Monday, 6 March 2023

Memajukan Kebudayaan

 Memajukan Kebudayaan

Ayib pelajar SMA kelas II, menggoyang cepat angklung toel dengan nada nada lincah pindah dari satu nada ke nada lain mengikuti partitur yang sudah dihafal dengan memainkan Symphony no.40 Wolfgang Amadeus Mozart. Itu adalah lagu penutup acara pertunjukan seni musik angklung dari Saung Angklung Udjo (SAU) sore itu.
Penonton berdiri dengan memberi aplaus atas kemahiran Ayib memainkan musik klasik yang tergolong rumit dengan alat angklung toelnya. Sebuah tanda yang penting, bila dilihat para penonton itu mayoritas adalah wisatawan Belanda (Eropa) yang dalam kebudayaan mereka tepuk tangan sambil berdiri adalah bentuk penghargaan yang tulus atas kehebatan pertunjukan yang ditontonnya.
Ayib adalah satu dari sekian banyak murid gemblengan SAU yang mempesona. Tidak menyangka kalau Dia sudah melanglang buana ke berbagai negeri di dunia karena kehebatannya bermain angklung. Bersama beberapa temannya ia mulai belajar angklung sejak TK. Ketekunan dan ketelatenan belajar dan sekaligus apresiasi pada para guru yang membimbing membuktikan bahwa Saung Angklung Udjo (SAU) berhasil melestarikan salah satu seni budaya di Indonesia dan sekaligus memperkenalkan kepada dunia bahwa Indonesia bukan hanya Bali.
Promosi angklung ke mancanegara membuka mata dunia bahwa atraksi menarik juga dapat disaksikan di bumi Priangan. Angklung, alat music terbuat dari bamboo asal Jawa Barat. Cara buatnya sama rumitnya dengan alat musik lainnya.
Bambunya tak sembarangan hanya yang sudah berusia minimal 4 tahun. Tebang tidak langsung dibuat angklung. Prosesnya masih panjang. Setelah ditebang, harus disimpan sampai yakin bamboo tak berair, mata bamboo harus dipapas sampai permukaan rata. Lalu potong sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kemudian potongan bamboo dipisah pisahkan sesuai ukurannya, disimpan selama setahun.
Mulai proses pengaturan bunyi. Rongga bamboo diperiksa, dipastikan bersuara sesuai tangga nada, lalu dilakukan proses penyeteman. Akurasi penyeteman penting sebagai filter terakhir apakah barang yang dihasilkan bisa lolos uji, atau harus disingkirkan. Sampai akhirnya selesai sesuai standar dan dapat dipakai.
Ini belum termasuk pemeliharaannya. Alat musik bambu itu disimpan di gudang pada suhu tertentu, memastikan tak ada serangga yang menggeragoti. Pemeliharaan adalah kegiatan yang sama rumitnya.
Lebih penting dari itu, memelihara angklung adalah memelihara seni. Memelihara seni adalah memelihara artefak pendukungnya Memelihara alat music (artefak) penting supaya alat ini bisa dipakai oleh orang orang seperti Ayib yang keliling Indonesia dan dunia mengenalkan Angklung agar dikenal, sebagai bagian dari seni dan puncak puncak kebudayaan di Indonesia. Sesungguhnya Indonesia bukan hanya Bali.
Keterangan foto tidak tersedia.
Semua tanggapan:
UDewo Anto, Bambang Widianto dan 46 lainnya

No comments:

Post a Comment