Tuesday, 16 July 2019

tito adonis: Ilmu kebal

tito adonis: Ilmu kebal: Sampai sekarang ilmu kebal seperti lembu sekilan, tameng waja berguna untuk menangkis serangan. Bukan serangan fisik, tapi serangan hoaks. B...

Ilmu kebal

Sampai sekarang ilmu kebal seperti lembu sekilan, tameng waja berguna untuk menangkis serangan. Bukan serangan fisik, tapi serangan hoaks. Biar dapet ilmu itu, tidak perlu puasa empat puluh hari seperti zaman nenek moyang, tidak perlu berendem di air kembang tujuh rupa selama tujuh hari tujuh malem. 

Rajin update penangkal hoaks, tanya sana sini ke para mpu sakti mandraguna soal menangkis serangan. Berguru dari pengalaman. Tidak disarankan keluar masuk hutan, bertapa dalam goa tunggu wangsit. Tanyakan langsung pada Mpu Nggoogle, langsung keluar kitab penangkal hoaks. Kurang puas, bisa tanyakan saudara seperguruan padepokan whatsapp.

Pengalaman yang baik, jangan menyebarkan berita yang meragukan. Walaupun berita itu ada cap jempol kerajaan, belom tentu berita benar.  Kalaupun terjebak, keluarkan aji gelap ngampar, yang sekali teriak bikin lawan sempoyongan, atau rog rog asem yang bikin runtuh pertahanan lawan.

Percayalah!!

Pesta Pernikahan

Sabtu minggu lalu hadir acara akad dan resepsi nikah anak perempuan sahabat kami. Kami biasa panggil sahabat kami itu Belis dan Nces. Nama yang rada aneh, tetapi ya begitulah panggilan dalam pergaulan teman sebaya. Aneh tapi nyata.

Acara sederhana, yang diundang hanya kalangan kerabat dekat. Kami masuk kategori kerabat sepermainan. Tidak glamour, tapi tetap indah. Acaranya, suasana, musik dan cuaca cerah yang mendukung. Bunga yang serba putih, tidak berlebihan tapi pas mengatur di mana bunga bunga itu harus ada.

Kalau hanya tinjauannnya ilmu hayat, bunga identik dengan alat reproduksi seksual pada tumbuhan (yang berbunga). Di situ ada benang sari dan putik sebagai alat reproduksi.

Tapi  maksud yang terkandung pada bunga bukan cuma itu, apalagi kalau dimaknai secara budaya. Istilah "katakan dengan bunga". Ungkapkan isi hati tanpa berkata kata, hanya memberi bunga  bisa cerita sejuta makna.

Konon katakan dengan bunga itu sudah ada pada kebudayaan Mesir kuno, dua ribu tahun lalu. Dengan teratai putih bangsa Mesir menunjukkan kesucian bangsanya. Indonesia mengungkapkan mawar merah dan melati putih menyimbolkan berani dan suci.  Kesebelasan sepakbola Uni Sovyet membawa bunga membuat media Inggeris memberi nilai positif dan simpati pada Sovyet saat "perang dingin". Belanda memamerkan musim  bunga tulip menjadi ikon negaranya sekaligus untuk menarik wisatawan.

Sama halnya menghias bunga di pagar dan taman, meja dan kursi, gedung dan ruangan pada peristiwa pernikahan agar suasana  hangat, akrab, indah, sejuk dipandang, menawan, menunjukkan peristiwa khusus, tidak seperti biasa, ini luar biasa, bukan sehari hari, tapi hari yang istimewa. Bahkan  menghias bunga di mobil pengantin adalah bagian dari peristiwa yang spesial. Sekali seumur hidup. Boleh jadi bagi yang punya hajat, bunga bunga itu membawa pesan cinta, suci dan sakral.

Katakan dengan bunga sungguh punya pengaruh besar, memberi imej suasana persahabatan dan cinta. Seperti yang saya lihat pada hajatan nikah anak perempuan sahabat kami di Bandung minggu lalu.

Monday, 15 July 2019

tito adonis: tito adonis: WAG RT

tito adonis: tito adonis: WAG RT: tito adonis: WAG RT : Ada pesan masuk. Wa dari Pak RT. Bunyinya “tolong baca pengumuman di WA grup. Saya balas kirim pesan ke Pak RT. L...

Sunday, 14 July 2019

ilmu kebal



Kisah tentang keperkasaan seseorang sering dibahas di pos ronda di kampung, kadang menarik, sering sekedar mengusir bosan dan ngantuk selagi jadwal jaga kampug. Seperti kisah yang diceritakan suatu malam di pos itu.

“Kakeknya haji ahmad itu kebal. Nggak mempan kena peluru, apalagi Cuma golok atau senjata tajam”

Ilmu kebal popular karena sungguhan ilmu membela diri. Ilmu menyerang dianggap salah karena mengandalkan napsu. Ilmu bela diri mulia. Sebab fisik adalah jalan terakhir kalau bicara tak lagi didengar. Jadi di sini, normanya tidak mau menyerang, tetapi jangan harap bisa mudah diserang. Tidak mau cari gara gara, tetapi kalau ada yang cari gara-gara bisa pulang hanya nama. Begitu kira kira moral orang di sini. Kabarnya, dulu orang di sini punya ilmu tinggi. Segala laku dan syarat dijalankan. Syaratnya berat. Harus puasa empat puluh. Entah kenapa kok empat puluh hari, bukan empat puluh satu atau tiga puluh hari. 

Mendengarkan cerita di pos ronda sambil selonjor ngantuk bikin pikiran melayang  serasa menjadi jagoan ilmu kebal, dan pastinya jago pencak silat, sekali pukul dua tiga lawan sempoyongan . Apalagi mengkhayal pada waktu jagoannya sedang belajar ilmu. Makin terpencil tempatnya mendapat ilmu, makin asik. Belajar sendiri, eksperimen, mendapat wangsit dari mimpi malahan lebih disukai. Lalu setelah tuntas si jagoan itu keluar dari goa, dengan rambut acak acakan, pakaian compang camping, rambut gondrong, turun naik gunung sampai menjumpai peradaban sebuah desa ramai.




Aji lembu sekilan, tameng waja, rog rog asem konon dimiliki Sultan Pajang. Sejak muda Ia senang petualang, masuk ke luar hutan, naik turun gunung, berguru macam macam orang bijak dan sakti. Menjadikan itu bagian dari latihan mental, pengetahuan dan praktek olah kanuragan. Pendek cerita, dia menimba ilmu dari pengalaman hidup. Punya ilmu yang semakin dewasa semakin mumpuni dan sulit ditaklukan. Beberapa orang dekatnya juga berilmu. Pamannya punya ajian Sasrabirawa yang sekali hantam, badan lawan remuk redam. Punya ilmu Gelap Ngampar melalui teriakan suara membuat  lawan jatuh terjerembab tak bangun lagi.

