Sebelum kembali ke Jakarta, kakak di Jakarta titip minta dibelikan abon sapi. Suruh tanya toko apa dan alamatnya dimana ke kakak satu lagi. Namanya adik, ya nurut aja.
"Nanti kamu keluar jalan ini, ketemu jalan besar, jalan Mayjen Sungkono, belok kiri, ikuti jalan itu aja, terus, sebelum lampu merah, belok kiri, tokonya ada di situ."
"Oke"
Mumpung masih belum panas banget, kita bergerak ke alamat yang dituju. Sebelumnya sudah memastikan bahwa tempat itu searah dengan tempatnya ice cream legendaris Surabaya. Lalu bergeraklah kami menuju toko abon sapi.
"Ini dia belokannya, sebelum lampu merah." Dalam mobil isi tiga orang saling mengingatkan. Ya, kami belok sesuai petunjuk. Benar saja, ada toko abon. Tapi yang mana ya. Nyatanya sepanjang jalan itu berderet toko abon. Cari tempat agak pas, lalu parkir.
"Halo, di sini banyak toko abon.Toko abon yang mana? Nama tokonya apa?"
"Wah sebentar, aku tanya dulu." Kedengaran suara di sana, tanya nama toko.
"Nama toko nggak tau, cuma katanya toko pertama pas belok ke jalan itu."
"Oke deh." Dalam hati, cilaka kakak itu nggak tahu nama tokonya.
Toko pertama itu ada dua, berdempetan. Kami ambil keputusan beli sebagian abon di toko yang satu, sebagian lainnya di toko sebelahnya.
"Nah iya bener yang ini. Rasanya enak. Ini asli."
Syukur deh. Sepertinya abon sapi di dua toko yang berdempetan itu, dua duanya asli. Sebab, dua duanya enak. Setidaknya setelah lelah keliling kota Surabaya, mampir ice cream, makan siang di resto chinese food, misi berhasil.
Abon sapi sudah sampai tujuan di rumah kakak di Jakarta. Rasanya memang beda. "Enak enak gimana gitu."
No comments:
Post a Comment