air masuk seimbang dengan kekuatan sedot pompa. Begitu cara mikir yang sederhana.
"bukan itu soalnya, pompanya canggih, tapi gak dirawat. Pompa penuh sampahan, mampet gak bisa nyedot, atau kekuatan nyedotnya tidak maksimal. Kalau kejadiannya seperti itu, perlu waktu dibersihin pompa" begitu kata ahlinya. Jelas lah pekerjaan tukang pompa, menjelang musim hujan, mesti dicek untuk memastikan pompa oke.
O pantes, para pejabat bolak balik bicara, "pompa aman, semua titik rawan banjir sudah disediakan pompa yang bekerja dengan baik."
Baru saja berita televisi menyatakan pompa aman, underpass cawang banjir, kendaraan dari jakarta arah bogor tak bisa lewat, sebab sedang dalam pengerjaan penyedotan. Nggak tau apakah pompanya yang tak bekerja baik atau saluran pembuangannya mampet. Alhasil semua kendaraan dialihkan ke jatinegara, putar balik, naik tol dalam kota ambil arah jagorawi, pastinya padat dan macet penuh kendaraan, tapi aman, petugas jalan raya bekerja mengatur lalu lintas. Dalam waktu cepat sudah di jagorawi di arah yang benar.
Menurut pengamatan pompa Kalimanggis- dragon di rumah sudah karatan, diayun atas ke bawah, lalu balik bunyinya kriyek....kriyekk, seperti tongkat pengayuhnya mau patah. Beberapa komponen mesti diganti. Ini yang dikhawatirkan, saat dibutuhkan tak mampu bekerja sempurna. Bisa berakibat meluas, tak ada air buat MCK, kalau sudah begitu, perlu juga ember bersih. Ember yang ada sudah dipake untuk adukan semen. Apa masih ada yang jual pompa jenis ini? Takutnya pas mati listrik, suka gak suka mesti "ngompa." jinjing air diember isi bak, sediakan ember di samping wc. Mungkin juga perlu peralatan lain yang tak terpikirkan. Yang pasti ritme jadi berbeda. Semoga tak terjadi kekhawatiran saya, semua tetap aman terkendali.
Bemo
Hari hari terakhir Bemo beroperasi di depan Stasiun Kota, trayek stasiun kota-pademangan, melalui manggadua.
Bemo mampu bertahan lebih dari limapuluh tahun menyumbangkan sistem transportasi di daerah pemukiman, antarpemukiman, membuka akses pemukiman dengan tempat kesehatan/klinik, pendidikan/sekolah, hiburan rekreasi/bioskop, ekonomi/pasar.
Pengganti Bemo adalah Angkot, Bajaj. Seberapa lama penggantinya bisa bertahan menjaga memelihara keamanan, kenyamanan dan kepuasan warga jakarta menjangkau akses seperti yang dikerjakan Bemo masa lalu.
WA
"Halo bu, dapat info, ibu mau jual kursi betawi. " Saya mengirim whatsapps lalu mengakhirin dengan menyebut nama saya.
"O itu. Iya betul pak. Yang mau jual semua koleksi barang kayu adalah Oma. Oma itu teman baik saya. Dia titipin barang ke saya, soalnya kalo ada yang nanya pake HP, dia bingung pake HP. Jadi komunikasi diserahkan ke saya." Baca wa balasan dari sana.
"O gitu. Kapan bisa liat barangnya bu? Ibu tinggal di mana?"
"Saya tinggal di sentul." Ah puji Tuhan, gak jauh dan gak macet dari rumah.
"Barang yang mau dijual disimpan di jakarta." Wah kirain di Sentul. Udah membayangkan jalanan sepi, dan tak jauh. Sekarang bayangannya berubah seratus delapan puluh derajat.
"Tunggu setelah imlek ya pak, oma sedang merayakan, pasti nggak punya waktu urus barang yang mau jual. Anak cucu n cicitnya banyak."
O iya ya, besok imlekan. Baiklah bu, maaf, palingan senin saya wa ibu, atau ibu bisa wa saya kalau oma sudah tidak sibuk.
Gong Xi Fa Cai
Selamat berkumpul bersama keluarga. Selamat bersuka cita.
Ancang ancang ke Lawang Sewu
Sarapan di penginapan nasi gudeg telor dan krecek. Rasanya sama enaknya dengan gudeg lainnya di daerah Jawa.
“Penginapan ini memang masak gudeg lengkap setiap hari ya mas”
“ah nggak pak, ini hanya ambil dari warung belakang yang jualan skaligus juga terima pesanan” kata pelayan yang sedang bersih bersih ruang depan penginapan.
“makanan di sini hanya gudeg atau bisa ada pilihan lain.”
“tiap hari beda beda pak, ada nasi kuning, nasi liwet. Hari ini memang nasi gudeg.”
“kalo minumnya memang ada pilihan. Air putih dan teh manis hangat. Kalau mau kopi juga bisa dibuatkan. Nanti saya minta ke bagian belakang.”
“Ya saya minta kopi, supaya habis makan minum selesai terus ngopi.”
“Kalau sabtu gini enaknya jalan jalan ke mana mas?”
“Simpang lima, atau ke pertokoan, mall. Di sana rame sambiil liat liat. Apa saja kan ada di sana.”
“Saya mau ke kota tua saja.”
“O iya di sana bagus, bangunan bersejarah dan sekarang sudah banyak yang diperbaiki.”
Berubah pikiran, tak satupun gagasan hasil obrolan di ruang makan menarik minat. Lalu putar haluan, tujuan ke Lawang Sewu. Sampe di sana, beli karcis, masuk, menyusuri jalan setapaknya, masuk dari pintu samping, sampai halaman dalam bangunan ini.
Agak mundur menepi, lalu melihat bangunan menyeluruh, rasanya benar kalo di sebut Lawang Sewu. Pintu Seribu, pintunya banyak sekali. Saking banyaknya dibilang Sewu atau seribu. Ya gak perlu dihitung apakah benar jumlahnya segitu. Sama juga kalau sastrawan menyebut sejuta bintang di langit. Si sastrawan tak menghitung jumlahnya, dan barangkali belum sampai hitungan sejuta sastrawan sudah bingung dan mumet karena kepala harus posisi ndongak.
Lawang sewu adalah museum kereta api, buka menurut keterangan dari jam 7 sampai dengan jam 21. Beberapa pengunjung datang membawa informasi tentang museum, beberapa bergerombol selfi, senang tertawa, beberapa keluarga juga ada, tertib mengikuti arahan pemandu. Ada kelompok fotografi membawa peralatan foto. Kayanya professional, motret setiap bagian dengan telaten dan teliti. Mengambil foto dari berbagai sudut pandang.
Bangunan buatan Hindia Belanda tahun 1904, Kantor jawatan kereta api, pernah suatu masa tak terurus, kemudian diperbaiki dan lalu dijadikan museum Kereta api. Sejarah museum ini, dan kereta api ada di beberapa ruang di bangunan ini. Ada miniature kereta lengkap dengan keterangannya.
Katanya masuk lawang sewu lebih bagus pada malam hari, suasana terasa mistis. Beberapa teman mengatakan demikian. Ada ruang bawah tanah, fungsi utamanya sebagai saluran drainage dan juga mendinginkan ruangan. Namun konon, ruang bawah tanah itu menjadi penjara bagi para pemberontak pemerintah Hindia Belanda. Juga digunakan oleh Jepang untuk menahan orang Belanda.
Kematian yang tragis dari tahanan itu membuat rohnya berontak penasaran, demikian ceritanya. Konon aroma mistis itu keluar dari ruang bawah tanah itu, ada suara suara menyeramkan. Adapula kisah sumur tua, nonik Belanda yang berubah menjadi arwah gentayangan, genderuwo, hal hal yang membuat merinding bulu kuduk.
Pernah pula ditayangkan di program TV swasta dalam acara uji nyali yang mengambil setting di Lawang Sewu. Kisah penampakan kuntilanak yang tertangkap kamera. Konon kabarnya salah satu peserta tewas beberapa hari setelah acara itu. Kisah peserta meninggal setelah uji nyali seperti scenario dongeng yang diramu dikemas jadi bagian kisah seram Lawang Sewu.
“Tapi cerita cerita seram itu, zaman dulu, setelah bangunan ini dipugar, tidak ada lagi suara suara menyeramkan” kata penjual nasi goring gerobak yang sering mangkal jualan di dekat Lawang Sewu.
Mungkin penjual nasi goring juga khawatir kalau hal seram terus menerus diceritakan akan membuat wisatawan tidak mau datang ke Lawang Sewu. Sepi wisatawan, akan mengurangi omzet jualan nasi goring. Mungkin penjual nasi goring belum belajar trik trik bikin orang penasaran.”Makin serem makin laku.”. jangan mengalihkan kisah seram di daerah lain, bisa jadi daerah sini malah sepi.
Lumpia
Lumpia semarang memang tiada duanya. Kulit tepung tipis digoreng sampai kecoklatan dan renyah. Dengan isi rebung campur telur dan ayam-udang membuat aroma mengundang selera tak tertahankan untuk mencicipi.
Tambahan daun bawang beberapa helai, acar timun yang dikupas kulitnya, dan cabe rawit hijau, bukan Cuma pemantas, agar Nampak pantas. Mengunyah lumpia bersamaan dengan daun bawang bikin rasa tambah marem.
Ikon semarang salah satunya adalah lumpia. Sudah terkenal sejak zaman dahulu kala. Konon makanan ini popular sejak ada Ganefo, barangkali juga jauh sebelumnya.
Lumpia asal semarang sudah bisa dibeli di Jakarta.
Beberapa lumpia semarang buka cabang, di hampir semua wilayah Jakarta dan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Mestinya di kota kota besar seperti itu harus ada lumpia semarang yang terkenal melebihi nama pejabat bahkan gubernur di Jawa Tengah.
Nama Lumpia semarang patut disejajarkan dengan nama gudeg Yogya, Dodol Garut, Pecel Madiun. Lumpia dan Semarang sudah menyatu.
Tante Lien, tetangga, acapkali kirim lumpia semarang yang enak rasanya. Katanya itu resep omanya. Dia tidak berjualan. “tak ada tenaga yang bantu” katanya. Sementara sehari hari dia sibuk membantu usaha suaminya. Dia dan suaminya om Hartono punya foto studio. Zaman itu afdruk, cuci cetak foto pasti ke om Har. Sebab hanya dia satu satunya yang punya studio di daerah kami. Ada juga kalau mau cetak di gerobak kakilima dengan mencetak klise di kertas foto dengan pemanas petromaks. Biasanya untuk pasfoto. Bisa tercetak sesuai permintaan. Kualitas hasil fotonya kelamaan akan menguning. Murah tapi rendah kualitas. Waktu itu disarankan kalau cetak foto untuk ijazah jangan cetak di kalilima yang menggunakan petromaks.
Suatu hari tante Lien kirim lumpia, mungkin hari itu sedang tak banyak pekerjaan, atau saat hari besar sehingga foto studio tutup, lupa. Intinya saat saat seperti itu tak perlu membantu suami urusan cetak mencetak foto.