Sultan Pajang ada dalam sejarah kerajaan Islam di Jawa. Kemampuan dan kedigjayaan Sultan Pajang dalam ilmu bela diri ada dalam cerita silat.  Buku sejarah mengutamakan fakta, buku silat  ada jagoan atau hero nya, plus bumbu penyedap supaya banyak orang tertarik baca. Memang bumbu cerita jadi afdol kalau pas dengan isi cerita. Orang kampung kami senang cerita berkisar kesaktian. Sering tak masuk akal tapi enak dibaca atau didengar. Malahan makin menarik hati melebih lebihkan kemampuan seseorang. 

Wednesday, 10 July 2019

tito adonis: Oman Hobi Mancing

tito adonis: Oman Hobi Mancing: Oman hobi mancing. Kali ini ke muara, pinggir jakarta. Pake perahu, dayung agak tengah, cari tempat yang pas buat taro pancingan, bebenah ...

tito adonis: WAG RT

tito adonis: WAG RT: Ada pesan masuk. Wa dari Pak RT. Bunyinya “tolong baca pengumuman di WA grup. Saya balas kirim pesan ke Pak RT. Lalu segera cek wa grup...

tito adonis: Tanah Air Beta

tito adonis: Tanah Air Beta: Tanah Air Beta Indonesia memiliki 18.000 lebih pulau. Konon 6000 an tidak berpenghuni. Tersebar sekitar katulistiwa, iklim tropis. Ter...

Tuesday, 9 July 2019

tito adonis: Sofa

tito adonis: Sofa: Urusan perbaiki sofa memang rada bingung, rumit, tidak punya patokan harga untuk pijakan tawar menawar. Apalagi kalo tidak ada pengalaman. ...

tito adonis: Dia (sambungan cerita sebelumnya)

tito adonis: Dia (sambungan cerita sebelumnya): Dia pulang kampung tahun 1950. Cuti dinas. Mencari orangtuanya yang lebih dari sepuluh tahun tak bertemu.Ia ke Belawan dengan Kapal penumpan...

tito adonis: Dia

tito adonis: Dia: Dia keturunan nomor 15 dalam silsilah Raja Panggabean. Lahir di Pematang Siantar tahun 1926. Ibunya boru Siahaan. Ompung borunya Hutagalu...

tito adonis: Guru Dansa

tito adonis: Guru Dansa: Duduk di sebelah saya, nenek usia 89 tahun, beranak tujuh, bercucu tiga belas, bercicit enam. Pendengarannya sudah jauh berkurang, mata...

Guru Dansa



Duduk di sebelah saya, nenek usia 89 tahun, beranak tujuh, bercucu tiga belas, bercicit enam. Pendengarannya sudah jauh berkurang, matanya rabun. Suaminya sudah lama pergi ke alam lain. Setiap orang yang bercerita harus dengan suara keras, cenderung teriak supaya dia paham apa yang diceritakan. Pernah satu kali dia diberi hadiah alat dengar dari anaknya. Tetapi lupa taro di mana, sampai sekarang nggak ketemu. 

Hampir tak percaya ketika dia cerita, masa mudanya adalah guru dansa. “dansa pergaulan” katanya. Ia mengajarkan dasar dasar berdansa bagi para perwira agar sewaktu waktu para perwira itu bergaul di dunia internasional lebih luwes, tidak kaku, tidak canggung, kalau bisa memukau penontonnya. Dia juga pernah mengajar di sekolah dasar dan sekolah lanjutan di daerah Jawa Timur. Bahkan pernah mengajar di pulau Bawean, di utara pulau Madura. “Bawean itu semuanya orang Madura”  katanya.

Bekal pengetahuan dan praktik tari semasa kanak kanak menjadikannya lebih mudah belajar tarian “barat” . Ia ingat Orangtuanya mengharuskan semua anak perempuan belajar tari. Waktu itu yang diajari adalah tari jawa. Dia lupa tari apa saja yang diajarkan. Anggap saja, tarian jawa yang lazim dikenal pada saat itu. Tetapi belajar tari saat itu dianggap menyenangkan, karena rumahnya besar, halamannya besar, ada balai pertemuan di situ yang waktu senggang dipakai cukup untuk banyak orang bersama menari. Maklum saat itu bapaknya adalah pejabat desa di daerah Panggul, desa antara Trenggalek dan Pacitan di Jawa Timur.

Beralih ke guru tari, bergabung dengan para penari se surabaya yang waktu itu memberi pelatihan buat perwira angkatan laut dan darat atas ajakan sepupunya. Abang sepupunya adalah salah seorang pentolan perwira angkatan darat. Dari dia ia bisa bergabung. Kemudian ditempatkan mengajar di lingkungan perwira angkatan laut. Ia lebih senang di lingkungan angkatan laut karena guru guru dansa di situ bukan saja orang Indonesia. Seingat dia ada juga yang dari Filipina, ketika suaminya sekolah di Indonesia. Orang Indonesia juga etnis Jawa, Cina, Arab, Sumatra, Sulawesi Utara. Pendek cerita, lebih go internasional. Bahasa pergaulannya juga bahasa belanda campur aduk dengan bahasa pergaulan di situ.

Panti Perwira Angkatan Laut adalah salah satu tempatnya mengajar, tempatnya di dekat Tugu Pahlawan Surabaya. Tempatnya yang lain di dekat Balai Kota Surabaya. Di situ seiingatnya adalah tempat perkumpulan Angkatan Darat. Selepas mengajar biasanya diantar oleh perwira perwira yang diajarnya. Dari angkatan darat maupun laut. Mungkin karena permintaan dari angkatan laut lebih sering, sehingga waktunya lebih banyak di Panti perwira. Katanya ketika itu perwira angkatan laut banyak yang tur asia dan dunia, bagian dari diplomasi negara yang baru saja merdeka dan dianggap perlu berkenalan.

Pernah diceritakan olehnya bahwa di Singapura, tempat berkumpulnya angkatan laut dari berbagai negara, Indonesia menunjukan tidak malu maluin dalam pergaulan internasional. Jenis dansa Waltz, quick step seperti Cha cha, Rumba, Samba sudah biasa bagi para perwira itu. Katanya para perempuan Singapore juga kagum tidak mengira Indonesia mampu dansa. Mungkin saja saat itu gambaran tentang Indonesia adalah gambaran bangsa yang tradisional, anti barat.

Ternyata pamer kekuatan bagi sebuah negara bukan saja kekuatan militer, tetapi juga bagaimana bergaul secara internasional. Bekal kemampuan berdansa dalam pergaulan penting. Adakalaya karena tidak mampu, menjadi malu, menjadi rendah diri, lebih senang mengelompok bergaul dengan sesama, memilih tidak membaur.  

"Dalam kesempatan resmi, kita harus menampilkan budaya spesifik yang membedakan dengan bangsa lain. Itu penting, Seperti Impola, vocal grup Batak tur keliling dunia, menampilkan lagu lagu Indonesia, budaya Bali, Jawa, Sumatra, dan aneka ragam budaya etnis lainnya di pulau pulau Nusantara. Tetapi dalam kesempatan tak resmi, kita juga harus tampil menunjukkan tidak ketinggalan dalam memahami tata cara bergaul di dunia internasional." 
  
