Tahun 1950 awal adalah kesempatan bagi-nya untuk cuti. Apa
yang terlintas pertama di pikirannya adalah pulang kampong. Mencari orangtuanya
yang telah lama tak jumpa, dan lebih dari sepuluh tahun tak saling memberi
kabar. Bukan tak mau, tapi berkirim surat tak pernah ada balasan. Situasi
antara tahun 40-50 zaman perang, dimana mana mengutamakan kebutuhan perang.
Tahun itu Ia berangkat ke Belawan. Dengan Kapal penumpang,
tujuan Belawan. Berlabuh di Belawan, dijemput koleganya yang komandan di pangkalan
angkatan laut Belawan. Dengan jeep mereka ke medan. Mulanya mendatangi rumah tempat
tinggalnya . rumah yang ia tahu saat meninggalkan Medan. Alamatnya masih
disimpannya, yang asli tulisan Bapaknya, yang tertera di amplop surat. Ternyata
penghuni sudah pindah. Kata tetangga di situ, pindah ke alamat ini, ditunjukan
nama alamatnya. Ia dan kawannya meluncur ke sana. Sama seperti sebelumnya, Penghuninya
sudah sudah tidak di situ lagi. indah. Tempat
ke tiga yang didatangi di daerah Gelugur. Masuk, ketuk pintu, tiba tiba ada
teriakan justru dari luar
"Itooooooo!"
Saling menatap, lalu saling pelukan. Adik perempuannya nomor
tiga. Ia masih mengenali, demikian pula sebaliknya. Katanya setelah pertemuan
tak terduga itu, sanak saudara berdatangan, tetangga pun ikutan, Rumah mendadak
penuh orang. Rincian cerita pertemuan tak ada yang menceritakan. Tetapi bisa
membayangkan pertemuan antara anak dengan orangtua yang lama tak jumpa.
Jadi Komandan Pangkalan Angkatan Laut Belawan. Tahun 1955.
Saat itu sudah menikah punya dua anak perempuan. Isteri dan dua anaknya diperkenalkan
pada keluarga besarnya. Pastinya menceritakan pula perihal pernikahan mereka,
menunjukan foto pernikahan, hal seperti itu yang pasti menjadi agenda utama
kumpul keluarga besar.
Yang masih diceritakan adalalah mereka menikah di Surabaya,
di tempat pihak isteri. Konon pertemuan mereka terjadi di Panti Perwira Angkatan
Laut, yg gedungnya ada di perempatan Tugu
Pahlawan. Isterinya itu adalah guru dansa di situ. Membayangkan saat itu
beberapa guru dansa perempuan dikerumuni perwira yang berasal dari berbagai
daerah tugas. Pengakuan isteri di kemudian hari, dia memilih suaminya yang
sekarang karena kalem, serius dan sering mengantar si guru dansa ke tempat
tinggalnya di sekitar Balaikota Surabaya. Katanya berbeda dengan
perwira-perwira lainnya yang "grasa grusu". Cinta, serius, membawanya
melamar, dan menikah gadis jawa dengan perwalian atasannya komandan daerah Jawa
Timur. Sampai menjelang akhir hayatnya ia memanggil isterinya schaat.
Tinggal di Belawan, tapi sering bolak balik Medan. Suatu
hari ada keinginan ortunya mau anaknya kawin adat. Karena isterinya boru jawa,
maka mesti dijadikan boru salah satunmarga di Batak, biasanya dari marga
keluarga ibunya. Jadilah perundingan singkat padat, karena dia tidak bisa
meninggalkan pos tugasnya di Belawan. Alhasil, isteri akan adati menjadi boru
siahaan dijadikan anak perempuan abang ibunya yang tinggal di Kabanjahe.
"Tulang itu termasuk salah satu orang terpandang di
Kabanjahe. Kepala Dinas Sosial." Suatu hari dia cerita tentang
keluarga besar ibunya. Dia banyak kenal
dengan ipar ipar.