“Mevrouw, ini saya kirim Loenpiya buatan saya buat coba coba”.
Demikian bunyi surat dari tante Lien yang mengeja lumpia sebelum pengumuman adanya EYD. Surat diantar oleh pembantunya ke rumah. Ada sepuluh buah,lengkap dengan saus sambal dan daun bawang. Memang enak buatan tante Lien, yang asli turun temurun dari Semarang. Tante Lien menikah dengan om Har asal Pekalongan. Mereka hijrah ke Jakarta pertengahan tahun 60 an, buka usaha foto studio.
Entah di mana sekarang tante Lien yang mengenalkan lumpia. Apa dan bagaimana rasa Lumpia seringkali mengacu pada cita rasa yang diperkenalkan oleh tante Lien. Tante Lien mengenalkan unsur kebudayaan, pengetahuan, teknologi dan bahasa yang sekarang menyatu dalam pikiran saya. Mengenalkan melalui resep makanan, cara buat dan makan, unsur pendukung makanan yang disebut layak disebut lumpia. Rebung sebagai Unsur penting untuk disebut Lumpia Semarang. Sebab tanpa rebung, bukan lagi lumpia Semarang. Itulah, Tante Lien yang menjadi salah satu agen promosi Lumpia Semarang hingga sekarang terkenal seantero Indonesia.
Kali ini Kota Semarang
Lepas tengah malam kereta sampai di stasiun Tawang, Semarang. Belum berhenti benar di jalur satu, beberapa kuli angkut barang sudah masuk gerbong menawarkan jasa angkut pada penumpang yang kebanyakan bawa barang. Alunan music instrumetal Gambang Semarang dari Loud Speaker Stasiun keras terdengar. Betul, ini Semarang. Siap siap, lepas selimut sewaan penutup badan supaya tak kedinginan sepanjang perjalanan akibat Air Condition yang kelewat dingin. Berdiri, turunkan ransel dan koper kecil dari tempat bagasi di atas tempat duduk.
Dan Kereta berhenti, Gerbong yang saya tumpangi pada posisi di tengah stasiun, dekat pintu keluar. Sementara alunan music gambang semarang masih terus terdengar. Saya turun dari gerbong setelah tangga di pintu di pasang. Penting ini sebab antara gerbong dan lantai cukup tinggi, kaki harus cukup kokoh kuat untuk turun tanpa tangga. Untung tak terjadi seperti itu, tersedia tangga sesuai tinggi pintu gerbong. Mudah melangkah keluar. Perlahan keluar menggendong ransel berat berisi laptop dan setumpukan kertas laporan ditambah koper pakaian untuk seminggu di Semarang. Pengalaman menyejukan menggunakan transportasi umum dengan pelayanan yang memuaskan.
Kereta cepat Jakarta Semarang ditempuh sekitar empat jam tiga puluh menit. Tujuan akhir kereta ini adalah Stasiun Pasar Turi, Surabaya , makan waktu sembilan jam Pilihan jitu buatku, naik kereta api daripada naik pesawat. Lima belas menit sebelum berangkat masih bisa masuk check in langsung naik gerbong cari nomor tempat duduk. Beli tiket tak perlu antri. Pesan online, bayar di ATM, dapat nomor booking, tukarkan dengan tiket di mesin automatis yang tersedia berjejer di pintu masuk.
Ke Semarang untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor cabang, sisanya sudah ada di benak, bahkan sudah seminggu lalu ketika kantor menugaskanku ke kota Semarang. Membayangkan dengan bangunan kuno yang banyak sepanjang jalan kota. Antusias baca buku travel dan google, apa saja yang ada di Semarang, bangunan sejarah, dan kuliner. Pikiran sudah mendahului. Kecepatan Kereta Api tak sanggup mengalahkan imajinasi.
Kereta api bebas asap rokok, demikian pula stasiun. Di area yang pintu keluar masuk di main gate, di kursi tunggu, bebas asap rokok. Perokok masih diampuni, diberi tempat, jauh di ujung stasiun. Bahkan lebih jauh dari wc yang biasanya ditempat yang jauh dari area kerumunan penumpang yang datang maupun pergi. Tempat merokok adalah tempat yang dikucilkan. Acapkali non smokers protes karenan bu asap rokok mengganggu public, bikin sesak napas. Asapnya mengganggu kesehatan pernapasan, konon bisa menyebabkan macam penyakit seperti yang tertera di bungkus rokok.
Tengah malam masuk Semarang, tak ada lagi yang mesti dilakukan kecuali langsung ke tempat penginapan. Penginapan di pusat kota, katanya ini tempat strategis untuk kulineran. “Buka sampai pagi” kata pengemudi taksi. Tak lagi bertanya, cukup percaya saja kata kata pengemudi yang masih muda. Katanya di beberapa tempat ada warung yang buka dua puluh empat jam. Saya menduga itu warung kopi dengan makanan kecil seadanya. Kalaupun ada makanan kemungkinan yang praktis seperti mi instan yang tinggal direbus, tuangkan bumbu saset ke mangkok, lalu campur dengan mi rebus. Siap saji.
“Kalau mau makan, biar saya antar sekalian pak” pengemudi mengulang tawarannya.
“Ah tidak mas.”
“atau butuh yang lain.”
“Apa itu mas”
Dia hanya tersenyum, sayapun ikutan tersenyum.
Tanah Warisan
Salim siang hari sibuk sana sini, menawarkan rumahnya untuk dijual. Ia mendatangi rumah saya, hanya sebentar saja karena tau saat itu pas acara natalan di rumah. Lalu datang ke Pak Heri yang rumahnya sekitar sepuluh rumah dari rumahnya. Pak Heri tetangganya, pengusaha cukup sukses, rumahnya mentereng, paling keren di kampung ini. Pendatang yang cukup lama di kampung ini menempati rumah di tanah keluarga Salim yang dibeli sekitar sepuluh tahun silam.
Salim berharap rumahnya bisa dijual ke Heri. Pikirannya, lebih baik rumahnya dijual ke Heri yang pernah beli rumah dari orangtua Salim
"daripada jatoh ketangan orang lain, lebih baik jual ke orang yang dikenal." begitu alasan Salim ngotot rumahnya dijual ke Pak Heri.
Ketemu Pak Heri, selepas Magrib. Salim cerita perihal rencana menjual rumah. Rumah yang ada di gang, sekitaran kampung, hanya beda RT saja. Jual rumah buat biaya perkawinan anaknya yang paling tua. Selain tak harus merawat dua rumah miliknya.
"rencana sih tiga bulan lagi. Butuh uang buat persiapan." tiga bulan waktunya sebentar belum ada persiapan dana. Anak dan mantu punya penghasilan, tapi dianggapa tak cukup buat acara pesta minimal dua hari dua malam.
"kan nggak perlu mewah perkawinannya."
"kalo cuma akad nikah sih murah, tapi kan kalo kawinan di kampung undang saudara, tetangga, temen. Mesti ada acara dangdut, makan, panitia. Belum lagi yang wajib seperti seserahan. Semua butuh dana."
Tabungannya nggak cukup untuk pesta perkawinan. Tidak bisa hanya mengandalkan sumbangan dari kerabat dekat. Dia yakin akan dapat dana dari bos nya, hanya tak bakalan banyak. Intinya, dana perkawinan seluruhnya harus dari kantong Salim. Makanya dia jual rumahnya.
"Untungnya Pak Heri mau bantu, walau bayarnya tiga kali. Lebih baik begitu daripada langsung dibayar, nanti pas waktunya uang sudah habis."
Anaknya yang mau menikah sudah diwanti wanti supaya menyumbang. Kata Salim, zaman sekarang kawinan bukan cuma tanggungan orangtua.
"anak harus bantu."
"bukannya uang dari anak, orangtua yang bantu seadanya."
"tidak bisa begitu. Orangtua punya kewajiban mengawinkan anaknya. Ini tradisi di sini."
"Kalau anak sudah mau menikah, kita mensyukuri. Daripada luntang lantung bujangan bae. Jadi pikiran orangtua."
Anak Salim kerja satpam, isterinya penjual kue. Penghasilannya lumayan digabung jadi satu.
"sebenernya bapak dan inu mertua yang sudah pengen cepet cepet perkawinan"
"saya bilang tahun depan, lalu sepakat dengan tanggal bulan tahunnya. Tahun depan lumayan lah ada tabungan berdua calon isteri."
Pesta kawinan, mesti diselenggarakan dengan meriah. Mengundang tokoh masyarakat, kerabat handai taulan. Tidak bisa hanya akad nikah saja. Belum afdol, seolah karena semua tetangga se kampung diundang belum "resmi.".
Pak Edi yang mengawinkan anaknya, juga demikian. Menjual tanah warisan orangtua, Pak Maman, hutang dengan jaminan tanah yang belum laku dijual, untuk pesta perkawinan.
Banyak pemilik tanah orang "asli" di sini akhirnya tersingkir. Tidak lagi punya tanah. Padahal orangtua dan kakek nenek mereka dulunya pemilik tanah berhektar hektar. Tahun 90an tanah di sekitar sini dibeli pengusaha property, dijadikan kompleks perumahan elite. Bukan cuma satu dua, sepanjang jalan kiri kanan berdiri perumahan dari harga ratusan juta sampai milyaran.
Di kampung saya para pendatang sudah merambah sedikit demi sedikit tanah dan rumah warga. Tunggu saja, saat ada acara hajatan, sunatan, kawinan, itu saat transaksi jual beli berlangsung. Tanah lima ratus meter, sudah jadi ruko dan kontrakan, sebelahnya seluas yang sama juga sudah pindah tangan ke pemilik yang tinggal di komplek perumahan. Apalagi sekarang sudah banyak kantor, toko, mall yang butuh tempat tinggal untuk pegawainya. Bermunculan bisnis kontrakan. Ada sebagian masih milik orang asli sini, tapi kebanyakan milik pendatang pemodal kuat.
Tanah yang masih relatif utuh adalah tanah wakaf, yang dipakai untuk rumah masa depan warga sini, alias kuburan. Edi, Salim, Maman, dan banyak yang lainnya yang sudah tidak lagi tinggal di sini, masih bersaudara. Ikatan kekeluargaan masih terasa kuat saat ada peristiwa perkawinan. Perkawinan yang membawa dampak lenyapnya tanah waris mereka.
Boleh jadi puluhan tahun ke depan, kampung ini bukan lagi dihuni warga yang dua puluh tahun lalu masih menggunakan bahasa Betawi ora (pinggiran) sebagai bahasa lingua franca.
Yang ini pas buat cuaca mendung
Mampir di warung soto mie, di daerah Munjul-Pondok Rangon. Warung di bawah pohon nangka tua berdaun lebat, tempat parkiran sudah padat dengan sepeda motor. Untungnya masih menyisakan sedikit ruang parkir buat sepeda motor beat ku. Matikan mesin, pasang standar samping, sepeda motor aman terparkir di antara yang lainnya.