Saya ceritakan pada nenek yang duduk di sebelah saya, boleh jadi mengajar dansa adalah sumbangannya bagi perjuangan Indonesia di dunia internasional. Dia hanya tersenyum, mungkin juga mengenang masa mudanya yang masih lincah bergerak ke sana kemari di ball room panti perwira di Surabaya.

Sunday, 7 July 2019

Harlam 2



Tahun 1950 awal adalah kesempatan bagi-nya untuk cuti. Apa yang terlintas pertama di pikirannya adalah pulang kampong. Mencari orangtuanya yang telah lama tak jumpa, dan lebih dari sepuluh tahun tak saling memberi kabar. Bukan tak mau, tapi berkirim surat tak pernah ada balasan. Situasi antara tahun 40-50 zaman perang, dimana mana mengutamakan  kebutuhan perang.  
Tahun itu Ia berangkat ke Belawan. Dengan Kapal penumpang, tujuan Belawan. Berlabuh di Belawan, dijemput koleganya yang komandan di pangkalan angkatan laut Belawan. Dengan jeep mereka ke medan. Mulanya mendatangi rumah tempat tinggalnya . rumah yang ia tahu saat meninggalkan Medan. Alamatnya masih disimpannya, yang asli tulisan Bapaknya,  yang tertera di amplop surat. Ternyata penghuni sudah pindah. Kata tetangga di situ, pindah ke alamat ini, ditunjukan nama alamatnya. Ia dan kawannya meluncur ke sana. Sama seperti sebelumnya, Penghuninya sudah sudah tidak di situ lagi. indah.  Tempat ke tiga yang didatangi di daerah Gelugur. Masuk, ketuk pintu, tiba tiba ada teriakan justru dari luar
"Itooooooo!"
Saling menatap, lalu saling pelukan. Adik perempuannya nomor tiga. Ia masih mengenali, demikian pula sebaliknya. Katanya setelah pertemuan tak terduga itu, sanak saudara berdatangan, tetangga pun ikutan, Rumah mendadak penuh orang. Rincian cerita pertemuan tak ada yang menceritakan. Tetapi bisa membayangkan pertemuan antara anak dengan orangtua yang lama tak jumpa.
Jadi Komandan Pangkalan Angkatan Laut Belawan. Tahun 1955. Saat itu sudah menikah punya dua anak perempuan. Isteri dan dua anaknya diperkenalkan pada keluarga besarnya. Pastinya menceritakan pula perihal pernikahan mereka, menunjukan foto pernikahan, hal seperti itu yang pasti menjadi agenda utama kumpul keluarga besar.
Yang masih diceritakan adalalah mereka menikah di Surabaya, di tempat pihak isteri. Konon pertemuan mereka terjadi di Panti Perwira Angkatan Laut,  yg gedungnya ada di perempatan Tugu Pahlawan. Isterinya itu adalah guru dansa di situ. Membayangkan saat itu beberapa guru dansa perempuan dikerumuni perwira yang berasal dari berbagai daerah tugas. Pengakuan isteri di kemudian hari, dia memilih suaminya yang sekarang karena kalem, serius dan sering mengantar si guru dansa ke tempat tinggalnya di sekitar Balaikota Surabaya. Katanya berbeda dengan perwira-perwira lainnya yang "grasa grusu". Cinta, serius, membawanya melamar, dan menikah gadis jawa dengan perwalian atasannya komandan daerah Jawa Timur. Sampai menjelang akhir hayatnya ia memanggil isterinya schaat.
Tinggal di Belawan, tapi sering bolak balik Medan. Suatu hari ada keinginan ortunya mau anaknya kawin adat. Karena isterinya boru jawa, maka mesti dijadikan boru salah satunmarga di Batak, biasanya dari marga keluarga ibunya. Jadilah perundingan singkat padat, karena dia tidak bisa meninggalkan pos tugasnya di Belawan. Alhasil, isteri akan adati menjadi boru siahaan dijadikan anak perempuan abang ibunya yang tinggal di Kabanjahe.
"Tulang itu termasuk salah satu orang terpandang di Kabanjahe. Kepala Dinas Sosial." Suatu hari dia cerita tentang keluarga  besar ibunya. Dia banyak kenal dengan ipar ipar.
Anak perempuan tulang Siahaan itu masih kecil saat pernikahan adat di Kabanjahe. Sering bermain sepeda dengan isterinya yang boru Jawa.
Jadi.acara perkawinan adat diadakan di Kabanjahe. Prinsip dalihan na tolu dimanapun tetap berlaku untuk mengikat tali perkawinan. Demikian pula acara perkawinan nya. Di situ hadir pihak se marga, pihak Boru dan pihak hula hula dari kedua belah pihak yang menjalankan peran secara fungsional. Tidak ada gambaran perkawinan adat saat itu. Katanya dilakukan secara sederhana. Seperti apa sederhana itu, tidak ada ceritanya. Membayangkan sifatnya, Pasti tidak akan membuat pesta besar-besaran. Anak perempuan tulang itu pernah cerita makan bareng di salah satu warung makan di Medan. Sebelum makan sudah diberi jatah, hanya bakmi dan teh tawar. Tidak boleh lebih.
Isterinya yang boru jawa, sering takut saat berhadapan dengan anggota keluarga kerabat suaminya. Bicara keras, seperti bentak bentak, yang dianggap beda dengan gaya hidupnya dari lahir besar berada di lingkungan kebudayaan Jawa yang bicara serba pelan. Suatu kali si isteri memberi uang kepada kakek suaminya yang datang ke rumah di Belawan. Beberapa hari kemudian  mertua laki datang ke rumah. memberitahu bahwa jangan pernah kasih uang ke kakeknya. Uang itu dipakai untuk beli tuak di lapo.
"Pantas tempo hari dia pulang telat dalam keadaan mabuk." Kata mertuanya. Tentu ada interogasi darimana dia dapat uang. Selidik punya selidik, ketahuan si kakek itu mampir rumah cucunya di Belawan.


















Mau tau asal muasal nama Lotte?
Org2 Belanda pd manggil mami Charlotte krn mami fasih bhs Belanda

Tapi papi jaman sekolah di van lith ada sisi nakalnya lho...pernah bolos sama teman2nya mata pelajaran tertentu. Ngumpet di kebon pisang belakang sekolah.













Ketauan sama bruder, dihukum sapu dan pel kelas.

Papi yg cerita ke aku.

Papi kan jebolan Van Lith Muntilan, pasti cool. Diajarin etika dan seni di sekolah Belanda.

Mami pasti dulu kelincahan dansa dansi deh...

Makanya papi minta kenal sm eyg Karman yg wkt itu diJombang...jadilah papi n mami keJombang....kenalan sm eyg Karman..kyknya papi mau serius hubungannya sm mami

Papi itu diam gak sradak sruduk spt tmn2 AL yg lain....klo sekrg x istilahnya..papi cool.

