Monday, 1 July 2019

Drink Better Live Better: kisah migran

Di kaosnya tertulis, "Drink better live better". Sarapannya gorengan dengan teh anget manis. Selingannya cat stang becak. "gonta ganti warna mas, daripada duduk ngelamun". Sehari-hari becak dayungnya mangkal depan gereja GKI jalan Bromo-Kawi.
Seperti tulisan di kaosnya, Pak Roso, asal wonosari jawatengah, adu nasib di kota Malang sejak 40tahun lalu, masih bujangan, menjaja bakso keliling, mangkal, jaja es campur, lalu nikah sampai bercucu delapan.
"Genjot becak, bawa penumpang, sekedar isi waktu mas." Semua biaya hidup ditanggung anak dan cucunya yang bekerja sebagai guru, karyawan swasta dan pengusaha sablon dan warung nasi.
Apakah Pak Roso anak cucu adalah kisah pertumbuhan sosial ekonomi kota dibangun kaum pendatang? Apakah dia salah satu yang disebut bonus demografi? Atau dia salah satu yang membebani kota yang semakin padat, kumuh dan membiarkan gaya hidup berkualitas rendah. Unicef menyebut lebih baik anak tumbuh di desa daripada di daerah kumuh di kota. Mari tunggu analisis para ahli.

No comments:

Post a Comment