Ambil tempat di teras, diduk di kursi plastik di meja panjang. Dua anak muda sibuk melayani pembeli yang datang dalam jumlah lebih sepuluh. Rupanya pulang sholar jumat mampir di warung yang menyediakan soto mie Betawi.
Harus sabar menunggu. Memang tak beberapa lama, giliran saya ditanya "pesan apa pak?"
"soto mi, jangan pake kol dan mi, bihun saja dengan risoles." Tiba tiba punya pikiran, mau es cincau. Keliatan menggiurkan, saat perempuan setengah baya bawa beberapa gelas besar cincau di nampan melayani pemesan. Komposisi warna, hijau, putih dan merah kecoklatan membuat kepengen meluap luap.
Sempat pikiran jadi bingung, soto mi atau cincau. "ah soto mie dulu, cincau berikutnya." Bathinku. Keputusan akhir, pilih soto mie. Lebih cocok soto mie, kuah panas, disantap cuaca mendung.
"soto mie daging atau campur."
" kalo campur, apa saja isinya?"
"daging jeroan tetelan kikil."
"campur ya pa."
"Kuah bening." Warung menyediakan dua macam kuah. Bening dan santan.
"minta minum teh tawar hangat ya." seperti biasa, minuman teh untuk pelengkap makan.
"nggak usah pake nasi bang"
Makan soto mie mengepul dengan emping renyah yang diremas, masukan ke mangkok soto mie, campur aromanya bikin tambah meningkat napsu makan.
Tak lama hujan deras. Untung saja lebih dahulu sampai di warung itu. Menikmati makan berkuah panas waktu hujan terasa lezat. Dengan sambal, bikin megap megap, nggak kira kira pedasnya sambel ini.
Lama duduk di situ, sambil nunggu hujan reda. Soto mi sudah habis setengah jam lalu.
"ada kopi hitam bang, jangan yang saset, tapi racikan."
"ada. Mau kopi kental manis, kental sedang, atau nggak pake gula? Atau mau kopi yang encer?"
"kopi kental sedang."
Hujan masih deras, tapi tak sederas sebelumnya. Semoga saja cepat reda. Sambil menghirup kopi panas. Lumayan juga racikan anak muda itu.
Sejak masuk warung sampai mau pulang, saya perhatikan pembeli soto mie jauh lebih banyak daripada es Cincau. Mungkin karena mendung dan hujan jadinya kurang laku.
Hujan reda, permisi, stater motor, maju mundur, maju mundur, geser kiri kanan menghindar gesekan dengan sepeda sepeda motor lain yang markir kurang rapi, lalu wuss. On the way home.
Petruk Jadi Raja
Betulan raja sehari. Tak lama setelah dekralasi, Totok Santoso Hadiningrat dan Kanjeng Ratu Dyah Gitarja isterinya diciduk polisi di kerajaannya Agung Sejagat. Setelah Totok, mulai di upload beberapa raja raja local yang selama ini terpendam. Kerajaan (keraton) Pajang di desa makam haji, kartasura, sukoharjo. Lalu ada lagi keraton Jipang di kecamatan cepu blora. Dua kerajaan yang sudah rata tanah semenjak munculnya Mataram dimunculkan kembali.
Mengaku sebagai keturunan Pajang dan Jipang membangun kembali kerajaannya. Ada pula kerajaan lain, tak tanggung tanggung namanya Kekaisaran Matahari dari Sunda di Bandung. Mungkin mengikuti pakem Jepang, kekaisaran artinya Kaisarnya keturunan Matahari. Barangkali akan ada kerajaan kerajaan lain yang bermunculan setelah terindentifikasi dan dalam sekejap tersebar di medsos oleh kecanggihan android.
Kerajaan dan Raja mendeklarasiikan diri sebagai raja jawa, keturunan kerajaan di zaman kuno yang sudah runtuh. Apa yang terjadi di tanah jawa?
Lakon pewayangan petruk dadi ratu mungkin cocok dijadikan pijakan awal melihat pengennya orang menjadi raja. Mengutip dalam lakon itu.
“Apakah menjadi orang biasa adalah hina? Apakah dengan menjadi raja, hina akan lenyap dengan sendirinya? "
Dengan nada sabar sang semar, ayah petruk bertanya ke petruk yang saat itu sedang memainkan perannya sebagai raja. Petruk gemas dengan perilaku orang orang yang gila jabatan, pangkat, gelar dan lainnya yang sejenis.
Gejala yang sudah meluas di negeri ini. Sudah banyak orang yang gila gelar, jabatan dari mulai gelar kerajaan sampai dengan gelar akademis. Comedian yang namanya menjulang tinggi karena usaha dan semangatnya menghibur khalayak ramai. Dengan atau tanpa ijazah dan embel embel gelar mampu mempesona. Itu dianggap kurang memuaskan, masuk menjadi wakil rakyat, seolah dengan menjadi bagian dari wakil rakyat dia akan mampu menghibur atau menguatkan powernya mengangkat harkat martabat rakyatnya. Itu tak terjadi. Dia malahan tenggelam. Berubah arah, masuk dalam dunia akademis, entah maksudnya butuh pengakuan bahwa dirinya adalah orang pintar? Lalu menempuh cara yang tidak elegan. Komedian itu memalsukan gelar, sebagai syarat mutlak masuk dunia akademis. Ketauan akhirnya namanya tenggelam, sungguhan tenggelam di telan penguasa bumi Antereja.
Kasus menipu diri sendiri dan orang lain semacam ini banyak terjadi. Untuk tetap dipandang, berstatus tinggi, bukan orang biasa, mempertahankan reputasinya di bidang akademis. Apapun cara ditempuh untuk status yang besar pasak daripada tiang. Dunia akademiss sering mengalami, pengajarnya memalsukan karya tulisnya, menjiplak, copy paste punya orang lain. Menerbitkan karya itu mengklaim menjadi karyanya. Beberapa ketauan, mungkin juga banyak yang tak ketahuan. Ambisi membuatnya terjungkal.
Orang-orang entah dari asal usul antah berantah, tiba tiba mengaku punya hubungan darah dengan keraton. Tiba tiba pula mendapat gelar Raden mas, raden ayu, raden ajeng. Pasti gelar itu membanggakan dirinya sebab, di papan nama yang ditempel di dinding teras depan rumahnya ada nama sekaligus gelar kebangsawanan. Tak perlu disangkal. Gelar bangsawan membuat bangga. Sama halnya dengan gelar kesarjanaan.
Tetangga menghabiskan dana yang besar hanya mau menelusuri jejak nenek moyangnya, yang katanya masih ada darah keraton. Memperlihatkan foto dan dokumen seadanya pada orang orang yang dianggap tahu asal usulnya. Asal usul punya implikasi berhak atau tidaknya dia menyandang gelar kebangsawanan. Datang ke keraton Mataram, Solo dan Jogya, mungkin juga membongkar arsip arsip keraton. Tujuannya satu. Apakah dia berdarah biru.
Petruk jadi raja adalah bentuk refleksi penyadaran. Petruk yang semula adalah punakawan, berubah menjadi raja. Sakti mandraguna. Seumur hidupnya dia mengabdi dan tahu seluk beluk kelakuan para tuan tuannya yang sering kali konyol tak masuk akalnya. Petruk paham arti kekuasaan, dan tahu siapa saja yang dianggap bertanggungjawab atas kesemrawutan pemerintahan.
Dia bukannya tak punya kesaktian, bahkan kesaktiannya jauh melampaui para tuannya. Dewa dewa kahyangan dibikin kocar kacir. Dia memporakporandakan, menjungkirbalikan anggapan bahwa penguasa dapat bertindak semuanya. Petruk mengubah dirinya menjadi Raja untuk menghancurkan tatanan yang dianggap ngawur. Raja tidak bisa semaunya. Raja harus menjalankan titahnya demi kepentingan rakyatnya. Petruk tak mau rakyat menjadi korban ngawurnya para tuan. Petruk harus berubah menjadi raja untuk menghancurkan para tuan yang berbuat semaunya.
“saya harus berubah menjadi raja, untuk menghancurkan raja raja yang memerintah seenak udelnya. Kalau hanya punakawan, tidak akan berubah."
“sadarkah kau turut melanggengkan status para tuan. Dengan mengubah status menjadi tuan kau berbuat semaunya.”
“ Kenapa kau tidak menjadi dirimu sendiri.”
“apakah hina menjadi orang biasa?” Semar menutup dialog dari seorang ayah kepada anaknya.
Mereka berdua lalu bersenandung lagu karya saudara jauh, Louis Amstrong “What a Wonderful World.
Tas
Segala merek ada. Kios jual aneka tas keperluan olahraga; badminton, soccer, basket, gym, jogging, ternama dunia ada disini. Sebut saja, Addidas, Nike, black alligator untuk golf. “tapi ini jarang laku, nggak dipajang, tapi kalo ada yang nanya, ada stok.” Kata pemilik. Katanya orang yang belanja di sini gak ada yang minat golf.
Tas keperluan sekolah, kuliah, kantor juga tersedia. Kebanyakan milih tas ransel, merek merek ternama, misalnya gearbag, neosack, sampai tas merek local seperti eiger, consina.
Tunggu saja kalau keluar iklan tas di televise atau di medsos, dalam hitungan hari sudah bergelantungan, bertumpuk, berjejal barang itu di kios.
Harga? Soal harga disesuaikan kemampuan konsumen.
“Ini asli? Kok murah?”
“Ini asli, hanya bahannya yang diganti dengan bahan yang lebih murah. Kalau mau yang mahal juga ada.”
“Ini mereknya asli?”
“Asli. Merek gak bisa dicopot. Jaitannya kuat.”
Konsumen yang datang ke tempat ini dari penjuru jabodetabek. Ada yang beli untuk keperluan sendiri, adapula untuk dijual. Tahun pelajaran baru, panen buat para pedagang di sini.
Asli atau palsu tak kentara, yang penting bahagia pemakai dan tak kecewa.
Kerajaan Baru
Bayan, tempat lahirnya kerajaan Agung Sejagat mengingatkan bacaan sejarah dan fiksi sejarah. Entah kenapa langsung teringat Tumapel asal muasal Singosari. Tokoh tokoh seperti Ken Arok, Ken Dedes, Tunggul Ametung, Mpu Gandring, Anusopati berada dalam lingkaran kerajaan di sekitaran Malang, Kediri.
Kerajaan yang sejarahnya penuh dengan ambisi berkuasa. Bunuh membunuh, kutuk mengutuk, ramal meramal menjadi bagian pengetahuan buddaya dalam rangka memapankan kekuasaan. Cara cara licik melicinkan jalan kekuasaan dipaparkan dalam kitab sejarah secara transparan.
Raden Wijaya yang juga keturunan kesekian dari kerajaan singosari, tak tahan melarikan diri ke daerah timur, konon menyeberang ke pulau di utara Jawa Timur yang disebut Madura. Dia kembali ke Singosari ndompleng tentara Cina dan Mongol, menghantam raja singosari.