Kata mami(baru diwawancara)
Mami dulu ngajar dansa dikantin jd salah satu asistennya Balthazar,org Philipina..tempat itu sering didatangi sm perwira2 AL.
Nah mami kenal papi ditempat itu

Jl. Wuni itu dekat jln Ondomohen.   Dr arah Zangrandi ke Yos Sudarso menuju gedung kotapraja belok kiri sdh jln ondomohen lanjut belok kiri lagi itu jl Wuni.

Betul pakde Kadim dulu Gubernur militer se Jawa Timur.   Kata mamie aku sering diculik bude Kadim kermhnya.

Eyang dulu itu pelatih dansa di panti perwira AL yg gedungnya ada di perempatan tugu Pahlawn dpn lampy merah.   Byk perwira AL yg minta diajari eyang.   Opung menurut eyang yg paling pendiam.   Eyang kesengsem sm opung krn stlh berkenalan n tahu kalau bpknya eyang sdh meninggal menanyakan dimn kuburannya n minta diantar kesana utk ziarah.  Lho perwira ini koq beda y dg yg lain.

Dia

Dia keturunan nomor 15 dalam silsilah Raja Panggabean. Lahir di Pematang Siantar tahun 1926. Ibunya boru Siahaan. Ompung borunya Hutagalung. Menelusuri sampai ke tingkat yang lebih tua perlu informasi tarombo atau silsilah kekerabatan Raja Panggabean yang lebih akurat.
Masa kecilnya, di daerah Simpangdua, waktu itu di pinggir kota Pematang Siantar, di simpang jalan ke arah Parapat dan Kabanjahe. Sekarang tepatnya di Jembatan Timbang. Tak banyak yang tahu cerita masa kecilnya, suatu kali dia hanya menyebut tetangganya, sahabat sebayanya bernama Filips. Entah di mana Filips atau keturunannya berada. Bahkan olehnya tidak disebut nama marga sahabatnya itu.

Bapaknya bekerja di apotik, atau yang berhubungan dengan meracik obat. Pekerjaannya pindah pindah dari perusahaan satu ke lainnya. Tempatnya bekerja adalah di perusahaan Belanda yang kala itu masih dalam tata aturan pemerintah Hindia Belanda. Hal yang pasti pekerjaan orangtuanya berhubungan dengan obat. Sampai akhir hayat, bapaknya menyandang status pegawai Rumah Sakit Pemerintah pemerintah (Indonesia) Di Medan.

Dia pindah ke Medan, ikut orangtuanya, menyelesaikan Hollandsch-Inlandsche School atau HIS yakni sekolah setingkat Sekolah Dasar Belanda untuk bumiputera pada zaman Hindia Belanda. Agak rancu apakah Sekolah dasar Negeri atau Swasta Katolik. Sebab setamat SD, seorang pastor Katolik berencana mengirim dia ke Jawa untuk melanjutkan sekolah. Kemungkinan besar dia berpretasi sehingga dipilih.

Hal yang paling diingat olehnya adalah ketika keluarga besarnya mengantar dia ke Belawan, pelabuhan terdekat dari kota Medan. Keluarga di Medan dan di Siantar semua turut mengantar berangkat ke Jawa. Dia menggambarkan waktu keberangkatannya seperti “naik haji”, sanak saudara, kerabat handai taulan ikut mengantarnya. Dia tidak sendiri. Ada beberapa anak dari sekolah lain yang juga dikirim ke Jawa. Juga dari mereka diantar oleh keluarga besarnya. Beberapa anak, tamat SD usia 12-13 tahun dikirim ke Jawa pada tahun 1938-39. Seingatnya, sebulan dia bersama teman seangkatannya berada di Jakarta, lalu dengan kereta api menuju Muntilan, sekolahnya di Jawa.
Pasti ada culture shock pada dirinya yang masih kecil berhadapan dengan dunia yang tidak diketahui sebelumnya. Atau tahu hanya pada pelajaran Ilmu Bumi saja, bahwa ada pulau Jawa, selain pulau Sumatra. Misalnya ia mengenal kereta kuda namanya delman, tetapi di daerah baru namanya andong. Juga soal cita rasa makanan yang beda, Sumatra dan jawa. Sayangnya tidak banyak hal seperti ini diceritakan olehnya.

Masa sekolah, tidak banyak diceritakan. Hanya pada jam pelajaran music dia banyak cerita. Setiap murid wajib menguasai satu alat music. Dia memilih biola. Beberapa kali mengadakan konser music klasik sebelum akhirnya pecah perang pacific. Murid murid termasuk dia dan angkatannya tidak selesai sekolah. Kawan kawan yang masih diingat di sekolah itu antara lain, Simatupang yang menjadi guru di sekolah katolik Stela Duce Yogyakarta. Liberty Manik, Binsar Sitompul dan Cornel Simanjuntak yang menjadi pengarang lagu.

Tak ada harapan kembali ke sekolah, Dia memilih bekerja pada Angkatan Laut Jepang (Kaigun), kemudian menjadi cikal bakal Angkatan Laut Republik Indonesia. Markasnya di batalyon Pasuruan-Probolinggo. Beberapa kali membawa kapal logistik Jepang ke daerah timur Indonesia.
Melewati zaman Jepang dan revolusi fisik, dia tetap bekerja di angkatan laut dengan pangkat letnan satu. Tahun 1950 dia cuti pulang kampung ke Medan, mencari orangtuanya terputus komunikasi surat menyurat akibat perang. Ketemu.

Dia (sambungan cerita sebelumnya)

Dia pulang kampung tahun 1950. Cuti dinas. Mencari orangtuanya yang lebih dari sepuluh tahun tak bertemu.Ia ke Belawan dengan Kapal penumpang, dijemput koleganya di pangkalan angkatan laut Belawan. Dengan jeep mereka ke medan. Dari ceritanya tak langsung ketemu rumah orangtuanya. Setidaknya dua rumah didatangi sebelum menemukan rumah bapak ibunya.

Konon berita kedatangannya cepat tersebar. Sehingga dalam sekejap, sanak saudara berdatangan ke rumah itu. Rumah mendadak penuh orang. Rincian cerita pertemuan tak ada. Tetapi bisa membayangkan pertemuan antara anak yang tak ada kabar beritanya, yang dianggap tak akan kembali lagi, dengan orangtua serta pertalian keluarga yang lain. Kebahagiaan keluarga Medan dan Pematang Siantar adalah menemukan anaknya kembali.

Beberapa tahun kemudian dia kembali lagi ke Medan. Menjabat Komandan Pangkalan Angkatan Laut BelawanTahun 1955. Saat itu sudah menikah punya dua anak perempuan. Isteri dan dua anaknya diperkenalkan pada keluarga besarnya. Keluarga sudah tahu dia sudah menikah dan sudah punya anak melalui surat menyurat. Tetapi cerita keluarga baru itu pasti menjadi agenda utama kumpul keluarga besar. Apakah kisah pertemuan dia dan isterinya diceritakan pada saat temu keluarga, tidak tahu.

