Telor Asin
Setelah meniti karir sebagai penyanyi jazz kurang berhasil, Jacky, switch buka warung makan. Istilahnya buka Warteg. Ia bergumam barangkali buka warteg adalah jodohnya. Warteg baginya bukan hal baru , sebab tiap hari selalu makan di warteg. terutama saat menjelang tampil sebagai penyanyi jazz di bilangan jalan sudirman-thamrin. Warteg di gang di belakang jalan protokol jakarta.
Dengan modal secukupnya, dia bukan warteg. Ada dua tukang masak sekaligus pelayan, satu laki dan yang lain perempuan. Mereka bukan orang lain. Kalau diurut urut ada hubungan famili, walau Jacky sendri nggak ngerti "saudara dari dari mana ya.." gumamnya dalam hati. Jacky mengembangkan bukan sekedar warteg yang di mana saja sama, dia mencari ciri khas wartegnya.
"saya harus keliling jakarta, bahkan bogor tangerang bekasi untuk tau apa yang tidak ada di warteg yang bisa saya jadikan ikon buat warteg saya..." begitu penjelasan Jacky di sela sela tampilnya terakhi kali sebagai penyanyi jazz di Parkiran Istora Senayan.
Akhirnya Jacky menemukan, sudah manteb dengan temuannya itu. Bukan peyek udang, bukan pula perkedel. Bukan balado bukan pula tumis cumi, melainkan telor asin. Telor asin tidak selalu dijadikan lauk oleh konsumen,
"tapi telor asin harus hadir semacam maskot warung..." begitu alasan Jacky
Telur Asin di Warteg adalah telor dari langganan keluarganya turun temurun, telor asin Kim Bok Sen yang sudah beken seantero pantai utara jawa, pusatnya di Brebes sampai ke Cirebon di barat, sampai ke Pemalang di timur.
Warteg sederhana dengan ventilasi jaring kawat supaya orang makan dalam warteg itu nggak gerah. Dengan korden kembang kembang warna cerah untuk menutupi orang yang makan dalam warteg. Satu bagian dari meja makan ada keranjang telor asin yang sudah siap diambil konsumen.
"..Bisa beli satuan...bisa beli lusinan, dalam jumlah banyak untuk dijual kembali, apa saja bisa ..." Begitu penjelasan Jacky.
“Telur asin kami dinilai pelanggan yang terbaik.....saya bukan sombong tapi itu komentar orang yang pernah makan telor asin di warteg kami.
" Bagian kuning telur berwarna jingga kemerahan, kering, tidak amis. " Sambung Jacky. Ini menandakan telor asin itu kualitas baik.
"Saya orang Brebes, walau bukan dari keluarga pembuat telor asin, tapi saya bergaul sejak kecil dengan tetangga pembuat telor asin. Jadi paham mana telor asin bagus dan mana yang jelek."
Brebes memang dikenal sebagai penghasil telur asin paling top di negeri ini. Menurut Jacky, di Brebes banyak pembuat telor asin, tapi rasa dan kualitasnya beda beda. Telur asin di sini yang saya jual sekarang ini adalah buatan orangtua dan mertua yang menekuni pekerjaan buat telor asin. Mertuanya adlah salah satu murid belajar dari Kim Bok Sen, keluarga Tionghoa yang sudah menjadi penduduk asli Brebes.
Oleh pengusaha telor asin Tionghoa itu, mertuanya disuruh buka usaha sendiri. Ternyata berhasil. Banyak orang kampungnya bilang telor asin mertuanya enak. Karena sudah teruji, Jacky tidak ragu menjadikan telor asin bagian dari menu wartegnya. Bahkan katanya, banyak pelanggan warteg yang selalu menjadikan telor asin menu utama makan siang. Disebutkan juga ada pula pelanggan yang hanya khusus makan nasi pake telor asin dan kecap manis, tambah embel embel cabe rawit.
Usaha sampingan Jacky, jualan telor asin, katering, makanan pesta, kendurian, apa saja dilakoni. Jangkauan bisnisnnya sementara ini masih sebatas kampung dan kompleks sebelah, kelak akan merambah kompleks lain.
Buat Visi misi memang nggak harus sekolah tinggi, begitu dikatakan Jacky setelah bisnisnya sukses di mana mana. Jacky sekolah dasar nggak tamat, kalau bicara roadmap telor asin dan wartegnya, bisa jelas dengan jelas dan tegas terukur. Mengutip istilah " S.M.A.R.T " yang merupakan singkatan dari S – Specific, M – Measurable, A – Attainable, R – Relevant, T – Timely – Time framed.
No comments:
Post a Comment