Kekuatan tentara dari utara itu sulit dibendung oleh raja singosari yang sibuk dengan urusan mendamaikan pemberontakan sana sini. Bisa diperkirakan serangan dari luar dan dalam dalam sekejap meruntuhkan singosari. Entah bagaimana ceritanya, R Wijaya lalu menjadi raja, membuat kerajaan baru di daerah lebih ke utara jawa timur menamakan kerajaannya Majapahit.
Kabarnya nama itu berasal dari buah maja yang ditemui raden Wijaya,kemudian memakannya. Buah maja pahit rasanya. Lalu di klopkan menjadi sebuah nama kerajaan yang dibangun dari reruntuhan Singosari. Namanya Majapahit.
Sementara raja baru ini melihat dominasi tentara cina yang masih bercokol di kerajaan Majapahit sebagai duri dalam daging. Sebelum menjadi besar dan kuat harus diusir. Kapan? Sekarang juga. Semakin cepat semakin baik. Rencana disusun rinci rigit, langsung menyerang dan sekaligus mendesak tentara cina sampai pesisir, kepepet terperangkap, yang jalan satu satunya adalah kluar dari daratan. Kocar kacir karena serangan darat dan angkatan laut majapahit menjepit kapal kapal laut cina, dengan kecepatan penuh mereka melarikan diri.
Majapahit Berjaya, belajar dari kerajaan cina yang punya kekuatan angkatan laut, kerajaan ini membuat ibukota baru di dataran rendah, membuat pelabuhan yang banyak sepanjang pesisir utara jawa, mengirim kapal kapal nya menjelajah nusantara dari barat sampai ke timur. Menjaga perdagangan di lautan nusantara. Menaklukan kerajaan kerajaan di seberang, daerah lain. Membangun benteng darat dan laut.
Membuat ibukota yang indah dengan system pertanian dengan kanal kanal yang mampu mengaliri air kebutuhan sawah lading. Sistem transportasi penunjang untuk produksi dibangun dari sentra produksi ke pelabuhan untuk eksport. Transportasi dari ibukota ke pelabuhan dibuat mulus. Barak barak tentara kerajaan dibuat dengan sangat efisien dan efektif untuk menangkal serangan mendadak, atau melakukan ekspansi ke daerah lain. Kekuatan sipil dibangun dengan kuat, kekuatan militer tidak boleh ikut campur dalam urusan politik kerajaan.
Majapahit Berjaya mengandalkan kekuatan darat dan laut. Lautan yang luas menuntut kekuatan angkatan laut yang harus kuat. Membangun kapal besar dan kecil, membangun angkatan laut yang tidak saja mumpuni dalam navigasi pelayaran, tetapi juga mengamankan daerah pantai. Pasukan semacam marinir tugasnya mengamankan daerah pantai sejauh dua ratus mil. Perhitungan agar pendaratan kapal saat ekspansi terjamin sebelum mendirikan barak, gudang senjata di pesisir sebelum menyerang daerah pedalaman.
Masa kejayaan majapahit menurut catatan pada saat Raja Hayam Wuruk dengan patihnya yang terkenal Gajahmada. Konon kabarnya Majapahit dengan kekuatan militer dan system administrasinya menguasai nusantara.
Sayangnya masa kejayaan kerajaan ini tidak sampai lima puluh tahun. Tidak ada catatan yang menunjukkan system penggantian yang ajeg yang hanya disebut pengganti raja adalah anak raja, tak perduli apakah dia mempunyai kecakapan dan pengetahuan mengatur kerajaan. Tak peduli apakah penggantinya mempunyai sifat pemimpin yang bernegara.
Penggantinya terlampau lemah untuk membendung pemberontakan sana sini. Perpecahan internal sepertinya menjadi khas kerajaan kerajaan di nusantara. Majapahit tak terkecuali. Rebutan kekuasaan, menganggap paling benar, berakibat perpecahan. Keturunannya memisahkan diri, mendirikan kerajaan baru. Demak yang berada di pantai, menccoba mengembalikan kejayaan pendahulunya, tetapi gagal, malahan makin menjadi pecah mengecil.
Pemberontakan di Demak terjadi, rebutan anak dan mantu. Adiwijaya dan Aryo penangsang. Dua kekuatan yang saling berebut. Yang satu memerintah kerajaan Pajang, yang lain Jipang. Sama sama ambisi menguasai Jawa. Pajang berkuasa setelah melumpuhkan Jipang. Kerajaan ini juga tak lama. Mungkin karena jadi raja terlampau keenakan lalu lupa pada visi misinya.
Terjadi pemberontakan, yang paling Nampak adalah kerajaan di pedalaman yang dipimpin oleh saudara sekaligus komandan kerajaan Pajang. Bahkan anak, Sutawijaya, ikutan memberontak. Pajang kalah, rakyat lebih memilih kerajaan baru yang dianggap membawa perubahan. Daripada Pajang yang status quo. Alas Mentaok diubah menjadi daerah yang subur menjadikan landasan pertumbuhan kerajaan Mataram. Ini pun tak berlangsung lama, kembali pecah, ada Surakarta dan ada Jogyakarta.
Terus begitu, pemberontakan demi pemberontakan. Kerajaan demi kerajaan dibangun lebih pada memenuhi ambisi pribadi. Memanfaatkan kekuatan asing menyerang saudaranya sendiri. Mengubah kerajaan menjadi Republik bukan berarti semua urusan pertentangan konflik internal selesai. Masih banyak persoalan yang mesti diperbaiki. Masih saja menyisakan perilaku politik yang hanya berambisi pada kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Munculnya kerajaan baru yang bernama Agung sejagat bisa diambil positifnya. Adanya pembentukan kerajaan baru yang konon meneruskan kejayaan Majapahit, mau tak mau membuat kita merefleksi pada apa yang telah terjadi ratusan tahun lalu.
Menampilkan kembali jejak sejarah para elite yang menjadi kunci berjalan tidaknya kerajaan. Kalau mereka yang menjadi kunci pemegang kekuasaan sudah lupa dengan visi misi mensejahterakan rakyatnya, membangun kekuatan menghadapi persaingan global , bisa diperkirakan tak akan lama bertahan. Kalau dalam hati pemegang kunci itu mendasari cara berpikir yang penuh kelicikan, kedengkian, benci , tak diragukan bakalan terjungkal. Pemegang kunci kerajaan jangan selalu bicara soal cinta kerajaan, keutuhan wilayah kerajaan, kesejahteraan rakyatnya tapi tak pernah menerapkan visi misi dalam kegiatan yang nyata dan operasional. Itu artinya hanya lips service saja, kalau demikian maka sejarah akan terus menerus berulang dengan pergumulan yang penuh darah rakyat yang tak berdosa.
Kerajaan baru bukan pamer gelar raja dan ratu, bukan sekedar deklarasi, bukan memoles tentara dengan pakaian mentereng, bukan membuat prasasti prasastian, bukan menengok sejarah sebagai tujuan, Kerajaan dibangun dengan kekuatan rakyat yang sejahtera yang semua elite politik bersatu padu memastikan perbedaan pendapat, bersikap ksatria melaksanakan tujuan bersama menjadikan kerajaan yang bernama Republik Indonesia menatap masa depan dengan lebih baik.
What You See is What You Get
Kalau dulu, pertengahan tahun 80an WS adalah singkatan dari Wordstar. Itu aplikasi pengolah kata yang paling laris di Indonesia, merajai dunia ketik mengetik berbasis komputer. Membuat laporan, pakai aplikasi ini lebih cepat berkali lipat dibanding mesin tik. Begitu mudahnya. Salah ketik jangan khawatir, tinggal blok kata yang salah lalu del. Menghapus kata atau kalimat salah juga bisa pake kursor langkah mundur. Sekejap kata atau kalimat yang salah hilang dari layar monitor.
Saking terkenalnya, istilah aplikasi ini sampe hapal dan kadang dijadikan bahasa sehari hari. Mau keluar, bilangnya kontrol K D, dan lainnya. Motto yang terkenal aplikasi Wordstar adalah What You See is What You Get (wyswyg) dibaca wiswig. Apa yang ada di layar monitor, akan sama setelah dicetak di kertas kuarto.
Seminggu ini WS lebih dikenal sebagai komisioner KPU yang keciduk menerima suap dalam bentuk uang dolar singapore. Berita resminya adalah KPK menangkap beberapa orang, termasuk oknum KPU. Dia diduga menerima suap untuk mengutak-atik kursi anggota DPR Dapil Sumatera Selatan Satu. WS lalu resmi mengundurkan diri sebagai anggota KPU periode 2017-2022 setelah ditetapkan sebagai tersangka dugaan suap.
Oknum ketangkap langsung di"aman" kan, kantornya ditutup, digeledah sana sini, petugas keluar dari kantor itu seperti biasa pakai topi, masker, menyeret koper berisi barang bukti masukan ke bagasi mobil menuju kantor kPk. lalu jubir KPK menjelaskan peristiwa OTT, ada tanya jawab, sekalian menggelar barang bukti.
Semoga segera dibawa ke pengadilan supaya jelas. Jangan dibiarkan kasus ini jatuh ke tangan politikus, bisa digoreng, diframing entah dibikin apa saja yang malahan nggak jelas. Partai yang tersangkut maupun yang tidak, bakalan lebih senang kalau masalah ini tak bertele tele. Semua elite kan selalu bilang menjunjung tinggi dan hukum. Jadi sederhana saja jangan biarkan masalah ini jadi bola liar, nanti malahan berita dengan kenyataan bisa beda.
Saya salut sama teman yang percaya bahwa hukum kita harus seperti wordstar. Bukan karena dia hapal perintah mengetik di komputer dengan aplikasi itu tapi karena motto Wordstar "What You See is What You Get". Berita yang kita lihat di layar monitor tv akan sama dengan kenyataan.
Sejak sekutunya yang raja nya raja dijatuhkan, Amerika selalu menganggap tidak ada yang baik dari Iran. Iran susah gaul, Iran mengucilkan diri sendiri, tapi herannya kalau suruh main ke rumah iran, enggak pernah mau. Ada saja alasannya, masih belum ada waktu yang cocok, masih sibuk nyelesain tugas, rumahnya jauh, faktanya amerika memang gak pernah mau main ke rumah Iran. Sebaliknya Iran juga nggak ada niatan ngundang Amerika main ke rumahnya. Pokoknya dua orang ini Amerika dan Iran dulunya pernah bersahabat, mesra, kalo Iran dicubit, amerika turut merasakan. Sebaliknya juga demikian. Iran BAB amerika bisa cium baunya. Saking deketnya. Jangan coba coba ngompas dagangan Iran, sekejap amerika belain, dihajar yang ngompas. Sudah lebih empat puluh tahun nggak bertemen, amerika dan iran tetep belum damai. Bahkan hubungannya cenderung saling curiga. Setiap Iran kasih sumbangan dibilang mendanai preman, ada bis kecemplung jurang, katanya rem nya disabot iran. Sebaliknya iran ngomel gara gara langganan dagangnya disabot amerika. Gak boleh dagang di pasar, jadinya gelar dagangan di trotoar. Kalo dulu, makanan Iran dibilang makanan paling enak di Timur Tengah. Sekarang, dibilang kelewat manis. Amerika gak cocok selera manis. Iran kesel, bales ngatain, makanan amerika, kelewat asin, bikin darah tinggi, bikin cepet marah. Ada pihak ketiga yang coba damaikan suasana. "Kalo selera makan, ya masing masing aja. Kalau diajak makan di rumah Amerika, ya makan saja. Sebaliknya juga demikian. Nggak perlu ngedumel. Nggak perlu ikut ikutan ngatur selera orang" Kata pihak ketiga. "Kalo ditonjol tonjolin pengennya di rumah amerika ada makanan manis, ya susah ketemu. Makanya cari santainya aja, dapet manis syukur, gak dapet ya disyukuri saja, daripada nggak makan. " Pesen pihak ketiga lewat Whatssapp. "Mau manis mau asin, kan dua orang ini benernya seneng masakan rada pedes. Cari sama nya aja, jadi bisa klop." Gitu kata juru damai. Kan kalo sesama pedagang ribut, pasar jadi ikutan ribut, pembeli dan pelanggan gak dateng, pasar jadi sepi. Kenapa sih masalah gitu aja dibikin ribet, kayak anak kecil aja. Anak kecil aja musuhan gak selama itu. Pagi rebutan mainan, siangnya udah main dan makan bareng dengan mainan dan makanan yang sama. Makanan kiriman Nieke Jahja beberapa tahun lalu. Uenak tenan.