Tinggal di Belawan, tapi sering kunjungi orangtua di Medan, atau sebaliknya. Entah gagasan dari orangtuanya, atau dari dirinya, ada rencana melaksanakan perkawinannya secara adat batak. Karena isterinya boru jawa, maka mesti dijadikan boru salah satu marga di Batak, biasanya dari marga keluarga ibunya. Sepakat dan setuju isteri akan adati menjadi boru siahaan dijadikan anak perempuan abang ibunya, atau anak perempuan tulangnya yang tinggal di Kabanjahe.

Perkawinan adat diadakan di Kabanjahe. Di situ hadir pihak se marga, pihak Boru dan pihak hula hula yang menjalankan peran secara fungsional. Prinsip dalihan na tolu dimanapun tetap berlaku untuk mengikat tali perkawinan. Demikian pula acara perkawinan nya. Tidak ada gambaran perkawinan adat saat itu. Katanya dilakukan secara sederhana. Seperti apa sederhana itu, tidak ada ceritanya. Tapi mengingat dia itu super hemat. Jadi kalau dibilang sederhana, pasti sederhana dalam arti sesungguhnya.

Sepanjang karir di angkatan laut, dia lebih banyak di luar rumah. Tugas patroli dari pulau ke pulau. Dia di Makassar saat Trikora, setelah 65 dikaryakan di perusahaan pelayaran. Tidak melanjutkan di Angkatan Laut, malah pilih pensiun dini tahun 1970.

Dia pensiun lebih banyak di rumah, di Jakarta. Menjadi bapak rumahtangga, mengurusi anak anak untuk disiplin buat pekerjaan rumah, antar jemput anak perempuannya sekolah. Urusan mulai dari air, listrik telepon diatur dengan cara yang ketat, hemat.

Setiap malam nonton televisi, terutama acara sepakbola sampai dini hari. Membaca buku biografi, koran, majalah. Apa saja yang bisa dibaca. Dia memang kutu buku. Keponakannya asal Semarang pernah cerita "om itu baca koran dari pagi sampai siang, dia membaca semua isi koran. Iklan pun dibaca satu per satu."

Gaya hidupnya berubah, dulu pendiam tetapi sejak pensiun malahan banyak ngomong. Tidak ada yang luput dari ngobrol 1, dari tukang sayur, becak, parkir, kawan angkatan laut, dengan adik adiknya, ipar iparnya, anak anaknya ditelpon sekedar mau ngobrol. Di mana saja, asal ada kesempatan dia ngobrol.

Main biola malam hari di teras rumah. Nyanyi lagu seriosa di kamar mandi. Dengar musik klasik dari plaat dan kaset kiriman kawan kawannya dari luar negeri. Nyopir adalah hobinya. Jalan jalan ke jawa, Jogja, Solo, Surabaya dan daerah di Jawa lainnya, kunjungi kawan sekolah, kerja, gereja dan lainnya dengan mengendarai mobil sendiri atau ditemani montir.

Tidak pernah lagi ke Sumatra. Sewaktu ditanya kenapa tidak mau berkunjung ke tempat lahirnya di Pematang Siantar? Jawabnya nggak punya duit. Memang biaya hidup keluarga hanya dari gaji pensiun. Dia menyibukan diri menjadi pengurus Dewan Paroki Gereja. Mengantar isterinya yang aktif menjadi pengurus Wanita Katolik di Jakarta.

Hanya satu yang tak berubah dari dirinya. Ia selalu memanggil isterinya schaat (panggilan sayang dalam bahasa Belanda) Panggilan itu setiap saat, setiap momen diucapkan sampai akhir hayatnya.

Sofa

Urusan perbaiki sofa memang rada bingung, rumit, tidak punya patokan harga untuk pijakan tawar menawar. Apalagi kalo tidak ada pengalaman.

Rencana mau perbaiki sofa ruang nonton tv yang robek, sudah menganga, tak enak buat duduk, tiduran dan pula tak sedap dipandang. Hanya satu sofa tiga "seat" yang robek, sedang yang dua seats masih aman terkendali. Bahkan hanya satu saja dari 3seat itu yang robek parah. Tapi kalo hanya ganti satu saja, jadi belang dong. Malahan lebih tak sedap dipandang. Soal ganti yang robek dan warna belang jadi bahan diskusi panjang, tatap muka dan lewat wa. Lalu...

Mulai telpon sana sini dari google search. Dari sekian yang ditelpon, satu yang datang. Tukang itu lalu cek sofa, pegang pegang sofa, perhatikan secara seksama, lalu menulis di catatan. Hasilnya diberi ke saya. Rinciannya ongkos tukang, bahan dan sampai selesai dalam tempo sepuluh hari. Saya baca catatan itu. Wah mahal banget, tak terucap, hanya kaget dalam hati.
"oke pak, saya terima catatan ini, saya akan kontak bapak setelah berunding dengan isteri." sambil perhatikan rincian catatan si bapak.

"oya, apakah bisa ditawar?". Lanjut saya.

"bisa pak, tapi gak jauh dari harga yang saya tawarkan." katanya.

"siyap. Saya kabari segera."

Sambil jalan keluar basa basi tanya asal si bapak. Dia orang Garut sudah lama buka usaha di sekitar Kalimanggis, dekat arah Gunung Putri, Citeurep. Kantor pemasaran di jalan alternatif Cibubur yang terkenal macet.

Hari yang sama, dua kawan di wa grup kirim dua nomor hp tukang yang biasa perbaiki sofa. Langsung wa mereka, cerita rencana saya. Mereka kasih penawaran, rinciannya sama, harganya nyaris sama, hanya salah satunya pake ongkos transport. Alasannya lokasi berada di luar Jakarta. Akhirnya pilih yang satu lagi. Lokasi dekat, dan tukangnya langganan kawan baik dekat rumah. Besok janjian mau ambil sofa dan bayar dana buat belanja dan bahan.

Sofa penting untuk kenyamanan. Duduk selonjor sambil nonton televisi, walau tak lama, karena selanjutnya televisi nonton kami yang bablas ketiduran. Selamat hari minggu.

