Thursday, 2 March 2023

Penari

 Penari 

"....Itu rumahnya. Ya yang itu paling pojok, agak memisah dari deretan rumah kampung sini. Iya cat rumah itu warna putih, sepanjang sisi kiri kanan lisplang banyak pot gantung. Pot gantung Wijaya Kusuma ada berbagai jenis, kata isteri saya.." Bapak penunjuk rumah dan isterinya menyilahkan saya duduk di bangku terasnya yang asri. Rumah di sini hampir semua, atau boleh dibilang semua asri, bahkan di sepanjang gang dan jalan utama banyak tanaman. Nampaknya rata rata mempunyai hobi pelihara tanaman di teras dan pekarangannya, dan RT dan RW nya peduli lingkungan yang hijau. 

". suami isteri itu hidup nampak kurang gembira...Tak pernah ada tertawa di rumah itu, tapi mereka berdua adalah pekerja yang ulet...dulu rumahnya hanya papan dan tanahnya tempat buang sampah orang orang sini..Sekarang sih sudah nggak ada sampah di situ sejak suami isteri itu bertempat tinggal di situ..Tanah yang karuan bentuknya diubah jadi lahan pekarangan yang subur dengan pupuk sampah, rumah papan menjadi rumah setengah tembok.....suatu hari pernah liat suami isteri itu pulang bawa sepeda motor, lalu bawa bak mandi, kloset, sumbur timba diganti dengan sumur pompa, Setelah beberapa tahun rumah pekarangan berubah tapi gaya hidup tanpa tertawa tetap saja menjadi bagian dari keluarga itu. 

Pernah Pak Parno dan ibu bertamu di situ, ngobrol sana sini seperti biasa tetangga bertamu, sampai pada soal, keluarga suami isteri itu, mana anak anaknya, kok nggak pernah kelihatan datang ke rumah.

"anak anak di luar kota..tidak bisa tiap tahun datang ke sini...mahal ongkosnya."

"...O memangnya mereka di mana? ". Ibu Parno penasaran kok anak anaknya nggak ada yang nengokin, walau setahun sekali. Pikiran bu Parno apakah anak anaknya itu masuk kategori tidak mampu. Bu Parno menduga duga saja.

"Mereka di Eropa..satu di Budapest, Hongaria yang satu di Dresden, Jerman.."

O mereka sekolah ya..hebat anak anak bapak ibu.." Seolah jawaban itu mengkuak tabir misteri bagi Ibu Parno. Lalu ia terus saja bicara tentang pengalaman orang orang yang anaknya sekolah di eropa, menjadi kebanggaan orangtua.Bu Parno bicara tentang gaya hidup di eropa yang bertentangan dengan nilai luhur budaya di sini. Bu Parno terus bicara sampai sadar disikut suaminya..." bu yook pulang, sudah larut malam.." 

Beberapa waktu kemudian, Pak dan Bu Parno mendapat kabar dari mulut ke mulut tentang tetangganya itu, keluarga yang serius itu ternyata pernah ditahan, masuk penjara bertahun tahun. 

"O barangkali karena dulunya dia pernah ditahan, jadi takut salah ngomong...." begitu lagi lagi dugaan pasangan Pak dan bu Parno

"Sekarang kan zaman bebas, mestinya keluarga itu nggak pernah sungkan cerita." begitu kata bu Parno.

"Hussss....kalau mereka nyaman seperti sekarang, ya biar saja, jangan kita nanya nanya malahan bikin mereka nggak nyaman..." kata Pak Parno berusaha ngerem keingintahuan bu Parno. 

"...Kata orang,  bapak dan ibu itu bekas tahanan politik...." 

"..Jadi, Tahanan! Salah mereka apa Pak...?"

...Aku juga nggak tahu, kabar itu simpang siur..pokoknya mereka sudah jadi tetangga kita jadi sudah tidak ditahan kan..."

"Tapi ditahan kan ada salahnya.." Lagi lagi bu Parno penasaran

"...Jangan cerita cerita kabar burung ini ke orang lain, tetangga kek, saudara kek, teman kek, cukup kita aja yang tau..." Pak Parno mengingatkan ke isterinya yang selalu pengen cerita ke banyak orang. 

"...Konon katanya bapak dan ibu itu terlibat....entah yang mana bapaknya atau ibunya atau dua duanya terlibat.." sambung Pak Parno

"...Terlibat apa, bapak ibu itu ?"

"Katanya mereka itu anggota organisasi yang tak bersih lingkungan..."

"....O aku tau organisasi itu..."...memangnya mereka jadi apa di organisasi itu.."

"...Jadi penari. Penari wayang orang..Kalo nggak salah si Bapak jadi Arjuna si Ibu jadi Subadra...,lakon itu membbuat mereka terkenal menjadi duta seluruh dunia " sambil kepala Pak Parno mendongak melihat langit dari jendela. 

"...Lalu kenapa mereka ditahan...?"

"....Lah yang tadi aku bilang...karena anggota organisasi terlarang.."

"...Bapak dan ibu itu memang jadi apa di organisasi terlarang..?

"...Mereka menjadi penari wayang orang, juga jadi guru tari mengajari tari dari kota ke kota....begitulah hidup mereka, ...kadang mereka memainkan lakon Buto Cakil, lalu Ibu jadi Arjuna....mengajari konsentrasi sebelum tampil dan lain sebagainya"

"....Aku kok nggak ngerti kenapa mereka ditahan ya Pak..? " bu Parno masih penasaran.

"Untung kita jadi guru olahraga di zaman sekarang yang  lebih bebas...."


Pringgondani 3 Maret 2023


No comments:

Post a Comment