Makanan Iran dan Amerika Serikat
Sejak sekutunya yang raja nya raja dijatuhkan, Amerika selalu menganggap tidak ada yang baik dari Iran. Iran susah gaul, Iran mengucilkan diri sendiri, tapi herannya kalau suruh main ke rumah iran, enggak pernah mau. Ada saja alasannya, masih belum ada waktu yang cocok, masih sibuk nyelesain tugas, rumahnya jauh, faktanya amerika memang gak pernah mau main ke rumah Iran. Sebaliknya Iran juga nggak ada niatan ngundang Amerika main ke rumahnya. Pokoknya dua orang ini Amerika dan Iran dulunya pernah bersahabat, mesra, kalo Iran dicubit, amerika turut merasakan. Sebaliknya juga demikian. Iran BAB amerika bisa cium baunya. Saking deketnya. Jangan coba coba ngompas dagangan Iran, sekejap amerika belain, dihajar yang ngompas. Sudah lebih empat puluh tahun nggak bertemen, amerika dan iran tetep belum damai. Bahkan hubungannya cenderung saling curiga. Setiap Iran kasih sumbangan dibilang mendanai preman, ada bis kecemplung jurang, katanya rem nya disabot iran. Sebaliknya iran ngomel gara gara langganan dagangnya disabot amerika. Gak boleh dagang di pasar, jadinya gelar dagangan di trotoar. Kalo dulu, makanan Iran dibilang makanan paling enak di Timur Tengah. Sekarang, dibilang kelewat manis. Amerika gak cocok selera manis. Iran kesel, bales ngatain, makanan amerika, kelewat asin, bikin darah tinggi, bikin cepet marah. Ada pihak ketiga yang coba damaikan suasana. "Kalo selera makan, ya masing masing aja. Kalau diajak makan di rumah Amerika, ya makan saja. Sebaliknya juga demikian. Nggak perlu ngedumel. Nggak perlu ikut ikutan ngatur selera orang" Kata pihak ketiga. "Kalo ditonjol tonjolin pengennya di rumah amerika ada makanan manis, ya susah ketemu. Makanya cari santainya aja, dapet manis syukur, gak dapet ya disyukuri saja, daripada nggak makan. " Pesen pihak ketiga lewat Whatssapp. "Mau manis mau asin, kan dua orang ini benernya seneng masakan rada pedes. Cari sama nya aja, jadi bisa klop." Gitu kata juru damai. Kan kalo sesama pedagang ribut, pasar jadi ikutan ribut, pembeli dan pelanggan gak dateng, pasar jadi sepi. Kenapa sih masalah gitu aja dibikin ribet, kayak anak kecil aja. Anak kecil aja musuhan gak selama itu. Pagi rebutan mainan, siangnya udah main dan makan bareng dengan mainan dan makanan yang sama. Makanan kiriman Nieke Jahja beberapa tahun lalu. Uenak tenan.
Indonesia versus Inggris Raya
Jacob menggiring bola, masuk jantung pertahanan musuh, kotak katik, mencari kawan di sana, ah terlampau lama menggoreng keburu dicocor lawan. Kali ini gagal serangan, demikian Komentator Sambas, suaranya bergetar, saat kegagalan serangan. Gaya suara ketahuan kalau terdengar sedih dan gembira. Gaya yang selalu memberi semangat pada pemain dan minta doa kepada seluruh penonton di tanah air
Lagi komentarnya "Bola melambung dari tendangan penjaga gawang lawan, langsung mendarat dikuasai kembali. Kali ini dari sayap kiri, Kadir berlari kencang, masuk daerah kota pinalti, umpan lambung, Soetjipto Soentoro berdiri bebas langsung menyundul, dan gol." Stadion berkapasitas seratus ribu langsung sunyi. Tak habis pikir tim nya harus menerima kebobolan demi kebobolan. Hanya suara Sambas yang terdengar keras dan tegas.
Seperti tak percaya ketika pluit ditiup panjang tiga kali, tanda akhir pertandingan. Kita menang telak 5-0 atas kesebelasan Inggeris Raya. Prestasi yang luar biasa dari tim kita. Kerja keras, disiplin, kerjasama tim, Ausdauer menyatu menjadi satu ditunjang strategi menyerang cepat gaya Inggeris dan pertahanan mengadopsi gaya catenaccio Italia. Bagi tim kita pertandingan final ini harus total football. Beneran total, nggak boleh mikir lainnya, but football.
Supporter kita paling banyak sepuluh deret bangku di stadion wembley, lainnya supporter tuan rumah. Kebanyakan pelajar yang sekolah di Inggeris dan sebagian Eropa, ada dari London, Liverpool,Manchester.
Berita dari koran setempat, personel the beatles dan Rolling Stones menyaksikan di antara ribuan penonton.
Televisi Inggeris menayangkan siaran langsung ke seluruh dunia. Ini partai final. Partai neraka kata komentator sepakbola. Beberapa pemain Inggeris diwawancara, kaptennya. David Beckham, pemain kawakan Gery Lineker dan Steven Gerrard
Saat haru ketika kapten kesebelasan Soetjipto Suntoro menerima piala dunia dari Presiden FIFA, Edson Arantes do Nascimento atau lebih terkenal dengan nama Pelé. Siapa yang tak kenal pemain legendaris asal Brasil itu, yang jadi warga kehormatan dunia karena kakinya yang membawa Brazil juara dunia tiga kali.
Soetjipto Soentoro sering disebut majalah soccer sebagai Pele nya Asia, karena kemahirannya menggocek bola, apalagi di daerah kotak pinalti. Dribblingnya unpredictable, lawannya sering terkecoh, tendakan dari segala posisi seperti geledek. Pernah saking keras tendakan itu, biar bola ketangkap kiper, malah kipernya terdorong masuk gawang. Dengan tiga gol, hatrik, dia mendapat bonus piala sebagai pemain terbaik.
Foto bersama seluruh tim mengangkat tinggi piala dunia, berlari keliling stadion lalu melambai tangan ke penonton sebelum lenyap dari pandangan. Sampai bertemu empat tahun mendatang, terbaca di billboard stadion.
Rumah adalah kebijakan penting pemerintah.
Setiap warga negera harus mempunyai rumah. Ingat motto kita sandang pangan dan papan. Sandang Pangan terpenuhi, maka Papan (rumah) pun harus pula terpenuhi. Rumah bukan Cuma untuk warga. Pompa air juga punya rumah. Sebab pompa tak boleh kehujanan, basah. Jadi penting pompa ada rumahnya. Seperti definisi rumah, yakni untuk melindungi penghuninya dari panasnya terik matahari dan basah di musim penghujan. Ada tipe tipe rumah pompa, ada besar kecil dan sedang. Apakah rumah pompa menggunakan ukuran seperti rumah warga, seperti tipe 18, 21, 36 dan seterusnya. Kurang menyimak. Rumah pompa mendapat perhatian akhir akhir ini, tepatnya pas masuk tahun 2020. Hari hari penuh kesibukan konsentrasi pompa. Sebab musim hujan kali ini tidak seperti biasa. Hujannya ternyata ekstrim. Dari laporan atau berita media tidak disebutkan apakah hujan itu masuk ekstrim kiri atau kanan. “hujan kali ini ekstrim, hujan yang terjadi setiap seratus tahun.” Sebagai tambahan dikatakan pula bahwa akibat hujan seratus tahunan, menyebabkan banjir ekstrim ini terjadi seribu tahunan. Demikian penjelasan petugas ronda giliran di pos ronda beberapa hari lalu. Ronda di kampong saya ada siklusnya, maksudnya tidak setiap malam orangnya sama. Setiap minggu ada siklus. Di kampong kami istilahnya rotasi, bergiliran ronda. Jadi ada saatnya petugas ronda tidak ronda pada waktu tertentu. Istilahnya diistirahatkan. Demikian pula pompa, ada giliran jaga ada giliran istirahat. Koordinator yang mengatur, dan mensepakati sampai menjadi roster yang ditempel di pintu, dinding, bahkan wc. Tidak ada excuse, saat mau BAB di pintu masuk terpapar jadwal, pun petugas bisa liat jadwal saat nongkrong buang hajat. Untung saja pompa punya rumah, kalo tidak bakalan kehujanan dan basah, susah berfungsi. Sebagian rumah bukan Cuma kehujanan tapi juga kebanjiran, atau istilah kampong kami, ada genangan air. Air tergenang bukan karena system pembuangan air tidak berjalan dengan baik, melainkan harus antri. Seperti diketahui, dalam tata norma antri, tidak boleh saling mendahului. Kalau dibelakang, maka tidak boleh nyelak ke depan apapun alasannya. Kampong kami memang berhasil mendidik kebudayaan antri. Tidak main main, segala ciptaan yang kuasa harus antri. Air adalah ciptaan penguasa alam. Manusia tidak bisa menciptakan air, hanya sebatas api saja. Untuk memastikan bahwa rumah pompa dipelihara dengan baik, maka secara siklus dilakukan audit, dicek atau pekerjaan pengecekan yang dilakukan secara rutin. Lagi lagi tidak disebutkan apakah rutin itu dilakukan tiap jam, hari, minggu atau bulan atau tahunan. Sepertinya tidak usahlah tau rinciannya. “Biarlah itu jadi tanggung jawab kami.” Kata koordinator ronda. “jika anda puas beritahu teman, jika anda kecewa beritahu kami” sebut koordinator yang kesukaan makan masakan Padang. Intinya rumah pompa ada pekerjaan pengecekan. Bukan Cuma rumahnya yang dicek, petugas penjaganya juga dicek. Apakah terus hadir di rumah pompa, bagaimana system giliran jaga pompa, apakah cukup jumlah orangnya, apakah perlu ditambah, kalau soal dana, tidak perlu khawatir, banyak anggaran taktis, strategis. Anggaran bisa diambil dari sana sini. Kalau perlu anggaran pribadi bisa digelontorkan untuk memastikan system siklus ronda jaga rumah pompa berjalan dengan aman dan terkendali. Maju kotanya bahagia pompanya. Motto Ini harus tetap dipertahankan bahkan terus dikembangkan antisipasi memenuhi tuntutan zaman. Lega rasanya hasil survey di sosmed katanya menunjukkan bahwa semakin kesini semakin indah kota semakin puas warga dan terjamin berfungsinya pompa. Foto: Mohamad Setiawan Pompa yang dirawat secara rutin, memastikan tidak berkarat, karet klep klep tidak bocor, tidak gembos saat dikayuh. Pompa yang setiap saat bisa dipakai baik musim hujan maupun kemarau.