Monday, 1 July 2019

Tanah Air Beta

Tanah Air Beta
Indonesia memiliki 18.000 lebih pulau. Konon 6000 an tidak berpenghuni. Tersebar sekitar katulistiwa, iklim tropis. Terletak antara benua Asia dan Australia, antara lautan Pacific dan Hindia.
Seratus dua puluh tujuh gunung api aktif. Masa lalu beberapa gunung api itu pernah meletus dampaknya mendunia. Krakatau dan Tambora menyebabkan hujan abu dan awan menyelimuti planet ini, gelap, dan katanya berbulan bulan, membuat benda cair membeku.
Indonesia juga berada di atas lempeng tektonik yang akhir akhir ini menjadi penyebab gempa bumi diikuti tsunami; Aceh dan Palu, dan beberapa daerah lain.
Antisipasi, menebar pengetahuan dan sikap mental atau kebudayaan yang menyelaras dengan alam penting sekali. Membaca tanda alam dengan kemampuan teknologi mutahir harus diajarkan sejak dini, melalui Paud. Memuat pelajaran dalam mengurangi risiko bencana dan yang berkaitan dengan itu.
Semua warga penduduk Indonesia mesti tahu keadaaan alamnya. Yang korupsi, radikal, lomba senjata, dan narkoba dan masalah masalah lainnya yang bikin resah masyarakat juga mesti tahu. Adu kekuatan, adu kekuasaan, membuat lupa di tanah air tempat kita hidup. Pengetahuan, teknologi dan kebudayaan harus mulai dari tanda, petunjuk alam dan lingkungan. Ingat, planet bumi cuma satu, kalo meledak, apapun kekuatan, kekuasaan, kekayaan tak ada artinya.
"Tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata" mengutip dari potongan lirik Indonesia Pusaka, karya Ismail Marzuki

Mesin Jahit Singer

Melintasi jalan Majapahit, sebelum sampai halte Harmonie, sebelah kiri ada toko Singer. Sudah ada di situ lebih seratus tahun. Sejak buka sampai sekarang jual Mesin jahit.
Sekarang sih sudah berganti model, beda jauh dengan yang klasik. Sekarang hampir tidak ada keluarga yang punya karena tidak merasa perlu mesin jahit.
Zaman awalnya beredar tidak banyak keluarga punya mesin jahit karena mahal. Pemiliknya sangat terbatas, hanya kalangan orang Belanda, Indo, Tionghoa, dan kalangan priyayi. Barang ini jadi simbol status daripada fungsi sebenarnya.

WAG RT

Ada pesan masuk. Wa dari Pak RT. Bunyinya “tolong baca pengumuman di WA grup. Saya balas kirim pesan ke Pak RT. Lalu segera cek wa grup.
Di situ pesannya tertulis:
" besok ada pemadaman listrik mulai jam 10 sampai dengan jam 13." Ada foto surat pemberitahuan dari PLN.
Untung ada pengumuman ini. Jadi warga tahu dan siap antisipasi. Dulu tidak ada pemberitahuan dari Pak RT, jadi banyak keluhan. Entah karena tidak diumumkan Pak Rt atau memang tak ada pengumuman dari PLN. Seorang warga mengeluh karena televisinya rusak, karena listrik bolak balik mati tanpa pemberitahuan.
"Kalo tau listrik mati idup mati idup mendingan cabut aja kontaknya (kontak dari listrik ke tv)." Katanya menggerutu.
Kalau saya sih, buru buru penuhin bak mandi, ember, beresin cucian, penuhi air di tangki selagi listrik belum dipadamkan. Rumah tanpa air gak nyaman.
Pesan lain masuk. Berita anak hilang. Bukan warga sini. Katanya asal Tasik. Anggota grup tidak ada yang kenal. Pengirim mengatakan bahwa anak itu sementara dititip ke warga. Langkah lanjutan akan lapor ke polisi. Setelah itu belum ada berita lanjutan.
Berita yang kerap muncul di Wa grup adalah jadwal ronda. Saya tak termasuk dalam kelompok ronda. Saya tidak bertanya soal itu. Apalagi RT tidak suruh saya ikutan ronda. Tapi harus bayar iuran bulanan. Jadi begitu saja ceritanya.
'Kode pos tempat kita berubah. Semula 16954 menjadi 16454. Sekalian ini Pak". Pak RT menyerahkan papan dinding no.rumah, lengkap dengan RT/RW Kelurahan dan kode pos.
Teknologi medsos maju pesat. Pak RT tidak perlu keliling pintu ke pintu memberitahu warganya, Cukup melalui WA. Menurut pak Rt media ini untuk memantau keadaan warga. Yang tak ada beritanya di wa, didatangi.
Pemilik rumah wajib memberitahu ke Rt identitas pengontrak. Beliau wanti wanti, sekarang banyak kerja pengontrak yang "tak jelas". "Semoga yang tak jelas itu bukan pengedar narkoba dan bukan teroris, yang sekarang sering ada di berita televisi.
"Amit amit tujuh turunan. jangan terjadi di kampung kita" kata pak RT mengakhiri obrolan enteng entengan

Oman Hobi Mancing

Oman hobi mancing. Kali ini ke muara, pinggir jakarta. Pake perahu, dayung agak tengah, cari tempat yang pas buat taro pancingan, bebenah lalu tiduran tunggu kalo ada gerakan tarikan kenur pancing. Lama pancingan gak gerak, oman ketiduran. Kena angin sepoi, perahu mengayun kiri kanan depan belakng teratur, makin nyenyak.
Oman terbangun dengar suara berisik, langsung berdiri, tengok kiri kanan depan. "Dimana saya!. Teriak "hei hei" panggil orang." "Kok saya di kerangkeng" Tak lama datang dua pria berseragam. "Kamu skarang ditahan,karena masuk wilayah ini tanpa paspor.".
"Hah. Paspor?" Gerendeng Oman terheran heran.
"Kamu sekarang di penjara Singapore". Pria beseragam itu menjelaskan kenapa ditangkap dan dijebloskan penjara, runut dari temukan sampai soal tata tertib uu, dll."
"Saya itu mancing, di muara, trus ketiduran kok sekarang di penjara. " Oman menjelaskan pake bahasa melayu campur inggeris. Petugas tak percaya, "kamu disini sampe ada perintah'.
Oman sedih, utk menghibur diri dia menyanyi. Mula2 lagu indonesia, trus lama2 barat. Suara mula pelan, karena gak ada tang protes makin keras. Semua penghuni penjara suka. Sipir juga suka. Oman sering ditanggap, ada musik, band, oman yang nyanyi. Makin lama makin dikenal, bahkan sampe luar penjara. Masuk berita di koran majalah bahasa inggeris, mandarin, india dan melayu, dan televisi. Berita oman sampe diketahui perdana menteri Lee Hsien Loong yang waktu itu kedatangan perdana menteri malaysia Mahathir Mohamad. Oman diundang datang ke istana, bernyanyi.
Dua perdana menteri puas. Memuji suara oman tak ada duanya di dunia. Suaranya bisa mengikuti suara binatang, air, suara alam pokoknya. Oman diundang ke malaysia, thailand, laos, vietnam, filipin. Semua negara asean mengundang nyanyi Oman.
Medsos ramai membicarakan Oman. mark Zuckerberg Bill Gates khusus mengundang, Oman. Ratu Elizabeth memberi gelar Sir.