Anak perempuan tulang Siahaan itu masih kecil saat
pernikahan adat di Kabanjahe. Sering bermain sepeda dengan isterinya yang boru
Jawa.
Jadi.acara perkawinan adat diadakan di Kabanjahe. Prinsip
dalihan na tolu dimanapun tetap berlaku untuk mengikat tali perkawinan.
Demikian pula acara perkawinan nya. Di situ hadir pihak se marga, pihak Boru
dan pihak hula hula dari kedua belah pihak yang menjalankan peran secara
fungsional. Tidak ada gambaran perkawinan adat saat itu. Katanya dilakukan
secara sederhana. Seperti apa sederhana itu, tidak ada ceritanya. Membayangkan
sifatnya, Pasti tidak akan membuat pesta besar-besaran. Anak perempuan tulang
itu pernah cerita makan bareng di salah satu warung makan di Medan. Sebelum makan
sudah diberi jatah, hanya bakmi dan teh tawar. Tidak boleh lebih.
Isterinya yang boru jawa, sering takut saat berhadapan
dengan anggota keluarga kerabat suaminya. Bicara keras, seperti bentak bentak,
yang dianggap beda dengan gaya hidupnya dari lahir besar berada di lingkungan
kebudayaan Jawa yang bicara serba pelan. Suatu kali si isteri memberi uang
kepada kakek suaminya yang datang ke rumah di Belawan. Beberapa hari
kemudian mertua laki datang ke rumah.
memberitahu bahwa jangan pernah kasih uang ke kakeknya. Uang itu dipakai untuk
beli tuak di lapo.
"Pantas tempo hari dia pulang telat dalam keadaan
mabuk." Kata mertuanya. Tentu ada interogasi darimana dia dapat uang.
Selidik punya selidik, ketahuan si kakek itu mampir rumah cucunya di Belawan.
Mau tau asal muasal nama Lotte?
Org2 Belanda pd manggil mami Charlotte krn mami fasih bhs Belanda
Tapi papi jaman sekolah di van lith ada sisi nakalnya lho...pernah bolos sama teman2nya mata pelajaran tertentu. Ngumpet di kebon pisang belakang sekolah.
Ketauan sama bruder, dihukum sapu dan pel kelas.
Papi yg cerita ke aku.
Papi kan jebolan Van Lith Muntilan, pasti cool. Diajarin etika dan seni di sekolah Belanda.
Mami pasti dulu kelincahan dansa dansi deh...
Makanya papi minta kenal sm eyg Karman yg wkt itu diJombang...jadilah papi n mami keJombang....kenalan sm eyg Karman..kyknya papi mau serius hubungannya sm mami
Papi itu diam gak sradak sruduk spt tmn2 AL yg lain....klo sekrg x istilahnya..papi cool.
Kata mami(baru diwawancara)
Mami dulu ngajar dansa dikantin jd salah satu asistennya Balthazar,org Philipina..tempat itu sering didatangi sm perwira2 AL.
Nah mami kenal papi ditempat itu
Jl. Wuni itu dekat jln Ondomohen. Dr arah Zangrandi ke Yos Sudarso menuju gedung kotapraja belok kiri sdh jln ondomohen lanjut belok kiri lagi itu jl Wuni.
Betul pakde Kadim dulu Gubernur militer se Jawa Timur. Kata mamie aku sering diculik bude Kadim kermhnya.
Eyang dulu itu pelatih dansa di panti perwira AL yg gedungnya ada di perempatan tugu Pahlawn dpn lampy merah. Byk perwira AL yg minta diajari eyang. Opung menurut eyang yg paling pendiam. Eyang kesengsem sm opung krn stlh berkenalan n tahu kalau bpknya eyang sdh meninggal menanyakan dimn kuburannya n minta diantar kesana utk ziarah. Lho perwira ini koq beda y dg yg lain.
No comments:
Post a Comment