"Saudara melanggar kode etik." Ini artinya yang bersangkutan melanggar azas nilai tata aturan perilaku. Ada sanksi yang diatur pada pasal pasal turunannya.
Beda dengan kode buntut, yang populer saat togel meraja lela di masyarakat, mungkin juga sampe sekarang masih ada, sebab istilah ini berhubungan erat dengan judi, dan judi, kata orang bijak, sama usianya dengan umur manusia.
Judi buntut, menebak dua angka paling belakang. Makanya disebut judi buntut. Bisa nebak, bandar bayar, salah nebak, bandar untung. Judi itu katanya untung untungan. Ya namanya juga judi. Kan ada istilahnya berjudi dengan hidup. Banyak yang menentang cara berpikir begini. Soal keberuntungan memang rahasia ilahi, tapi manusia kan harus berusaha, untung untungan tapi pake perhitungan. Gitu gampangnya.
Iya, judi itu untung untungan pake perhitungan. Makanya ada kode; kode angka, narasi, supaya jangan asal nebak nomor. Supaya manteb, harus ada second opinion. Baca tanda alam, peristiwa, tafsir mimpi, lalu dicocokan dengan kode, lalu diputuskan pasang nomor. Di sini berpadu, teori probabilitas dan paranormal. Itung itungan matematis plus kekuatan paranormal mempengaruhi angka, dan jampi jampi doa supaya keluar angka menurut maunya. Science, magic dan kepercayaan menjadi satu. Antropolog sudah banyak menuliskan tentang hal ini, pelopornya Malinowski yang menulis etnografi berlandaskan catatan lapangan di gugusan pulau di Trobriand di wilayah Pacific.
"Saudara melanggar kode etik." Ini artinya yang bersangkutan melanggar azas nilai tata aturan perilaku. Ada sanksi yang diatur pada pasal pasal turunannya.
Beda dengan kode buntut, yang populer saat togel meraja lela di masyarakat, mungkin juga sampe sekarang masih ada, sebab istilah ini berhubungan erat dengan judi, dan judi, kata orang bijak, sama usianya dengan umur manusia.
Judi buntut, menebak dua angka paling belakang. Makanya disebut judi buntut. Bisa nebak, bandar bayar, salah nebak, bandar untung. Judi itu katanya untung untungan. Ya namanya juga judi. Kan ada istilahnya berjudi dengan hidup. Banyak yang menentang cara berpikir begini. Soal keberuntungan memang rahasia ilahi, tapi manusia kan harus berusaha, untung untungan tapi pake perhitungan. Gitu gampangnya.
Iya, judi itu untung untungan pake perhitungan. Makanya ada kode; kode angka, narasi, supaya jangan asal nebak nomor. Supaya manteb, harus ada second opinion. Baca tanda alam, peristiwa, tafsir mimpi, lalu dicocokan dengan kode, lalu diputuskan pasang nomor. Di sini berpadu, teori probabilitas dan paranormal. Itung itungan matematis plus kekuatan paranormal mempengaruhi angka, dan jampi jampi doa supaya keluar angka menurut maunya. Science, magic dan kepercayaan menjadi satu. Antropolog sudah banyak menuliskan tentang hal ini, pelopornya Malinowski yang menulis etnografi berlandaskan catatan lapangan di gugusan pulau di Trobriand di wilayah Pacific.
Tukar Guling
Darsono punya kebun mangga, macem macem jenis mangga. Mula mula hanya sepetak saja, tapi karena rajin, mangganya laku keras, lalu beli lahan kebun lain di tanam mangga dan juga buah buah lain, seperti rambutan, nangka, cempedak, duku, manggis, dan lainnya. Bisnisnya laku, anak buahnya banyak.
“mulainya memang berat, harus ngajarin anak buah cara tanam, pembibitan, pupuk, panen dan sekitarnya. Sekarang sudah pada pandai, jadi nggak usah disuruh, sudah tau apa yang mesti dilakukan.”
Darsono hanya duduk, itung omzet, pengawasan melekat, gajian, fasilitas lain supaya anak buah betah, selebihnya anak buahnya yang urus. Neraca perdagangannya meningkat dari tahun ke tahun, sampai dia disebut Raja Buah.
Di kampong sebelah ada Rohmat, juga punya kebon dengan buah yang sama dengan darsono. Hanya lahannya lebih kecil. Hasilnya juga lebih kecil disbanding darsono. Tahun ke tahun hasilnya makin kecil, pasar rohmat makin lama makin dikuasai darsono. Akses transportasi makin sulit bagi Rohmat.
Dua saingain itu susah damai, satu menyalahkan yang lain. Kekuatan darsono terlalu kuat, sementara Rohmat sulit menjalankan bisnis kebunnya. Sana sini sudah di blokir. Akhirnya ada jalan damai.
“Mat, daripada saingan terus menerus, bisa bisa kita sama sama nggak untung, gimana kalo kebon milikmu saya tuker dengan lahan saya, belum ekonomis tapi punya masa depan yang bagus." Begitu rayu Darsono.
"Lokasinya di utara kampong ini.” lanjut Darsono, sambil cerita potensi lahan itu. Kurang lebih seperti itu ajakan Darsono kepada Rohmat. Rohmat menawar, rada gengsi kalo langsung terima.
"boleh gak kalo saya dapet kebon buah yang sama, biar rada jauh juga nggak apa apa.” coba nego ke Darsono.
Jangan lah, percayalah, lahan yang di utara lebih luas dan lebih bagus, pinggir pantai, bisa bangun toko, ruko, transportnya juga gampang.” Kata Darsono.
“Okelah, bikin surat segel, perjanjian tukar guling.” setelah Rohmat tak ada pilihan lagi.
Rohmat setuju. Dalam hatinya, berucap iya ya siapa tau rejeki bukan bisnis di kebon tapi di toko, sambil harap harap cemas.
Persetujuan kesepakatan dibuat di kelurahan, ada saksi saksi yang juga tanda tangan. Rohmat meninggalkan kebonnya, lalu pergi ke Utara untuk mulai harapan baru.
Demikianlah cerita sederhana perbandingan tukar menukar bisnis antara perusahaan Belanda dan Inggeris yang berebut kebun Pala di Banda Neira, Maluku Tengah di Timur Indonesia. Inggeris menyerahkan pulau Run, salah satu pulau dalam gugusan kepulauan Banda Neira. Sebagai gantinya Inggeris mendapat lahan milik Belanda di Manhattan lokasi yang sekarang menjadi negara Amerika Serikat.
Cerita yang masuk kategori Fiksi.
Gudeg-Kalimanggis
Rasa dan aroma bisa disamakan dengan Gudeg yang terkenal di kota Jogya. Lengkap, ada krecek, ayam, telor, persis seperti kalau bawa oleh oleh gudeg jogya. Bukan cuma itu, jajan pasar, klepon, lopis, wajik, bubur candil juga disajikan.
"banyak yang nanya, makanya skalian jualan aneka makanan dan jajan tradisional." kata bu Maryo sembari melayani pelanggan yang antri. Pelanggannya tinggal tunjuk, bu Mar ambil, masukan di daun, lalu bungkus. Ada yang membantu urusan bayar membayar.
"jual bakpia bu?"
"Nggak pak, repot nggak ada tenaga yang bantu."
"mas nya orang Sumatra senang gudeg?"
"bolak balik jogya bu, sekali kali pengen masakan jogya, kangen."
"jangan jangan suatu saat tempat ini dijuluki kampung gudeg"
"ah ya nggak lah mas"
"ini pake krecek dan telor ya" sambil menanya ke pembeli antrian terdepan.
Ibu Maryo mungkin gak nyadar, kan ada juga gudeg solo, gudeg semarang, pekalongan, wonogiri. Di Jogya juga ada gudeg Sleman, Bantul yang deket makam imogiri. Gudeg Gunung Kidul, gudeg Kulon Progo.
Di Jakarta ada gudeg cikajang, pejompongan. Siapa tau Gudeg Kalimanggis menjadi kesohor, didatangi pejabat, artis, selebritis. Namanya bisa disejajarkan oleh penjual gudeg pendahulunya yang sudah beken.Jadi penjual, pengusaha harus optimis dan kreatif. Pakem menunya adalah gudeg, ayam, krecek, telor, bisa dimodifikasi tidak melulu klasik, lalu optional sausnya santen, tahu dan tempe bacem, dan pastinya lombok (cabe) rawit. Nulis gini jadi laper.
US versus Rusia
Kapal Induk USS Bobby Fischer dan Kapal Selam Tenaga Nuklir Russia Boris Spassky lego Jangkar di luar Pelabuhan Tanjung Priok. Kapten dan awak kapal berdiri berbaris di geladak, dengan pengeras suara mengucapkan Selamat Tahun Baru pada warga DKI.
Dengan tatakrama internasional dua negara adidaya itu berpidato silih berganti. Agak sulit menerjemahkan kata demi kata, tapi intinya diakhir pidato minta maaf, seharusnya mereka tiba pas tanggal 1januari, tetapi karena masalah teknis baru tiba sekarang.
Dengan kapal kecil perwakilan dua negara itu sandar di pelabuhan. Ngobrol resmi dan tak resmi. Wartawan yang sejak beberapa jam menunggu, tak sabar mewawancarai mereka.
"Sir, kenapa telat, orang bule biasanya tepat waktu.?"
"Sebenernya kita udah nyampe dari semalem, tapi tiba tiba kitiran macet, kapal mogok"
Lalu, menurut cerita kapten kapal suruh periksa sana sini dari ruang ke ruang, ruang mesin, ruang nahkoda, aman, sampe keliatan lampu merah nyala kedap kedip di bagian kitiran diiringi bunyi det..det..det. kapten segera tahu masalahnya, kemudian beliau beritahu ke komandan pasukan, komandan perintahkan pasukan katak, satu kompi nyelem, benerin kitiran.
"Kalo anda masalahnya apa, kok juga telat, barengan lagi dengan kapal Induk?" tanya wartawan rada curiga, jangan jangan ada konspirasi.
Pake bahasa Russia, untungnya wartawan kita lahir gede di moscow, jadi ngerti bahasa Moscow kota dan kampung.
