Kisah tentang keperkasaan seseorang sering dibahas di pos
ronda di kampung, kadang menarik, sering sekedar mengusir bosan dan ngantuk
selagi jadwal jaga kampug. Seperti kisah yang diceritakan suatu malam di pos itu.
“Kakeknya haji ahmad itu kebal. Nggak mempan kena peluru,
apalagi Cuma golok atau senjata tajam”
Ilmu kebal popular karena sungguhan ilmu membela diri. Ilmu menyerang dianggap salah karena mengandalkan napsu. Ilmu bela diri mulia. Sebab fisik adalah jalan terakhir kalau bicara tak lagi didengar. Jadi di sini, normanya tidak mau menyerang, tetapi jangan harap bisa
mudah diserang. Tidak mau cari gara gara, tetapi kalau ada yang cari gara-gara
bisa pulang hanya nama. Begitu kira kira moral orang di sini. Kabarnya, dulu orang di sini punya ilmu tinggi. Segala laku dan syarat dijalankan. Syaratnya
berat. Harus puasa empat puluh. Entah kenapa kok empat puluh hari, bukan
empat puluh satu atau tiga puluh hari.
Mendengarkan cerita di pos ronda sambil selonjor ngantuk bikin
pikiran melayang serasa menjadi jagoan
ilmu kebal, dan pastinya jago pencak silat, sekali pukul dua tiga lawan
sempoyongan . Apalagi mengkhayal pada waktu jagoannya sedang belajar ilmu.
Makin terpencil tempatnya mendapat ilmu, makin asik. Belajar sendiri,
eksperimen, mendapat wangsit dari mimpi malahan lebih disukai. Lalu setelah
tuntas si jagoan itu keluar dari goa, dengan rambut acak acakan, pakaian
compang camping, rambut gondrong, turun naik gunung sampai menjumpai peradaban
sebuah desa ramai.
Aji lembu sekilan, tameng waja, rog rog asem konon dimiliki Sultan Pajang. Sejak muda Ia senang petualang, masuk ke luar hutan, naik turun gunung, berguru macam macam orang bijak dan sakti. Menjadikan itu bagian dari latihan mental, pengetahuan dan praktek olah kanuragan. Pendek cerita, dia menimba ilmu dari pengalaman hidup. Punya ilmu yang semakin dewasa semakin mumpuni dan sulit ditaklukan. Beberapa orang dekatnya juga berilmu. Pamannya punya ajian Sasrabirawa yang sekali hantam, badan lawan remuk redam. Punya ilmu Gelap Ngampar melalui teriakan suara membuat lawan jatuh terjerembab tak bangun lagi.
Sultan Pajang ada dalam sejarah kerajaan Islam di Jawa. Kemampuan dan kedigjayaan Sultan Pajang dalam ilmu bela diri ada dalam cerita silat. Buku sejarah mengutamakan fakta, buku silat ada jagoan atau hero nya, plus bumbu penyedap supaya banyak orang tertarik baca. Memang bumbu cerita jadi afdol kalau pas dengan isi cerita. Orang kampung kami senang cerita berkisar kesaktian. Sering tak masuk akal tapi enak dibaca atau didengar. Malahan makin menarik hati melebih lebihkan kemampuan seseorang.
No comments:
Post a Comment