Pencak Silat

Omongan dari mulut ke mulut, Pak Syukur itu punya ilmu pencak silat dan ilmu kebal. Ilmu silatnya sudah ban hitam. entah apakah istilah itu benar atau salah, tak ada dari kami yang tahu. yang jelas, kemampuan ilmu beladirinya sudah mencapai puncak kesempurnaan. Ilmu kebalnya juga sudah ban hitam. Dia tak mempan dipukul. Badannya tak bisa disentuh, siapa yang memukul hanya sebatas sejengkal tangan. semakin kuat dipukul semakin mental, berbalik bahkan bisa jatuh terpelanting.Konon kabarnya Pak Syukur bisa menghilang, dan berada di dua tempat yang berbeda. Makin kagum akan kesaktiannya, makin kepengen jadi muridnya.
Suatu malam Oman ngajak kumpul anggota genknya. Ia menentukan ketemuan di samping langgar selepas Isha. Semua datang tepat waktu. Kami ngumpul di gardu ronda. sudah diperkirakan jam segitu belum ada orang yang nongkrong di gardu ronda.
"Kita harus belajar silat ke pak syukur. supaya genk kita jadi tambah kuat." kata Oman. Semua setuju. memang kepengen punya ilmu dan kagum kehebatan Pak Syukur.
"Cuma mesti tanya dulu ke Pak Syukur apa dia mau terima murid." kata salah satu anggota. Dia tinggal tak jauh dari rumah calon guru silatnya. Jadi lebih tahu kalau murid Pak Syukur sudah banyak.
"Dia punya banyak murid. Mungkin saja tak mau menerima murid lagi." Demikian kata si anggota genk itu. Jadi harus dipastikan Pak Syukur mau terima murid baru."
"Biar saya saja yang tanya ke murid muridnya. Kan deket dari rumah."
Lampu hijau. Pak Syukur bersedia menerima murid baru. Bulat semangat seluruh genk akan datang malam Jumat ke tempat Pak Syukur. Langsung ke tempat latihan di lapangan sepakbola.

Depot Hok Lay

Depot Hok Lay. Pasar Besar, dekat alun alun kota Malang. Terkenal lumpianya. Saking terkenalnya, jam 9, pagi lumpia itu habis.
"Lho kok udah habis koh."
"Yang pesen banyak pak" suaranya pelan, medok jawa gaya malang, yang akhir kalimat pake mengucap "a".
Padahal depot buka jam 9. Di pintu masuk masih tertulis "tutup" tapi pengunjung udh pada masuk, antri.
Beneran legendaris.
(Wisata Kuliner Malang, 23Juni 2019)

Evolusi tutup botol

Evolusi tutup botol limun, dari bahan keramik yang diikat dengan kawat pengunci sampai dengan Kerop. Tutup botol lama, entah namanya apa. Tutup botol yang baru pun jadi perdebatan. Perdebatan di kalangan kawan sebaya makin lama baru sadar apa nama sebenarnya tutup botol limun. Yang lama tak diketahui namanya. Yang baru? Harus ditentukan, walau tak sampai mengundang saksi ahli. Apakah Kerop atau Perop.

Drink Better Live Better: kisah migran

Di kaosnya tertulis, "Drink better live better". Sarapannya gorengan dengan teh anget manis. Selingannya cat stang becak. "gonta ganti warna mas, daripada duduk ngelamun". Sehari-hari becak dayungnya mangkal depan gereja GKI jalan Bromo-Kawi.
Seperti tulisan di kaosnya, Pak Roso, asal wonosari jawatengah, adu nasib di kota Malang sejak 40tahun lalu, masih bujangan, menjaja bakso keliling, mangkal, jaja es campur, lalu nikah sampai bercucu delapan.
"Genjot becak, bawa penumpang, sekedar isi waktu mas." Semua biaya hidup ditanggung anak dan cucunya yang bekerja sebagai guru, karyawan swasta dan pengusaha sablon dan warung nasi.
Apakah Pak Roso anak cucu adalah kisah pertumbuhan sosial ekonomi kota dibangun kaum pendatang? Apakah dia salah satu yang disebut bonus demografi? Atau dia salah satu yang membebani kota yang semakin padat, kumuh dan membiarkan gaya hidup berkualitas rendah. Unicef menyebut lebih baik anak tumbuh di desa daripada di daerah kumuh di kota. Mari tunggu analisis para ahli.

Robusta, es degan dan teh tarik

Ada robusta. Oh jarang sekali ada menu kopi robusta

Abon Sapi

Sebelum kembali ke Jakarta, kakak di Jakarta titip minta  dibelikan abon sapi. Suruh tanya toko apa dan alamatnya dimana ke kakak satu lagi. Namanya adik, ya nurut aja.

"Nanti kamu keluar jalan ini, ketemu jalan besar, jalan Mayjen Sungkono, belok kiri, ikuti jalan itu aja, terus, sebelum lampu merah, belok kiri, tokonya ada di situ."

"Oke"

Mumpung masih belum panas banget, kita bergerak ke alamat yang dituju. Sebelumnya sudah memastikan bahwa tempat itu searah dengan tempatnya ice cream legendaris Surabaya. Lalu bergeraklah kami menuju toko abon sapi.

"Ini dia belokannya, sebelum lampu merah." Dalam mobil isi tiga orang saling mengingatkan. Ya, kami belok sesuai petunjuk. Benar saja, ada toko abon. Tapi yang mana ya. Nyatanya sepanjang jalan itu berderet toko abon. Cari tempat agak pas, lalu parkir.

"Halo, di sini banyak toko abon.Toko abon yang mana? Nama tokonya apa?"

"Wah sebentar, aku tanya dulu." Kedengaran suara di sana, tanya nama toko.

"Nama toko nggak tau, cuma katanya toko pertama pas belok ke jalan itu."

"Oke deh." Dalam hati, cilaka kakak itu nggak tahu nama tokonya.

Toko pertama itu ada dua, berdempetan. Kami ambil keputusan beli sebagian abon di toko yang satu, sebagian lainnya di toko sebelahnya.

"Nah iya bener yang ini. Rasanya enak. Ini asli."

Syukur deh. Sepertinya abon sapi di dua  toko yang berdempetan itu, dua duanya asli. Sebab, dua duanya enak. Setidaknya setelah lelah keliling kota Surabaya, mampir ice cream, makan siang di resto chinese food, misi berhasil.

Abon sapi sudah sampai tujuan di rumah kakak di Jakarta. Rasanya memang beda. "Enak enak gimana gitu."

Jalan Kenari dan Kota Surabaya

Tak disangka bahwa jalan kenari jadi rebutan pihak swasta dan pemkot surabaya. Tahun 60an, tempat tinggal dan bermain saya. Samar samar ingatan peristiwa demi peristiwa. Biasanya sore hari jalan jalan ke daerah genteng kali, sampai ke pasar, kemudian memutar melewati jalan utama sampai tunjungan.

Tetangga depan rumah, punya pohon kedondong. Pohonnya tinggi, buahnya banyak. Sampai bosan makan rujak kedondong. Pagi berangkat sekolah di seberang Kali (daerah Genteng pinggir sungai/kanal), naik becak langganan yang sudah menunggu depan rumah. Lupa nama pengemudinya.