"problem ogut sokam jae, kitiran tiba tiba bampet, nggak biasanya sih." Katanya setelah dicek, dengan alat deteksi canggih, emang keliatan kitirannya belibet sesuatu yang macet, " lama juga benahin, komentar komandan pasukan katak, udah kayak benang kusut."
"tadinya kirain ada oktopus raksasa, ternyata bukan."
"jadi, sampe kitiran macet penyebabnya apaan?"
"Sampah Plastik" berbareng mereka menjawab.
Pompa
Sementara pak Jokowi meninjau pompa di Pluit, saat yang bersamaan saya meninjau pompa dragon yang lokasinya berada di pekarangan belakang rumah, dekat dapur di Kalimanggis.
Menurut berita, presiden kita ini mau memastikan pompa berjalan normal. Sementara saya mau memastikan pompa bekerja baik bila sewaktu waktu diperlukan.
Fungsi pompa pluit dan pompa Kalimanggis sama, memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain. Pompa pluit digerakan tenaga listrik, pompa kalimanggis tenaga manusia. Mau flashback sejenak soal apa dan bagaimana pompa sejenis kalimanggis yang pernah dioperasionalkan puluhan tahun silam.
Kalo dulu di rumah bak mandi kosong, anak laki tugasnya isi air di bak mandi. Artinya jam yang ditentukan, sudah siap mengayuh pompa air, lalu air yang keluar dari pompa harus dipastikan mengalir ke bak mandi.
Sore jam tigaan sampe jam lima, agak susah main keluar rumah. Itu waktu isi bak mandi. Kalau ada temen yang manggil manggil ngajak keluar. Langsung bilang, teriak.
"nggak bisa, lagi ngompa, bak kosong."
Rumah di Jakarta zaman 60-70an pasti ada pompa, merek dragon. Terkenal banget, sampe sampe kalo mau beli pompa, bilangnga beli dragon. Semua tau, acuannya satu dan satu satunya. Pompa air. Alat ini pengganti "nimba" di sumur. Fungsinya sama, memindahkan air dari bawah ke atas. Sumur sudah nggak mungkin dibuat di rumah rumah tengah kota, makanya ganti pompa dragon itu. Sumur hanya ada di pinggiran Jakarta.
Orang Jakarta seminggu terakhir paling sering bicara soal pompa, bukan pompa dragon, tapi pompa yang bisa menyedot area tergenang lalu dipindahkan ke sungai. Semakin canggih pompanya semakin cepat surut tempat yang banjir. Dengan perhitungan derasnya air masuk seimbang dengan kekuatan sedot pompa. Begitu cara mikir yang sederhana.
"bukan itu soalnya, pompanya canggih, tapi gak dirawat. Pompa penuh sampahan, mampet gak bisa nyedot, atau kekuatan nyedotnya tidak maksimal. Kalau kejadiannya seperti itu, perlu waktu dibersihin pompa" begitu kata ahlinya. Jelas lah pekerjaan tukang pompa, menjelang musim hujan, mesti dicek untuk memastikan pompa oke.
O pantes, para pejabat bolak balik bicara, "pompa aman, semua titik rawan banjir sudah disediakan pompa yang bekerja dengan baik."
Baru saja berita televisi menyatakan pompa aman, underpass cawang banjir, kendaraan dari jakarta arah bogor tak bisa lewat, sebab sedang dalam pengerjaan penyedotan. Nggak tau apakah pompanya yang tak bekerja baik atau saluran pembuangannya mampet. Alhasil semua kendaraan dialihkan ke jatinegara, putar balik, naik tol dalam kota ambil arah jagorawi, pastinya padat dan macet penuh kendaraan, tapi aman, petugas jalan raya bekerja mengatur lalu lintas. Dalam waktu cepat sudah di jagorawi di arah yang benar.
Menurut pengamatan pompa Kalimanggis- dragon di rumah sudah karatan, diayun atas ke bawah, lalu balik bunyinya kriyek....kriyekk, seperti tongkat pengayuhnya mau patah. Beberapa komponen mesti diganti. Ini yang dikhawatirkan, saat dibutuhkan tak mampu bekerja sempurna. Bisa berakibat meluas, tak ada air buat MCK, kalau sudah begitu, perlu juga ember bersih. Ember yang ada sudah dipake untuk adukan semen. Apa masih ada yang jual pompa jenis ini? Takutnya pas mati listrik, suka gak suka mesti "ngompa." jinjing air diember isi bak, sediakan ember di samping wc. Mungkin juga perlu peralatan lain yang tak terpikirkan. Yang pasti ritme jadi berbeda. Semoga tak terjadi kekhawatiran saya, semua tetap aman terkendali.
Sate dan Kere
Itu dua kata yang terpisah. Masing masing mengandung makna. Sate, potongan kecil daging sapi atau ayam ditusukan ke sebatang bambu sebesar lidi, lalu dibakar panggang di bara api. Kere maknanya lain lagi. Mengacu pada golongan miskin, bahkan miskin banget. Dua kata itu disatukan dimaknai menjadi makanan (sate) untuk golongan miskin. Barangkali karena bahan atau dagingnya berkualitas rendah dan menjadi murah harganya, bisa dijangkau oleh kalangan bawah. "Itu bukan daging" kata kawan saya yang sering nongkrong sepanjang Malioboro. "Itu oyot dan gajih" katanya melengkapi keterangan soal daging sate. Gajih maksudnya adalah lemak. Jadi bukan beneran daging. Barangkali orang Jakarta menyebutnya tetelan. Apakah sate kere hanya dikonsumsi golongan kere? Nggak juga. Kata kawanku, rombongan turis sekeluar dari pasar Bringharjo menyerbu sate ini. Entah karena kelaperan berlama lama di dalam pasar, entah memang ramuannya, membuat aroma wangi sate menyebar kemana mana mengundang selera. Memang cocok jualan sate di pelataran depan pasar itu. Sepertinya penjual punya instink, di tempat itu sangat strategis berjualan. Penjualnya perempuan, ibu, duduk di dinklik, menghadap bakaran bara arang, mengipasi, sampai sate siap makan. Katanya ada sate jenis lain, namanya sate Plero. Belum pernah coba, hanya diberitahu lagi lagi oleh kawan saya yang sering mondar mandir motrwt di trotoar Malioboro. Apakah di Malioboro tersedia, sate deriji, khasnya tusuk satenya dari jari jari roda sepeda. Khas banget yogyakarta. Trotoar jadi tempat berjualan bukan cuma sate, ada aneka makanan siap saji khas Jawa. Gudeg Krecek, pecel, telor, tahu tempe yang dibacem alias warnanya coklat tua. Minuman wedhang ronde, es dawet, kopi teh di gerobak angkringan. Penjualnya menggerombol depan gerbang pasar Bringharjo yang menyediakan perangkat pakaian, kain blankon, surjan, beskap, aksesoris, barang antik tradisional, jamu, akar dan daun herbal pun tersedia, dari kelas mahal sampai murah. Pasar "one stop shopping" yang terkenal sejak zaman dahulu kala. Foto: Mohamad Setiawan
Sampah
Sampah lagi lagi jadi bahasan di kampung saya. Soal ini mula mula diinisiasi oleh Armen, di pos ronda. Dua tiga malam lalu, dia marah dengan tetangga yang tinggal di bagian atas. Katanya rumah rumah bagian atas buang sampah di got.
“Sampah dibuang ke got, bikin banjir rumah yang di bawah."
"Kalo cuman sampah daun sih masih gampang, diserok angkat ke atas taro di pekarangan bisa jadi pupuk”
“Ini yang banyak sampah plastik. Gak ancur, gak bisa jadi pupuk.”
Sampah plastik dari tetangga Armen di bagian atas dianggap jadi sumber mampetnya got depan rumah Armen. Karena Tiap hujan rumah armen yang berada lebih rendah dari permukaan got depan rumahnya jadi kena banjir. Bukan cuma rumah, bangunan serba guna punya masjid juga tergenang. Tiap musim hujan ada pekerjaan ekstra, serokin sampah di got. Sampai dia geram.
Armen mengusulkan ada pertemuan lingkungan RT dan
RW. Melalui media sosial minta ke ketua RT membuat rapat bahas soal sampah.
“Soal sampah dan banjir sudah berkali kali rapat. Tahap berikutnya yang susah. Tahap perilaku buang sampah sembarangan yang tak berubah sejak dulu”
Berulang kali Pak RT di WA mengingatkan jangan buang sampah sembarang, apalagi sengaja ke got. Menggerakan, mobilisasi kerja bakti warga, setiap dua minggu sekali, bisa jadi sia sia.
“Hanya sehari dua hari bersih, lalu got kembali berisi sampah plastik.”
Selama perilaku tak berubah, susah mengharapkan got tak mampet yang bikin genangan air makin meluas. Apalagi berharap tak banjir di rumah rumah bagian bawah. Benar kata Pak RW, mentalitas mau enak sendiri masih jadi karakter warganya.
“warga kita masih jauh punya rasa tanggungjawab sosial. Bagi orang orang seperti itu, asalkan sampahnya tidak di depan rumahnya berarti aman.” Harus ada revolusi mental,lagi lagi kata pak RW yang sudah beberapa kali mendapat kursus karakter bangsa.
Pendadaran revolusi mental di jajaran pejabat dari lingkungan terendah di Kelurahan masih nggak mempan mengatasi soal sampah. Ada rencana dari kelurahan menyediakan bak sampah dan pengangkutannya, setelah pelebaran got dan menutup atasnya dengan beton agar tak masuk sampah. Kabar gembira ada fasilitas yang lama ditunggu.
Optimis rencana kelurahan itu bakalan menjadi kenyataan. Fasilitas tambahan untuk problem sampah menemukan titik terang. Hanya diingatkan oleh Pak RW, fasilitas itu hanya pendukung, yang utama adalah sikap perilaku warganya.
Soal sampah bukan monopoli kampung kami, di kampung sebelah yang kompleks perumahan juga resah dengan banyak sampah plastik. Yang mereka tahu tukang sayur keliling kompleks itu banyak memakai plastik, jadi bak sampah setiap rumah di kompleks itu jadi penuh sampah plastik.
“Ngeri begitu banyaknya kami konsumsi plastik, untuk bungkus ini itu. Tanpa kami sadari.” Pengakuan ibu pekerja, yang mengandalkan manajemen rumahtangga ke pembantu yang dipercaya.
Menurut si ibu itu, pengurus RT sudah melarang tukang sayur membungkus sayur, ayam, ikan dengan plastik. Konsumen diharuskan menyediakan tas belanja supaya tukang sayur langsung masukan belanjaan ke tas itu.
“Ada yang patuh, lebih banyak yang belum. Majikan seolah gak punya waktu mengajari pembantunya jangan konsumsi plastik berlebihan.”
Problem sampah plastik yang utama adalah sikap dan perilaku. Kalau majikan masa bodoh, jangan harap pembantu akan patuh mengurangi konsumsi plastik.
“Setiap minggu supermarket masih menyediakan plastik kresek untuk belanjaan. Ini karena konsumennya tidak bawa tas belanja. Kadang pelayan menawarkan pakai kardus, dan tak semua orang ditawari, hanya pada orang yang biasa minta kardus.”