Ujung jalan ada warung, jualan pisang goreng dan es campur. Rasanya paling enak sedunia. Warung itu milik orang Madura. Isterinya jualan, suaminya tukang parkir. Dekat situ, seberang jalan, tetangga kami punya pohon Kersyen, buahnya merah, manis. Kalau tak salah keluarga Minahasa. Kami sering main ke sana di sore hari. Beli pakaian di toko Sentral, atau toko Nam, atau toko toko di pasar Tunjungan (waktu itu seingat saya disebut pasar,  ada lorong dan kios tempat berjualan). Adapula toko besar segala ada seperti Siola (sampai sekarang masih ada, hanya berubah fungsi jadi museum).

Jalan jalan kota Surabaya, pasti naik becak. Makan lontong balap dan tahu tek tek di depan bioskop Arjuna di embong malang. Makan soto! Di hampir semua warung madura jualan soto. Tinggal pilih. Rasanya relatif sama. Sama enaknya. Lalu rawon pun demikian.

Sampai tahun 70an, setelah kami pindah Jakarta,. Masih beberapa kali ke surabaya. Menginap di rumah jalan Kenari yang kala itu sudah ditempati oleh om dan tante saya. Jalan jalan, dengan mobil, keliling Surabaya, dari Wonokromo sampai Tugu Pahlawan, dari pantai Kenjeran sampai Kebun Binatang.

Puluhan tahun kemudian, Surabaya berubah. Makin meluas, penduduk makin banyak, barangkali sudah tidak kelihatan batasan dengan kota penyangga seperti Sidoarjo, Gresik, Mojokerto.

Jalan jalan sekitar Kenari, pasar genteng, embong malang, dalam lingkaran yang lebih luas, Kaliasin (tempat lahirnya Super Grup Rock AKA), Blauran, Gubeng, Darmo, bahkan Ngagel di ujung yang satu dan Perak (kompleks Pangkalan Angkatan Laut) di ujung  lainnya terasa dekat. Baru menyadari jalan Kenari itu ada di tengah kota. Tidak mengherankan menjadi rebutan Pemkot dan pihak swasta.

Friday, 28 June 2019

sampah dan toilet perjalanan di tol

makan siang di 278, Kendal, satu km exit kendal), kali wungu, krapyak, rest area, tempat sampah, toilet, 379, 391, bayar di kalikangkung, ketemu dengan tol semarang, tidur, bangun di rest area 597, di magetan, mau ke madiun, kertosono,kali brantas.

Perkembangan teknologi, kemajuan infrastruktur, produksi, neraca perdagangan, stock exchange, persediaan devisa. Intinya soal ekonomi Indonesia masuk dalam jajaran salah satu negara bangsa yang patut dibanggakan. Sana sini pembangunan, dari pinggiran Indonesia sampai di pusatnya. Perombakan, perbaikan birokrasi, ssistem pelayanan makin lama makin cepat.

Tapi, lagi lagi soal sampah dan toilet. Kenapa kok soal ini gak pernah bisa diselesaikan dengan baik. Pengalaman sepanjang jalan (tol) jakarta-Malang-Jakarta, soal yang satu atau dua itu mengganggu banget. Makan siang di rest area, kalau tak salah di kilometer 278, sampah berserakan, tempat sampah penuh, meluber, buang bungkuss makanan, buang plastik, hanya di bawah meja makannya. Toilet. Ini lagi yang menjijikan. sejak dari pintu masuk toilet sudah becek, bagian dalamnya apalagi. entah ya kalau di toilet perempuan. Tapi toilet laki-laki pemandangannya seperti itu.

Camera Lucida

Suatu malam Oman diundang ke rumah Mumu, sahabat sejak SD.

"Man, ke rumah ntar malem. Ada yang mau gue ceritain." Pesan WA dari Mumu. Belum lagi gelap, Oman sudah tiba di depan rumah Mumu.

Gue penasaran. Emang lu mau omong apa sih"

"Gw dikasih buku judulnya Camera Lucida."

"Katanya fotografer harus baca buku itu." Sambung Mumu.

" Sudah dua malem gue baca. Halaman satu aja gak selesai selesai. Gak ngerti apa maksudnya." Ceritanya Mumu lalu berlanjut. Semalam suntuk dia baca kata demi kata, baris demi baris. Lalu mengulang kembali dari awal.

"Diulang berkali kali tetep nggak ngerti maksudnya Roland Barthes si pengarang."

"Lu belajar motret dulu. Jalan jalan Jepret sana sini. Ngobrol sambil motret sesama tukang potret, sesama temen sekolah, sama temen yang tuaan, mudaan, sama orang sekitaran, sama lingkungan yang makin lama makin luas. Tunjukan dulu hasil foto ke temen temen, ke semua orang kenapa lu potret ini dan itu. Lalu yang penting lagi, sampe lu sadar ada pendapat yang beda dari lu, setelah liat foto yang lu buat"

"Lah trus kapan gue baca bukunya?"

"Lu gak cuma baca, tapi udah lu praktekin isi buku itu."

Friday, 21 June 2019

Andi tes masuk Universitas



“om kalo cari penginepan deket sini di mana ya.” . Tadi pagi se meja dengan anak lulus SMA yang mau daftar ujian masuk Universitas di Malang. Selama beberapa 10 menit dia hanya menyilahkan saya duduk semeja dengannya, sambil matanya menatap HP. Lalu menatap saya minta maaf karena sibuk cari penginapan. Hp Ditaro di meja, masih keliatan di layar HP dia buka daftar penginapan di malang.
“semalem aja om. Besok pagi tes di Politeknik Malang”.
“dekat sini kayaknya banyak, masuk ke gang belakang saja, ada beberapa penginapan yang lumayan kok” sambil menunjuk tempat
“o di situ. Oke om, nanti saya akan ke sana.”
“atau coba tanya tukang parkir itu.” Sambil ngobrol menunjuk tukang parkir indomaret yang duduk di pojokan.  Lalu panggil tukang parkir itu.
“pak, tahu tempat penginapan, hotel atau apa saja buat semalem aja”.
“o belakang sini aja, banyak penginapan.”
“o saya nggak tau kalo harganya. Sampeyan nanti ketemu temen saya, nanti dianter sama dia. Tanyakan sekaligus harganya.”
“seratus sampe dua ratus ribu bujetnya pak.”
“kalo segitu ada kok. Paling mahal 150 ribu. Tunggu saja, saya WA temen saya, nanti dia anter. “
“terima kasih pak”. Serentak  mengucap,
Tak lama, saya meninggalkan Andi. Dia bilang terima kasih, minta doa supaya bisa lulus. Dia asal asal Mojokerto, sudah tiga hari ini di Malang. Ikut tes masuk Universitas. Kemarin katanya dia tes di Universitas Brawijaya, ambil jurusan teknik sipil. Hari ini juga test untuk jurusan yang sama di Politeknik. Katanya dia sudah liat tempat ujiannya, jadi besok tinggal langsung saja, nggak perlu cari. Waktu di UB juga demikian, sehari sebelumnya sudah cek lokasi tes.