Konsumen, pelayan supermarket punya tanggungjawab yang sama soal penggunaan tas plastik,kata seorang fasilitator kelurahan.
Di Bali, semua supermarket tidak menyediakan tas plastik. Kalau tak bawa tas, diwajibkan membeli tas kain. Ini mesti ditiru, sebab dengan cara ini perilaku sedikit demi sedikit bisa berubah. Berkali kali diberitahu bahwa tumpukan sampah plastik potensi menyumbat got. Bisa dibayangkan sumbatan itu membuat air mengalir ke bukan salurannya, apalagi di musim hujan yang ekstrim.
Empat kali pertemuan lingkungan tempat beribadah membahas soal sampah plastik. Mulai dengan mengutip ayat pada Kitab Suci yang intinya kewajiban manusia memelihara, merawat, menjaga lingkungan yang telah diberi Tuhan kepada umatnya. Dari konsep yang abstrak itu salah satunya menjadi jangan buang sampah sembarangan.
Seorang ibu peserta pertemuan membantu pemulung mengumpulkam sampah di lingkungan perumahannya. Pemulung disuruh memisahkan sampah yang masih bisa didaur ulang dan yang beneran sampah. Dia juga mengumpulkan sampah eletronik, batere, disuruh pemulung mengumpulkan dibeli, lalu dikirim ke salah satu lapak elektronik.
“Daripada saya nganggur di rumah, ya mending bantu yang bermanfaat bagi orang banyak.” Sudah lebih lima tahun kegiatan dilakukan. Katanya, apa yang dilakukan hanya memberi efek palingan satu lingkungan RT. Ia optimis, biar lingkup kegiatannya hanya satu rt, kalau lingkungan lain juga melakukan hal yang sama, efeknya akan berlipat lipat.
"walaupun warga rt tak seluruhnya patuh, saya tetap berusaha dan berdoa." katanya perjalanan program sampah masih membutuhkan waktu dan semangat. Dari tempat sampah dapur, dikumpul di tempat sampah depan rumah, diangkut truk sampah, lenyap dari pandangan, tapi belum tentu menyelesaikan soal sampah, semoga saja setelah itu tidak menciptakan masalah di tempat lain. Lebih baik mengikuti semangat dan sikap ibu itu yang optimis.
"Harus mulai menapaki, tanpa itu mana mungkin mencapai perjalanan yang masih panjang." Kata Ibu itu mengikuti semangat filsuf Cina Lao Tzu.
promosi pariwisata
Istirahat sebentar monitor banjir Jabodetabek. Mau kirim cerita dari jogyakarta, soal Malioboro yang tidak pernah kering cerita. Kali ini mengenai tukang becak yang lalu lalang, ngetem, istirahat di becak, tidur, sekedar leyeh leyeh, menawarkan tur keliling malioboro, keraton, pusat perbelanjaan, oleh oleh, dst. Persis seperti Foto seri tukang becak oleh Mohamad Setiawan plus keterangan di bawahnya "Becak sebagai alat sarana mencari uang sekaligus tempat tidur, tanpa perlu menyewa kamar lagi. Becak menjadi bagian hidupnya sehari hari, menyatu dengan diri."
Cerita tempat makan yang enak, terkenal, yang mahal murah dan sedang menjadi bagian dari cerita pak Cip yang menjadi temen ngobrol.
"Pak nggak narik becak lagi?"
"Sudah narik dari pagi, sudah cukup, sekarang istirahat dulu, nanti sore sampe malem mulai lagi" Katanya.
" Kalau mau cari makan, tinggal kasih tau makan apa, mau yang mahal atau murah, nanti saya antar." Kata pak Cip menawarkan becaknya.
Biasanya pak cip mengantar turis keliling sekitar malioboro, keraton, belanja kaos, pasar bringharjo, bahkan sampai ke daerah utara, jalan Solo, kampus UGM dan sekitarnya. Mau wisata kuliner juga oke.
"Sekarang sudah nggak banyak lagi orang naik becak. Mereka pilih naik gojek. Lebih cepat." Becak makin lama makin terdesak setelah menjamurnya gojek di kota Jogyakarta. Sepertinya belum ada aturan yang membatasi wilayah operasi gojek di malioboro. Entah mungkin ada mungkin juga tidak. Yang jelas selain gojek dan becak, juga ada andong yang fungsinya relatif sama.
Becak jadi salah satu komponen pendukung penuh industri pariwisata kota ini. Dia jadi pemandu turis yang handal. Bisa jadi mereka mendapat pelatihan soal promosi turis. Ini dugaan saja. Kabarnya tukang becak yang bisa membawa wisatawan ke salah satu pusat belanja oleh oleh, warung restoran, atau tempat wisata lainnya mendapat kompensasi uang dari pedagangnya.
"Mas kalau mau cari gudeg yang nggak terlalu manis, bisa saya antar." Katanya serius sambil senyum. Memang keluhan orang luar Jogya soal gudeg karena rasanya manis, terlalu manis buat makanan.
"Atau mau cari gudeg atau Brongkos, sate kambing, tongseng, atau makanan murah lainnya. Saya tau tempatnya. Ayok saya antar." Lanjut menjelaskan. " Saya hanya menggeleng kepala saja. "Saya lebih senang jalan kaki sepanjang malioboro, dan masuk masuk gang, sambil ngobrol siapa saja yang mau diajak ngobrol.
Sulit membayangkan mengenal Jogya tanpa becak dan pengendaranya. Seolah mereka hadir untuk mengenalkan kota ini dengan lebih dalam. Sebab mereka bukan saja mengayuh becak atau mengemudi becak motor, tapi membawa wisatawan lebih mengenal jogya melalui informasi tatap muka. Sulit juga membayangkan tanpa penjual, pedagang kakilima, warung, restoran, pengamen, hotel, homestay, bahkan mahasiswa sukarela menjelaskan soal wisata. Jangan jangan memang semua yang ada di malioboro punya kemampuan mengenalkan jogya lebih dalam. Gaya hidup orang orang di Malioboro seperti terpusat pada industri wisata. Namanya industri, maka orang orang di situ sekaligus mengambil maanfaat kehadiran wisata.
Setiap bulan, malioboro steril dari kendaraan bermotor, kata pak Cip. Katanya Ada karnaval sepanjang jalan itu dari pagi sampai malam. Berbagai kesenian tumpah ruah di sana, kesempatan pula bagi tukang becak memanfaatkan momen itu.
Kapal Klotok
Kadang pengen duduk di situ, lihat penjaja menjalankan kapal klotok di ember berisi air. Anak anak duduk dekat ember, mengeliling sambil tanya tanya pak penjual itu. Ya, di teras pasar PD Pasar Jaya, tak jauh dari rumah. Mainan kapal klotok otok otok, kapal digerakan dengan minyak kelapa/goreng diberi sumbu ujungnya sulut api, bunyinya ya seperti namanya, kolotok otok otok.
Masa lalu ini salah satu mainan favorite. Sediakan ember lebar isi air lalu taro kapal itu. Dia akan jalan mengelilingi ember. Goyangkan air seolah ombak, makin seru. Kapal akan tergoncang seolah kena ombak dari depan, belakang dan samping.
Yang paling nikmat dari permainan ini adalah duduk atau jongkok bahkan tiduran menempatkan pandangan sejajar dengan tinggi air. Lalu berkhayal menjadi kapten kapal. Sendiri, ngomong sendiri, cerita kesibukan di kapal. Imajinasi, berkhayal membuat permainan, mainan jadi seru.
Pekuncen
Kawan saya mengupload foto foto ziarah ritual. Foto foto berseri yang menggambarkan suatu cerita yang menampilkan orang orang berseragam gelap, menempuh perjalanan panjang, tua-muda, lelaki dan perempuan.
Foto foto itu menarik minat saya untuk membaca tulisan yang bersumber dari wikipedia yang juga diupload bersamaan dengan foto-foto karya kawan saya itu.
Ceritanya demikian, ada satu peristiwa yang dikenal dengan nama Perlon Unggahan yaitu suatu bentuk ritual sebelum Ramadan, dilaksanakan warga desa Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Barangkali kisahnya jauh lebih kompleks dari tulisan ini. Saya membayangkan ada ritual persiapan, ada pemimpinnya, ada benda benda yang dipakai dalam ritual, ada waktu waktu yang harus dikerjakan orang tertentu atau secara bersamaan, kapan, di mana dan seterusnya. Semua itu mengandung simbol yang bermakna sakral. Tulisan itu menyebut Pekuncen, saya tak tau apakah istilah ini sama artinya dengan kucen. Kuncen yang saya pahami bukan sekedar jabatan juru kunci atau orang atau pihak yang menjaga dan memelihara makam, melainkan juga orang atau sejumlah orang yang dianggap mengetahui seluk beluk riwayat tempat keramat yang dijaganya. Apakah seluruh warga adalah pekuncen, atau kalau ditelusuri bisa jadi ada stratanya, dari pekuncen biasa sampai pekuncen teratas, yang menjadi tokoh sentral dalam prosesi ritual. Ritual ziarah ke makam Bonokeling dengan prosesi menjinjing 'Ambeng' dengan kaki telanjang. Berdoa kusyuk pada enam Kasepuhan yakni Kyai Mejasari, Kyai Padawirja, Kyai Wiryatpada, Kyai Padawitama, Kyai Wangsapada dan Kyai Naya Leksana. Para Kyai yang dianggap leluhur warga desa itu, leluhur yang disucikan yang diyakini menjaga identitas dan solidaritas keturunannya. Ada identitas yang ditunjukkan melalui simbol simbol ziarah, doa, pakaian, kaki telanjang. Entah apakah ada semacam kyai siapa yang lebih dahulu diziarahi atau didoakan. Yang pasti, para sesepuh kuncen yang mengatur tatacara itu. Lepas ritual lalu makan bersama warga sekitar. Tak sembarang makanan. Ada syaratnya, Harus ada nasi bungkus, serundeng sapi dan sayur becek (berkuah) disajikan lelaki dewasa, sesuai jumlah sapi yang disembelih. Membawa makanan bersama, makan bersama adalah ekspresi penting sebagai ikatan solidaritas, ikatan seketurunan. Sah, legitimate menjadi warga yang menjunjung kesakralan leluhurnya. Peristiwa yang dilakukan secara rutin tahunan menjelang ramadhan memperkuat, mengingatkan terus menerus jati diri atau siapa sesungguhnya warga di situ. Peristiwa Bonokeling adalah salah satu dari sistem keyakinan-kepercayaan lokal. Umatnya adalah satu kerabat berdasarkan keturunan dan perkawinan, barangkali juga ikatan kampung kampung di sekitar situ. Kepercayaan yang abstrak jadi nampak konkrit dalam ritual yang untuk menunjukkan terima kasih manusia, warga desa Pekuncen yang lemah serba terbatas, dengan alam lingkungan yang memberi hidup turun temurun. Akhirnya ritual itu adalah bentuk sikap hormat warga di situ kepada sang pencipta.
No comments:
Post a Comment